Thursday, November 23, 2006




Kemenangan Keith Ellison (42) menjadi anggota kongres Amerika Serikat (AS) dengan mengalahkan Alan Fine dari partai republik menjadi perbincangan hangat di AS. Ada apa rupanya dibalik kemenangan Keith Ellison di Minnesota dalam midterm election ini ?

Dalam laporannya, Minnesota Daily (02/11) menyebutkan bahwa kemenangan Ellison sangat dipengaruhi oleh rekam jejak perjalanan politiknya yang cemerlang selama menjadi legislator di Minnesota State Legislature. Mennesota Daily mengutip pendapat masyarakat “We are endorsing Keith Ellison because his track record in the state Legislature shows that he is dedicated to fighting for the well-being of all Minnesotans”

Bukan hanya karena reputasi dan perjuangannya bagi rakyat Minnesota yang membuat Keith Ellison menjadi bahan perbincangan. Tetapi juga karena Ellison adalah muslim pertama di kongres AS. Tentu saja ini menjadi sangat menarik, apalagi di tengah kampanye pemerintah AS memerangi terorisme dan kontroversi invasi AS dan sekutu di Afghanistan dan Irak.

Kemenangan Ellison ini melengkapi kemenangan Partai Demokrat atas Republik di pemilu sela (midterm election). Saat ini baik di Senat maupun di House of Representatives Partai Demokrat lebih dominan.

Kembali pada kemenangan muslim pertama AS ini. Tentu menimbulkan beragam pertanyaan. Mulai dari analisis yang menyebut bahwa saat ini masyarakat AS banyak yang bersimpati pada Islam sampai pada spekulasi mengenai dukungan jaringan Al-Qaeda dalam kemenangan Ellison.

Ellison, ayah empat orang anak dan suami dari Kim, seorang guru matematika ini dalam kampanye-kampanyenya memang tidak membawa isu primordial. Meski demikian saingannya dari partai Republik terus meneror publik dengan opini seputar latar belakang agama Ellison. Terutama menyangkut pertemanan Ellison dengan Louis Farakhan di masa lalu yang merupakan pemimpin organisasi muslim yang anti-semitisme.

Selanjutnya, setelah mutlak menggantikan Martin Sabo sebagai wakil Minnesota di kongres. Ellison akan berhadapan dengan beragam tuntutan agar ia membuktikan janji-janji kampanyenya seputar penguatan solidaritas warga negara. Serta pemberdayaan penduduk sub-urban.

Daya Terima Warga AS

Menarik untuk disimak opini Ellison yang dilansir CBSNews (29/6) “I think Democrats have to rediscover and re-embrace liberalism”. Mungkinkah cita-cita pembaharuan makna liberalisme itu menjadi kenyataan ? Hingga spirit baru itu membawa AS menjadi lebih bijak dalam memandang beragam masalah. Termasuk dalam menyikapi isu nuklir dan terorisme ? Kita simak nanti perjuangan Partai Demokrat, pasca kemenangan.

Kemenangan mantan pengacara ini juga sedikit banyak menunjukkan bahwa daya terima warga AS terhadap Islam semakin membaik. Sebelum Ellison terpilih, suara muslim AS menyebut bahwa kemenangan Ellison menjadi penting untuk membuka jalan baru bagi warga AS dalam menerima Islam.

Sumbal Mahmud (juru bicara Islamic Centre of Minnesota)sebelum kemenangan Ellison mengatakan ..”the years since the Sept. 11 attacks have been difficult for Muslims in America, and Ellison's candidacy is an important sign on the road back to acceptance.”(CBS News, 29/06).

Tentu saja kemenangan Ellison tidak bisa digeneralisir sebagai bentuk daya terima (acceptance) warga AS atas Islam. Namun, hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak seperti yang dituduhkan pemerintahan Bush; seram, menakutkan dan memusuhi pihak diluar Islam.

Islam sebagai kekuatan pro perdamaian dan keadilan ditunjukkan oleh Ellison. Dalam kampanyenya seperti termuat dalam situs resmi Ellison (www.keithellison.org) ia selalu mencoba menyampaikan pesan perdamaian. Ellison menyatakan “We have to unify. We have to come together from the suburb and the city. We have to come together straight and gay, black and white, red and yellow. We have to come together."(Minnesota Public radio,6/05).

Semangat membangun jembatan di atas perbedaan ini menjadi salah satu faktor yang mendukung kemenangan Ellison. Nampaknya warga AS telah bosan dengan semangat permusuhan dan saling menghancurkan yang selalu didengungkan oleh Gedung Putih.

Ellison yang memeluk Islam pada usia 19 tahun, kini telah menjadi salah satu simbol Islam di kancah politik AS. Tentu Ellison harus dengan segera menjawab keraguan publik atas semangatnya pada kerjasama dan kebersamaan lintas identitas (budaya, agama dan ras).

Gerakan Islam Konstruktif

Islamphobia yang meledak di AS pasca peristiwa (misterius) 11 September tentu harus dijawab dengan nilai-nilai Islam yang sangat kaya dengan humanisme. Tuduhan kekerasan sebagai senjata Islam harus dikikis dengan kerja nyata membangun kemaslahatan dunia.

Peran muslim sebagai rahmatan lil alamin harusnya dijadikan sebagai senjata “pemusnah” massal atas tuduhan atas Islam. Kini, dunia muslim dituntut memperkuat solidaritas guna membangun resistensi konstruktif atas segala bentuk kejahatan terhadap kemanusian.

Lebih dari itu umat Islam harus segera menyusun beragam strategi dan aksi mengatasi beragam masalah kemanusian. Mulai dari kemiskinan hingga tata perdagangan dunia yang adil. Dari ledakan populasi sampai krisis energi.

Jika Islam mampu menjadi kekuatan penyeimbang atas kekuatan otoriter dan anti kemanusian manapun termasuk jaringan korporasi internasional (TNC’s, MNC’s) atau pemerintah manapun yang anti-keadilan dan kemanusiaan. Gerakan Islam konstruktif akan menjadi antithesa bagi Islamphobia juga resistensi atas kekuatan anti-kemanusian.

Kehadiran Ellison di kancah politik nasional AS tentu tidak bisa dijadikan sandaran kebangkitan Dunia Islam. Solidaritas Islam dunia harus segera membangun sebuah grand strategy ke arah itu. Penguatan basis-basis umat di sektor ekonomi, budaya dan politik harus diupayakan. Guna lahirnya gerakan Islam Konstruktif.

Nama Islam yang dicoreng moreng oleh retorika politik Bush, Blair atau politisi anti perdamaian lainnya harus dijawab. Bagaimana caranya ? hentikan aksi politik mereka sekarang juga. Selamat Ellison !

Sunday, November 12, 2006


Tanggal 9 November 1989, Tembok Berlin, setelah 28 tahun membagi kota ini menjadi Berlin Barat dan Berlin Timur, diruntuhkan. Sebuah monumen sejarah penting dalam dua dekade terakhir.


Saat ini, 17 tahun pasca peristiwa itu Amerika Serikat dan sekutunya yang dulu menguasai Berlin Barat telah menjadi kekuatan “super” dahsyat. Tak ada kekuatan penyeimbang sama sekali. Penguasa Berlin Timur masa lalu, Uni Soviet telah lenyap.

Kemarin Minggu (5/11) waktu Irak, seorang ikon perlawanan paling gigih atas kedigdayaan Amerikapun dijatuhi hukuman mati, di negeri yang sekian lama ia pimpin. Saddam Hussein terpojok di pengadilan yang “ditunggangi” Washington. Apa daya, ia dinyatakan bersalah melakukan genosida terhadap sekitar 150 warga Syiah tahun 1982 di Desa Dujail.

Masih banyak sosok-sosok yang menjadi “hantu” bagi Amerika dan arogansinya. Usama Bin Ladden, Mahmoud Ahmadinejad (presiden Iran) dan tentu juga seteru abadi AS, Fidel Castro. Namun, sayangnya keotoriteran AS dan sekutu belum bisa digoyahkan.

Mari kita identifikasi kejahatan kemanusian yang dilakukan AS dan sekutunya selama kepemimpinan Bush. Pertama, penyerangan terhadap Afghanistan, dengan dalil menghentikan teror Al Qaeda yang bermarkas disana. Ribuan rakyat sipil tak berdosa menjadi korban. Kepemimpinan Taliban di bawah Mullah Omar dianggap membentengi terorisme. Luluh lantaklah negeri itu.

Kedua, invasi AS dan sekutu -selanjutnya saya sebut Poros AS- ke Irak. Atas dalil menghancurkan instalasi nuklir Irak yang kemudian setelah gagal menemukan instalasi nuklir, AS membelokkan menjadi isu demokratisasi. Berdasarkan laporan John Hopkins Bloomberg School of Publik Health yang dirilis jurnal the Lancet terdapat sekitar 650 ribu lebih korban selama invasi poros AS ke Irak.

Kejahatan ketiga adalah kejahatan lingkungan. Menurut laporan Majalah New Internasionalist edisi Juni 2006, AS menjadi salah satu negara dengan produksi karbon dioksida (CO2) paling tinggi di dunia. Pada 2002 tercatat 20,1 juta metrik tons berkapita. Belum lagi kejahatan lingkungan yang dilakukan Trans National Corporations (TNC’s) dan Multi National Corporations (MNC’s) yang dimiliki atau dilindungi pemerintahan Amerika di negara dunia ketiga. Sebagai contoh kejahatan yang dilakukan Freeport Indonesia di Papua.

Ketiga hal di atas belum termasuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan serdadu Israel -yang dengan kasat mata mendapat dukungan Washington- terhadap rakyat Lebanon pada Juli 2006. Tentu juga serangan tak kenal henti terhadap palestina.

Jadilah kemudian atas nama anti nuklir dan juga anti terorisme, poros AS membabi buta menghancurkan semua negara yang mereka anggap ancaman. Seperti apa kata Bush. Hanya ada pilihan bagi dunia menjadi sekutu AS atau menjadi sekutu terorisme, yang artinya siap-siap dimusuhi dan diperangi poros AS. Korea Utara, Iran dan China adalah target AS selanjutnya, kita tunggu.

Pertanyaannya, mengapa kekuatan penyeimbang AS dan sekutu tak kunjung solid pasca runtuhnya Uni Soviet ? Ada dua kemungkinan ; pertama, AS dan sekutunya begitu powerfull hingga progress resistensi atas AS dan sekutu tak kunjung kelihatan secara berarti. Kedua, kekuatan penyeimbang poros AS muncul dalam dua poros besar; poros Islam dan kekuatan sosialis baru. Dua kekuatan ini tidak mudah untuk bersatu, hingga perlawanan terhadap poros AS bersifat sporadis dan parsial.

Poros Islam untuk sementara dapat kita representasikan dengan figur Ahmadinejad di jalur diplomatik dan Usama bin Ladden di jalur non-diplomatik. Secara umum Ahmadi Nejad mendapat dukungan diam-diam (silent support) dari banyak negara Islam lainnya. Termasuk Malaysia dan beberapa negara muslim di Afrika. Namun, pengaruh Iran belum cukup besar, mengingat negara-negara muslim yang “berhutang budi” dengan poros AS tidaklah sedikit, termasuk di dalamnya Indonesia.

Sedangkan Usama yang mulanya dibesarkan AS, menemukan bentuk perlawanan non diplomatik. Strategi ini cukup jitu, memberikan ketakutan pada poros AS, namun di sisi lain memperlemah posisi diplomasi kekuatan Islam yang digalang Ahmadinejad.

Poros kekuatan lain resistensi atas poros AS, berpusat di Latin America. Untuk menggambarkan kembalinya kekuatan sosialis di Amerika Latin. Pakar Amerika Latin Alvaro Vargas Llosa mengatakan “Populism is coming back to Latin America. We thought we had gotten rid of it at the end of the 1980s and early 1990s, but it’s coming back with force”.

Bermula dari kepemimpinan Luiz Inacio Lula da Silva di Brazil dan Hugo Chavez di Venezuela seolah menandakan awal baru revolusi Bolivarian, yang dulu diperjuangkan Simon Bolivar.

Kekuatan baru ini tentu memperkuat perlawanan yang digalang Fidel Castro di Cuba. Tidak hanya itu kemenangan Michelle Bachelet di Chili dan Evo Morales di Bolivia menambah kekuatan poros kiri baru di Amerika Latin ini.

Tentu saja poros AS sangat terusik dengan berbagai kemajuan kekuatan populisme di Amerika Latin ini. Hanya saja gerakan perlawanan poros ini nampaknya belum begitu padu. Lula, dikenal agak lunak terhadap Washington berbeda dengan Morales dan Chavez yang keras. Kekuatan latin amerika inipun juga belum membangun kerjasama yang lebih mendalam dengan China dan Korea Utara.

Membayangkan sebuah koalisi besar poros kiri Amerika Latin dan kekuatan kiri Asia (China dan Korea Utara) tentu akan menjadi kekuatan luar biasa menghadapi kedigdayaan poros AS. Namun, pertanyaannya mampukah kekuatan-kekuatan yang telah ada mengkompromikan masing-masing kepentingan nasional mereka. Kemudian, menyusun sebuah strategi bersama.

Menghadirkan dunia yang berkeseimbangan adalah sesuatu yang mutlak bagi tatanan dunia yang lebih baik. Poros AS tak bisa dibiarkan merajalela dan memberikan standar pada dunia semau perut (baca ; kepentingan) mereka. Pada tahap awal kehadiran kekuatan penyeimbang menjadi sangat mutlak.

Tembok Berlin memang menjadi semacam simbol sejarah buruk peradaban manusia. Tetapi, di sisi lain tembok Berlin mencerminkan sebuah dunia yang berbagi, tanpa dominasi. Tembok Berlin menjadi buruk, karena sejarah menulisnya demikian. Akhirnya makna apapun bisa hadir berkat intepretasi manusia atas tembok Berlin, bisa juga seperti yang disebut Fukuyama, itulah pertanda kemenangan kapitalisme. Sejarah telah berakhir.
17 tahun pasca runtuhnya tembok Berlin. Tatanan dunia baru menghendaki sebuah kondisi yang berkeadilan dan saling menghormati kedaulatan. Namun, dominasi poros AS telah membawa dunia dalam saling kebencian dan berpotensi saling menghancurkan. Konstruksi ekonomi dunia yang saling menindas, demokrasi berstandar ganda a la Amerika, lalu beragam kejahatan lingkungan menjadi bukti kegagalan poros AS. Saatnya perubahan !

Saturday, November 4, 2006





Kesadaran adalah ruang
Tindakan adalah pengisinya
Kesadaran tanpa tindakan
adalah ruang hampa

Kita lahir dari Tanah Merdeka
Tuhan menitipkan kita pada alam
Tuhan meminjamkan kita pikiran

Jika alam tempat dimana kita tumbuh
telah dibelah dengan tajamnya mata bor keangkuhan
hingga tanah menjadi retak
air menjadi keruh
langit menjadi kelabu
dan hutan menjadi rapuh

Lalu, saat pikiran kita terjajah
ketika kita menjadi warga dunia kelas lima
harkat dan kemanusiaan direndahkan

Bukankah itu sama dengan penghinaan pada Tuhan
pantaslah jika jihad diteriakkan..
lalu siapa di seberang sebagai lawan ?

Tahulah sudah...
tentu mereka yang menanam mata bor di seantero nusantara
pastilah mereka yang memperbudak pribumi di pabrik-pabrik
sudah tentu mereka yang menghutangi kita tapi lalu mencekik
akhirnya kita tahu siapa di seberang.

Jangan pikir yang diseberang adalah pahlawan
karena sesungguhnya mereka jahanam
tak boleh kita prasangka mereka beri kita keuntungan
karena dasarnya mereka rakus akan kesenangan
jangan pernah pula kira mereka berbudi
karena mereka sebenarnya penjudi

Nasib jutaan warga asli di pelosok negeri mereka pertaruhkan
ribuan hektar hijau rupawan hutan mereka telan
lalu..
akhirnya kita tahu siapa di seberang

Berotak tapi tamak
bertampang sahabat padahal pengkhianat
bercorak kemanusian tetapi cinta kematian

akhirnya kedaulatan kemanusian kita mereka kangkangi..

Masihkah kita tertidur
atau sekedar bertafakur ?
aaah... rasanya kita dilahirkan untuk tidak menyerah
apalagi menjadi bangsa yang kalah

paling tidak hari ini
aku akhirnya tahu siapa di seberang....



Bangor, Wales Utara 28 Oktober 2006
-Dalam kegelisahan yang menyeruak-



Popular Posts