Sunday, November 27, 2011


1322251689316996000
Baju baru sang raja/doc@huzera
Layar tersingkap, tiba-tiba saja seorang pemuda berteriak lantang “Wahai penguasa, betapa rakusnya kau akan tahta dan harta, sedang rakyatmu merintih kemiskinan…bla..bla..” Tiba-tiba, istri pemuda itu datang, segera saja umpatan akan suaminya yang pengangguran, pemimpi dan tak tahu diri berhamburan dari sang istri. Sontak saja penonton tertawa geli, pemuda yang begitu garang dalam latihan orasinya tadi, takluk tak berkutik di tangan nyonya rumah yang lebih garang.
13222516101725741006
Aktivis demo berselingkuh dengan rekan aktivis/doc@huzera
Begitulah, lakon “Baju Baru Sang Raja” memulai kisah dengan sebuah ironi. Lakon bergenre parodi ini sepanjang babaknya memang menawarkan beragam ironi. Ironi atas realitas sosial, budaya dan politik yang mengitari kita hari ini.

Lakon yang diinspirasi oleh dongeng The Emperor’s new clothes karya H.C. Andersen ini secara gemilang diterjemahkan dalam satire oleh sang sutradara, I.Yudhi Soenarto. Lakon yang mencoba bergerak ke depan mendahului zaman namun berpijak pada realitas hari ini.

Berlatar tahun 2027, dimana Indonesia telah terpecah dalam negara dan kerajaan kecil. Salah satunya adalah kerajaan yang menjadi latar kisah ini, entah apa namanya. Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang mendambahkan dirinya agung, disegani dan tangguh layaknya raja terdahulu, yang tak lain adalah mertuanya. Namun sayang, realitas berkata lain sang raja tak mampu memimpin negeri. Pemberontakan hadir dimana-mana, kemiskinan jadi menu utama di kerajaan. Istanapun dikelilingi oleh badut-badut politik.

Ah, jangan bayangkan lakon ini akan serius seserius kisahnya. Sutradara menampilkan kisah nan dramatis tentang sebuah negeri yang nyaris kolaps secara amat jenaka. Bukan ! Cerita ini tak sedang bercerita Indonesia hari ini. Tapi, ironi yang dibawa bisa jadi mewakili negeri kita hari ini.
Ironi Politik yang Dibawa ke Panggung
132225151426073195
Kilas babak Baju Baru Sang Raja/doc@huzera
Pemuda, pemikir masa depan negeri yang tak lelah mengkoordinasi demonstrasi ternyata eh ternyata hanya “banci” di hadapan istri dan ‘aktivis’ selingkuh pula. Inilah yang kemudian menjadi pembuka renyah di awal lakon, sebuah ironi. Tak hanya itu, di belakang hari ternyata pemuda idealis, yang menyebut dirinya berjuang bagi bangsa itu bersekongkol dengan adik ipar raja untuk menggulingkan raja. 10 Milyar disiapakan menteri pertahanan yang adik ipar raja itu untuk demonstran.

***

Lingkaran dalam istana dipenuhi badut-badut politik. Kerjanya hanya meyakinkan raja bahwa semua baik-baik saja. “Rakyat miskin itukan sudah biasa susah, ya biarkan saja raja. Terpenting bahwa raja tetap tampil simpatik di hadapan rakyat” Itu ungkapan perdana menteri, ketika meyakinkan raja untuk menghibur rakyatnya dengan sebuah festival. Festival baju baru sang raja.

Restu rajapun mengalir, sebuah pesta besar disiapkan. Punggawa istana berkumpul mencoba mencari solusi atas dana yang dibutuhkan. Menteri keuanganpun “otak-atik” anggaran. Ia marah sekali ketika disebut manipulasi, “Ini hanya utak-atik anggaran bukan manipulasi” begitu sentaknya tatkala menteri kesejahteraan menyebut rencananya sebagai manipulasi.

Setelah negosiasi  lot, disepakatilah dana 500 milyar yang dibutuhkan untuk festival akan diambil dari dana talangan bank swasta. Mereka merencanakan menyuntikkan dana 2 triliun ke salah satu bank yang berpotensi bangkrut berdampak sistemik. Hanya saja si empunya bank kebagian 1 Triliun, sisanya akan digunakan untuk festival. Ah..cerdas sekali sutradara lakon ini. Silahkan pembaca tebak sendiri, kasus apa yang sedang disindir lakon ini…

Sungguh senarai satire menjadi nuansa utama lakon. Kali ini, istana kembali geger. Permaisuri tak terima kalau festival itu tak melibatkannya, ia ingin festival itu menjadi “Festival baju baru sang raja dan ratu” Kabinetpun meyakinkan sang ratu bahwa itu bukan ide baik. Ratu berkeras hati. Namun, bujuk rayu perdana menteri akhirnya meluluhkan sang ratu. Perdana menteri mengusulkan “studi banding” untuk sang ratu ke Eropa. Nah, saat studi banding itu ratu bisa belanja gaun-gaun terbaik di Eropa. Bereskan..! Ratu bisa dapat baju baru dan sang raja dapat baju baru lewat festival.

Rencanapun diamini sang raja. Berangkatlah sang ratu bersama sang adik, yang tak lain adalah istri menteri pertahanan. 100 milyar dana yang dianggarkan untuk belanja berkedok “studi banding” itu.

Ratu melancong, rajapun siap-siap berindehoi, dengan para dayang. Segeralah perdana menteri mempersiapkan
13222514001615005309
Raja indehoi bersama dayang/doc@huzera
liburan plus-plus bagi raja. Sementara raja berasyik mahsyuk, menteri pertahanan menjalankan rencananya yang akan mengkudeta sang raja. Amerikapun sudah ‘acc’ rencana itu. Seorang agenpun dikirim ke kerajaan.

Agen rahasia yang menyamar sebagai seorang perancang busanapun melobi istana lewat perdana menteri. Merekapun bersepakat bawah uang hadiah perancang busana terpilih akan jadi milik perdana menteri. Imbalannya, perdana menteri yang ketua dewan juri harus memenangkan baju rancangan perancang busana itu, Mr. Wong.

Di sisi lain, para aktivispun mulai turun ke jalan. Banyak mahasiswa dan pemuda yang mereka jebak dalam aksi. Padahal di balik aksi mereka menangguk harta dan juga jaminan jabatan dari menteri pertahanan. Ah..ironi negeri kita lagi..!

Dialog Raja dan Penasehat

Saat sang raja tengah menikmati tiap lekuk tubuh para dayang yang masih perawan (kata sang raja) tiba-tiba muncul penasehat kerajaan (diperankan Tommy F Awuy). Sontak raja terkejut dan memarahi perdana menteri.
13222510871118210309
Penasehat kerajaan mengingatkan raja/doc@huzera
Singkat cerita penasehat mengutarakan kegelisahannya, “Ananda raja, hamba hanya ingin menyampaikan bahwa hamba melihat baginda raja jatuh dari tahta, ananda raja dalam semedi hamba nampak telanjang di hadapan rakyat dan diseret” Segera saja hal itu mengundang amarah raja.

Penasehat tak mundur, “Saya lakukan ini karena saya mencintai negeri kita, bukan seperti badut-badut yang ada disekitar paduka. Kerjanya hanya menjilat bokong paduka” Perdana menteripun tersulut dengan ucapan penasehat sepuh itu. Penasehat tetap saja meluncurkan kata-kata “Raja ada kalau rakyat ada…..”

“Ananda raja, apakah kau tak sadar bahwa negerimu ini dalam kondisi kritis. Rakyat kelaparan, dusta kau tebar dimana-mana, pendidikan lumpuh, kebutuhan dasar rakyat tak terpenuhi, tapi kau malah bersenang-senang disini” Raja terbakar mendengar ocehan penasehat, diusir keluarlah penasehat tua yang juga paman sang ratu itu. Raja memerintahkan pada perdana menteri, esok si tua bangka itu harus pergi untuk selama-lamanya..

Puncak Kebodohan Sebuah Negeri..

Mr. Wong sang perancang meyakinkan pada semua di istana termasuk raja bahwa pakaian yang ia rancang memilki kekuatan magis yang luar biasa. Jadi, hanya orang-orang yang cerdas dan bijaksanalah yang bisa melihat gaun tersebut. Bagi yang bodoh tak akan mampu melihat pakaian kebesaran sang raja itu.

Seisi istana tak ada yang mau disebut bodoh, sehingga semua merasa melihat gaun itu. Tak terkecuali raja.

Di saat bersamaan menteri pertahanan meneror rakyat, bahwa esok saat parade raja dengan baju barunya. Tak boleh seorangpun tertawa. Semua harus kagum pada raja, tanpa terkecuali. Kalau sampai ada yang menertawakan raja. Maka hukuman gantung berlaku baginya.

13222512511184510550
Mr Wong sang agen rahasia Amerika Serikat/doc@huzera
Mr. Wong sang agen rahasiapun menghubungi Amerika, melaporkan bahwa tugas ini terlalu mudah buatnya. Negeri ini dihuni oleh pemimpin yang bodoh. Semua yang saya katakan, pasti dituruti. Asalkan saya bawa nama Amerika, negeri ini pasti akan terkagum-kagum. Begitu isi laporan Mr. Wong.

Tibalah hari festival. Ribuan rakyat berkumpul di alun-alun kerajaan. Riuh rendah rakyat menanti sang raja dengan baju barunya. Hiburan-demi hiburan dinikmati rakyat. Tibalah sang raja dan ratu melintas. Luar biasa, tak sehelai benangpun melekat di tubuh sang raja. Namun, rakyat dan petinggi istana tak satupun yang berani tertawa atau mencela. Semua tarkagum-kagum pada baju baru sang raja.

Rajapun naik panggung, berapi-api sang raja berpidato membanggakan baju barunya yang hanya bisa dilihat oleh orang pintar dan bijaksana. Disaat semua manggut-manggut dengan pidato sang raja, muncullah seorang anak kecil yang menertawakan raja. Di saat bersamaan demonstran keluar meneriakkan “Raja gila, raja gila, raja gila”

Seisi negeripun bergemuruh menertawakan rajanya yang sudah gila. Muncullah perdana menteri yang mengumumkan bahwa ia mengambil alih kekuasaan, sampai pemeriksaan terhadap kesehatan jiwa sang raja selesai dilaksanakan oleh tim dokter dari Amerika.

Itulan ending dari semua parodi satire bertajuk “Baju Baru sang Raja”

***

Sang sutradara dalam sambutannya menuliskan Kondisi masyarakat yang digambarkan dalam pementasan ini sudah pasti bukan kondisi yang ideal. Dan, semoga saja dalam kehidupa nyata, kita tidak (lagi) berkomedi, memaksakan happy ending bagi diri dan kelompok sendiri atau bergotong royong mengundang kekacauan, bersama-sama menuju kehancuran”


Lakon ini sejatinya adalah colekan bagi siapa saja di negeri ini tak terkecuali rakyat yang kerap latah. Terutama pula bagi pemimpin yang culas dan berhati serakah. Bahwa Indonesia hari ini masih ada, benar adanya. Tapi akankah Indonesai bertahan 10 atau 20 tahun lagi ? kita tak pernah tahu. Sejarah esok ditentukan oleh laku kita hari ini.
1322250120270089848
Raja gila…raja gilaaa/doc@huzera
Note..
Salut untuk teater sastra (Tesas) FIB UI dengan pementasan lakon ini. Meski kekurangan masih disana sini, tapi jelas penampilan mereka fantastic ! bagi anda yang berminat menyaksikan, datang saja ke Taman Ismail Marzuki (TIM) pukul 8 malam. Pentas akan berlangsung hingga Ahad mendatang, masih ada dua hari..!

..for someone who living in Finland, believe in me that TIM still “our garden”. One day, we will be there together again !


Saturday, November 19, 2011



13216496171735515261
                                      Poster World Toilet Day/ source: www.worldtoilet.org/WTD

Kalau kita habis bepergian dari banyak tempat di dunia, tahu gak cara mudah mengetahui kalau kita sudah sampai di Indonesia ? Jawabannya gampang.. masuk aja ke toilet terus kalau kita temukan toilet yang bau dan tidak nyaman untuk dimasuki..itu tandanya anda sudah sampai di Indonesia. 

Tanpa bermaksud merendahkan negeri sendiri, tapi itulah gambaran dari betapa buruknya kualitas sanitasi di negeri kita. Apa hanya di negeri kita tentu tidak ? Menurut laporan World Toilet Organization (WTO).  Ada sekitar 2,6 milyar penduduk di dunia yang tidak memiliki akses atas fasilitas sanitasi yang memadai. Realitas itulah yang melatari hadirnya World Toilet Day (WTD). 

Hari ini (19/11) diperingati sebagai Hari Toilet Sedunia. Ternyata ada juga hari toilet sedunia. Tak banyak memang yang mengetahui keberadaan hari toilet sedunia ini. WTD pertama kali dideklarasikan pada tahun 2001. Diprakarsai oleh World Toilet Organization yang bermarkas di Singapura. Kini di penyelenggaraan ke-10 WTD, ditargetkan isu sanitasi yang layak dan berkualitas bagi seluruh warga dunia bisa semakin kencang disuarakan.

WTO sendiri kini memiliki 153 anggota yang terdiri dari organisasi-organisasi yang fokus terhadap isu sanitasi, kebersihan dan air. Dalam konteks penguatan kampanye WTO berupaya terus menyuarakan isu ini, terutama di negara-negara yang kualitas sanitasinya masih relatif buruk.

Bagaimana dengan Indonesia ?
Isu sanitasi bukan isu baru di negeri kita. Badan Pusat Statistik merilis bahwa jumlah rumah tangga di Indonesia baik di perkotaan maupun perdesaan baru mencapai angka 55,53 persen yang telah memiliki fasilitas sanitasi yang layak. Artinya masih ada 45an persen penduduk kita yang belum memiliki akses sanitasi yang baik.

Di perkotaan besar di Indonesia, kita masih dengan mudah menjumpai kelompok masyarakat yang sanitasinya sangat buruk. Di Jakarta misalnya, kualitas sanitasi dapat kita lihat masih buruk untuk sebagian masyarakat. Masyarakat yang tinggal di bantaran Ciliwung misalnya, banyak di antara mereka yang menjadikan sungai seklagus sebagai pusat sanitasi. Toilet mereka ya di sungai itu. Ini indikator yang paling kasat mata bagi pemerintah.

Di ibukota negara saja, yang jaraknya sejengkal dari kekuasaan, sanitasi dan air bersih masih menjadi isu utama. Ini cermin masih belum maksimalnya negara melakukan pelayan pada rakyat, di sisi lain ini juga bisa mencerminkan betapa belum terlalu pedulinya publik kita pada isu sanitasi ini. Sebuah upaya mendorong kesadaran kolektif perlu dilakukan bersama. Karena pada akhirnya dampak buruk dari minimnya fasilitas sanitasi yang berkualitas dan lemahnya kesadaran kita akan menghadirkan dampak yang buruk bagi kualitas kehidupan kita.

Jika kualitas kehidupan keseharian kita rendah lantas akan bermuara pada rendahnya produktifitas. Seiring itu semakin rendahlah daya saing bangsa kita.

Sejauhmana negara memaksimalkan unit-unit kerjanya, seperti Departemen Kesehatan, Departemen Lingkungan Hidup dan juga Departemen Pekerjaan Umum dalam mendorong kehadiran fasilitas kualitas sanitasi yang baik serta memadai bagi rakyat Indonesia masih perlu dipertanyakan. Di samping tentunya peran pemerintah daerah. Isu sanitasi di negeri kita bisa disebut sebagai isu minor. Momentum Hari Toilet Seduni kali ini, rasanya bisa kita jadikan turning point untuk mengingatkan negara sekaligus membangun kesadaran publik akan arti pentingnya sanitasi yang berkualitas dan bisa diaksses oleh semua lapisan masyarakat.

Pesan WTD
WTD dalam tiap peringatannya memang tak memiliki tema khusus. Namun tekanan biasanya tetap diberikan dalam tiap perayaan WTD. Tahun ini misalnya WTO mengkontekskan minimnya akses sanitasi yang layak dan rendahnya kualitas air bersih dengan semakin tingginya penyakit infeksi, terutama yang menyerang anak-anak, termasuk di dalamnya diare dan disentri.

Pada tahun ini WTD menyerukan sebuah upaya global untuk memperbaiki kualitas sanitasi dunia guna mencegah semakin meningkatkan kematian anak. Terutama pada usia 1-3 tahun. Perbaikan kualitas sanitasi dan akses terhadap air bersih menurut WTD adalah salah kunci memperbaiki kualitas hidup manusia di dunia.
***
WTD tentunya sekedar sebuah momentum. Sehari saja dalam setahun, tentu tak akan menyelesaikan masalah. Namun di hari ini, 19 november 2011. WTD menyerukan pada kita semua untuk sejenak membersihkan toilet kita masing-masing..:)

Menarik pula rasanya jika kita para blogger menyebarluaskan informasi tentang WTD ini dengan memasang ikon WTD yang bisa didapat di website resmi WTD.

Akhirnya, kehadiran hidup yang berkualitas adalah tanggung jawab bersama publik dan pemerintah. Maukah kita peduli ? pilihan ada di tangan kita masing-masing.

Selamat Merayakan World Toilet Day !
Referensi :
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=29¬ab=14
http://pskpmi.wordpress.com/2008/11/17/kondisi-air-dan-sanitasi-di-indonesia/
http://www.worldtoilet.org/WTD/toolkit_factsheet.html
http://en.wikipedia.org/wiki/World_Toilet_Organization#World_Toilet_Day

Tuesday, November 8, 2011


1320679760518019308
Okto motor serangan timnas u23, kecepatan nir efektifitas/doc@huzera
Indonesia kemarin (7/11) mengawali laga cabang sepakbola dengan “lumayan”, 6 gol tanpa balas. Kamboja pulang dengan wajah lusuh. Patrich Wanggai 2 gol , Gunawan Dwi Cahyo 1 gol, Tibo 1 gol, Ramdani Lestaluhu 1 gol, Andik Virmansyah 1 gol
Detail pertandingan tentu bisa dinikmati langsung di layar kaca. Laporan jalan pertandingan jadi tanggung jawab media mainstream untuk melaporkan. Citizen Journalist mencoba melihat sisi lain dari pertandingan yang berlangsung di Gelora Bung Karno ini. Berikut beberapa catatan yang mungkin luput oleh pena jurnalis mainstream.
***
Kemenangan yang Menggelisahkan
Sepintas timnas kita memang tampil dominan dan nampak menang mudah. Namun kalau mau detail lagi, sebenarnya kemenangan itu menggelisahkan. Mengapa demikian ? 25 menit pertama sebelum Titus Bonai (Tibo) melesakkan gol pertama lewat heading elegannya. Timnas kita tampil dalam keterburu-buruan dan miskin kreasi. Satu hal lagi sebuah terobosan dari sayap kiri Kamboja yang nyaris saja membuahkan gol untuk Kamboja. Untung saja striker Kamboja memang tak memiliki teknik tendangan yang memadai. Coba saja kalau itu striker Timor Leste Diogo Santos (naturalisasi asal Brasil) yang hari ini mencetak satu gol untuk Timor Leste dan mengantarkan Timor Leste melumat Filipina 2-1. Saya yakin jebol gawang Kurnia Mega.
Apa jadinya kalau peluang Kamboja itu berbuah gol ? Akan semakin tertekan tim nasional kita. Namun tentu sepakbola tak mengenal andai-andai. Kita menang, itu saja.
Kecepatan dan berfokus pada sayap menjadi ciri khas serangan timnas kita, tapi ingat hal ini menimbulkan celah yang menganga di lini pertahanan. Hal ini bisa dengan mudah kita lihat berapa kali lini pertahanan kita kocar-kacir menghadapi tim sekelas Kamboja. Diego Michels yang sangat aktif mendukung serangan menjadi sentral lubang itu saat serangan balik lawan.
Di sisi lain koordinasi antara Abdurrahman dan Eko Siswanto tidak berlangsung dengan baik. Beberapa kali terjadi miss communications antara mereka. Puncaknya adalah lepasnya penyerang Kamboja dan berujung pada gol yang dianulir untuk Kamboja. Saya yang kebetulan duduk di tribun yang agak lurus dengan posisi penyerang Kamboja itu, melihat sebenarnya posisinya tidka offside, tentu itu kacamata penonton. Mungkin yang melihat via televisi lebih jelas lagi. Sekali lagi andai saja gol itu tidak dianulir. Entah bagaimana jadinya ?
Sekali lagi, tulisan ini tidak untuk mengacaukan pesta kemenangan ini, hanya saja jalan masih panjanggan ! Semoga saja kita melihat kemenangan ini dengan kritis untuk kebaikan timnas. Tidak hanyut dalam buaian bahasa media mainstream “pesta gol”, “Bantai Kamboja” dan lain-lain. Sungguh ini sebuah kemenangan yang menggelisahkan.
Lihat juga bagaimana Okto Maniani paling tidak dua kali melakukan hal “konyol” melakukan sepakanbackhill yang tidak perlu hingga bola jatuh ke pemain tengah Kamboja dan berbuah serangan balik. Lihat pula betapa cerobohnya Gunawan dalam mengawal lini tengah, dua-tiga kali ia kalah sprint dengan pemain Kamboja. Satu hal, tim kita belum punya jenderal, sosok yang mengatur ritme permainan dan menjadi katalisator tim. Egi, baik memimpin tim, tapi sebagai pengatur serangan dan ritme tim, rasanya belum.
Lini tengah bisa dibilang tak berjalan dengan baik, Gunawan, Stevie Bonsapia dan Egi tak terlalu menonjol perannya dalam mengatur serangan. Barulah ketika Andik dan Ramdani Lestaluhu masuk berasa ada “sinar” lini tengah.
Bagaimana Yongki ? Pemain yang banyak saya sorot dua tulisan saya sebelumnya. Tidak turun full time, hanya di penghujung babak kedua ia turun menggantikan Patrich Wanggai. Sungguh tepat coach RD lebih memilih Patrich. Kalau saja Yongki starter, entah apa jadinya. Terbukti, di waktu yang diberikan Yongki yang mmemiliki sebuah peluang ketika mendapat sodoran umpan dari Okto, justru mental saat adu body dengan pemain belakang Kamboja. Meski tidak menjatuhkan diri, seperti biasanya, tapi gelagat mau menjatuhkan diri itu bisa terlihat. (ah ini mah prasangka..he he). Tapi sungguh saya tak melihat penampilan yang menjanjikan dari sekitar 10 menit penampilan Yongki.
Ada apa di menit 46- hingga 75 ?
Sama seperti tiga laga ujicoba terakhir, menit-menit ini permainan timnas selalu mengalami “kebuntuan” seperti kondisi stuck. Apakah ini bagian dari strategi RD, untuk transisi permainan dan memberi jeda kepada pemain yang terus menerus berlari kencang di 45 menit pertama. Andai iya, rasanya kok aneh.
Kalau dilihat dari masuknya Andik dan keluarnya Ferdinand Sinaga, pola berubah dari 4-3-3 menjadi 4-4-2. Saya bukan pelatih sepakbola, tapi dari kacamata awam saja, saya jadi bertanya-tanya, bagaimana bisa the winning formation diubah saat sedang jaya ? Ataukah ini bagian dari mengamankan kemenangan ? ah yang benar saja, ini Kamboja bung bukan Thailand, masak iya merasa terancam. Namun, untuk urusan yang satu ini saya tak mau terlalu dalam, karena saya yakin RD punya alasan.
Menit 46-75 dalam pertandingan ini saya melihat timnas kita seperti “terlelap” bahkan seisi stadionpun cenderung ngantuk di menit-menit itu.
Mengapa Syamsir Alam dicoret ?
1320679856411202717
Selamat Tinggal syamsir Alam/doc@huzera

Di menit-menit akhir jelang pertandingan, Syamsir Alam tidak dimasukkan dalam 20 pemain inti. Memang tim manajer mencoba menghibur dengan mengatakan tujuh pemain yang tidak masuk 20 pemain inti tetap bagian utama tim dan tidak dipulangkan. Berita disini.
Ah yang benar saja, Syamsir Alam terbang jauh-jauh dari Uruguay, meninggalkan tim profesionalnya hanya untuk jadi penggembira” rasanya berlebihan. Apa mungkin kualitas Syamsir kalah dengan penyerang lainnya ? ah yang benar saja. Syamsir kalah dengan Yongki ? ah yang benar saja. Tiga try out terakhir Syamsir mencetak 2 gol, Yongki hanya 1. Skills ? tentu saja Syamsir tak kalah dari Yongki. Mungkin karena Yongki yang sudah terlanjur diangkat sebagai kapten (meski jarang mengenakan ban kapten, karena jarang starter) hingga pertimbangannya lebih ke faktor non teknis.
Analisa saya, RD ini tipikal pelatih yang menyukai “main aman”, khawatir dengan gejolak tim. Meski yang bersangkutan mencoba membangun manajemen konflik, tapi tak berani ambil resiko besar. Hadirnya Syamsir yang belakangan tentu bisa membahayakan keseimbangan tim. Tapi Yericho yang masuk tim berbarengan dengan Syamsir bisa masuk 20 pemain inti, mengapa Syamsir tidak ? tentu konteksnya berbeda. Kalau Sinaga, Wanggai dan Tibo tentu sudah “mapan” di timkemampuan mereka di atas rata-rata. Hal ini mereka tunjukkan di pertandingan malam ini. Tapi Yongki ? terkesan terlalu dipaksakan ada di tim ini. Baca ini juga. (Syamsir Alam dalam konflik)
Dalam konteks pembinaan, kehadiran Syamsir jauh lebih bermanfaat buat kesinambungan, estafeta di timnas kita. Yongki sudah cukup diberi keempatan, Sea Games Laos, piala AFF cukup untuk membuktikan diri. Bisa dibilang ia gagal. Lagian ia bisa lebih fokus di timnas senior (kalau terpanggil). Kalau kesempatan ini diberikan kepada Syamsir, saya yakin akan sangat baik untuk perkembangannya di timnas.
Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan Yongki, apapun ceritanya ia salah satu pemain baik (bukan terbaik) Indonesia. Hanya saja sebagai awam dan pencinta timnas saya ingin melihat ada wajah baru yang menjanjikan di timnas. Itu saja, toh secara kualitas Syamsir tak kalah baik. Ada apa RD ? Berikan penjelasan.
Hal Unik Seputar Pertandingan
Di luar apa yang terjadi di lapangan, beberapa hal unik terjadi. Lagi-lagi prosesi menyanyikan lagu nasional berlangsung tidak mulus. Ini kali kedua saya saksikan, pertama saat laga Filipina kontra Vietnam. Kali ini saat lagu kebangsaan Kamboja, sound system sepertinya tertinnggal, jadi antara pemain yang bernyanyi dan sound tidak matching dan terputus. Ini hal kecil tapi berpotensi memalukan.
Ini yang paling ajaib dalam laga ini. Tiket di calo justru lebih murah. Tiket VIP yang resminya seharga 350 ribu di calo justru hanya 250 ribu. Koq bisa ya ? saya termasuk yang menggunakan “keajaiban” ini. Selidik punya selidik, ternyata calo mendapatkan tiket itu dari pihak yang mendapat jatah tiket gratis. Mungkin panitia sea games memberikan tiket gratis untuk beberapa pihak dan itulah yang digunakan calo untuk dijual murah.
13206799511007342552
Tiket masuk pertandingan/doc@huzera
Kalo dibanding pertandingan-pertandingan timnas senior, laga kali ini jauh dari hiruk pikuk. Senayan cenderung lengang, mungkin tak lebih dari 10 ribu penonton yang hadir. Tribun nyaris kosong. Ada apa dengan lemasnya dukungan ini ? apa karena The Jak yang memboikot pertandingan timnas, gara-gara kecewa dengan sikap PSSI menyikapi konflik internal Persija atau pendukung garuda memang sudah males mendukung Laskar Garuda yang tak kunjung berprestasi. Mudah-mudahan saja ini hanya karena pertandingan perdana dan belum tersosialisasi dengan baik.
***
Sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud menyurutkan pesta kemenangan ini, tapi ingat jalan masih panjang, jangan sama sekali bersenang diri dengan kemenangan yang menggelisahkan ini. Kemenangan ini bukan apa-apa, percayalah. Next match will be the real match ! Jadi kita baru bisa lega kala kita mampu menundukkan pasukan the young lion, Singapura tanggal 11 nanti.
TETAPLAH FOKUS GARUDA MUDA, JALAN MASIH PANJANG !!
Note : Maaf reportase sederhana kali ini tak bisa tampil dengan foto-foto memadai seperti sebelumnya. Lensa 80-300 MM sedang ngadat karena kehujanan…Baru disadari tadi..:( (sediiih)- curcol-curhat colongan nih.



13207309971598287639
Menyeruak di tengah remah-remah kota-lok.TPA Antang Makassar/doc@huzera
Banyak tanah telah kusinggahi, banyak senyum renyah dari anak-anak Nusantara kudapati. Sungguh menyenangkan melihat mereka tetap tumbuh di negeri yang kadang acuh pada masa depan mereka. Mereka tumbuh mekar di jalan yang sukar.
13207311311686176812
Senyum keceriaan, semoga terjaga lok : banten/dok@huzera
Kita para dewasa kerap abai akan hak dan hutang kita pada mereka, kita larut dalam “keangkuhan” hari ini. Lalu masa depan ? ah nantilah ! Kita lupa bahwa kita ini berhutang pada anak cucu.
Lihat saja tatkala hutan babak bingkas oleh keserekahan kita yang tak kunjung puas. Apakah kita sadar anak cucu kita punya hak atas hutan mereka ini. Mengapa pula kita rampas tuntas hak mereka..
13207312591252132311
Keceriaan gadis mungil Aceh..lok : Aceh Jaya/dok@huzera
1320731468232099719
Putra-putra Aceh, masa depan Serambi Mekah/doc@huzera
Pernahkah kita tersadar, kebusukan kita membuar mereka terdampar di sudut-sudut kehidupan, terlempar dari bangku-bangku sekolah, berjalan gontai menapaki jalanan kota. Mereka hidup bersimbah limbah ibukota, sekedar untuk memapah hidupnya sehari dua.
Mereka hidup dalam “alam”nya, keceriaan, tawa dan kegembiraan itu yang seharusnya jadi milik mereka, hak-hak anak yang terjamin, ruang bermain yang memadai dan pendidikan yang berkualitas itu hak mereka. Sayang tangan-tangan orang dewasa merampas hak-hak itu. Dana pendidikan dipelintir untuk sekarung berlian penguasa, pembangunan ruang bermain yang hijau dinomor duapuluhkan, tersingkir oleh anggunnya pusat perbelanjaan.
Mereka tentu tak akan berkata “Hei, orang dewasa yang culas kembalikan hak kami”, mereka juga tak akan berseru “Orang Dewasa jangan kau rampas hari esok kami..” Tapi tanpa mereka berkata dan berseru, tidakkan kita sadar, bahwa orang dewasa macam kita ini sekian lama abai ? Tahukah kita anak-anak nusantara berurai perih karena laku kita yang abai ?
13207321861238583054
Kami ingin bermain ! / doc@huzera

Kalau kita orang dewasa masih punya rasa dan jiwa, ada baiknya kita semua memastikan hak-hak anak itu. Bukan hanya anak-anak atau cucu biologis kita, tapi seluruh anak nusantara tanpa terkecuali. Kita pastikan mereka terbebas dari penganiayaan dan pelecehan orang dewasa. Mari kita pastikan mereka bisa bermain dengan santai dan nyaman tanpa khawatir disosor roda empat atau dua yang melaju. Mari kita pastikan anak-anak nusantara bisa bersekolah dengan senang. Mari kita pastikan pula kotak pandora bernama teve itu memberi mereka pencerahan bukan kesesatan.

Sekali lagi, KITA BERHUTANG PADA MEREKA, ANAK-ANAK NUSANTARA.
13207317391048180743
Pejuang mngil dari TPA Antang, Makassar/doc@huzera
Semoga kita orang dewasa mau tergugah melunasi “Hutang” kita pada mereka. Negara harus memastikan perlindungan bagi anak-anak nusantara melalui regulasi dan pembangunan yang pro-anak, masyarakat harus menjadi pagar bagi tumbuhnya mereka secara berkualitas.
Semoga tak ada lagi anak-anak nusantara yang terpaksa gantung diri karena resah tak mampu bayar uang sekolah. Semoga tak ada lagi anak-anak yang dieksplotasi di layar kaca atas nama profit. Berharap pula tak ada lagi anak-anak nusantara yang terpaksa meregang nyawa karena tak mampu berobat kala sakit. Seribu harapanku bagi anak-anak nusantara.
13207322681850012934
Masa Depan milik kami !/doc@huzera
Note : Foto-foto ini merupakan koleksi pribadi diambil medio 2007-2011 dalam beberapa perjalanan di nusantara.


Tuesday, November 1, 2011


Galian di jantung ibukota/dok.@huzera


Penghujung Oktober, hujanpun mulai rutin menyapa kawasan Jabodetabek. Siklus tahunan yang tentu saja telah terbiasa dihadapi warga. Beragam fenomena sosial menyeruak manakala musim hujan tiba. Banjir, wabah penyakit musiman, sampah yang kian berhamburan dibawa hujan, pohon bertumbangan, Ibukota dan kawasan penyanggah tiba-tiba saja makin kusut.

Satu fenomena yang juga hampir tiap musim hujan datang adalah menggilanya penggalian lubang-lubang di jalanan dengan berbagai tujuan. Jalan yang memang sudah sangat terbatas itupun kian menyempit. Atas nama perbaikan saluran air bersih, perbaikan jalur air (gorong-gorong), galian kabel telpon dan lain sebagainya penggalian dilakukan.

Sebagai warga pengguna jalan yang hampir tiap hari berlalu lalang di jalanan ibukota, saya mencoba berbagi laporan sederhana, bagaimana galian-galian itu siap menngancam keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan.

Mengapa Saat Hujan Datang ?

Joy, seorang pewarta di harian nasional yang berkantor di kawasan Kebayoran dan baru ditarik ke kantor pusat kurang dari sebulan bertutur, “..berat rasanya berkendara di jalanan ibukota, seperti medan perang, pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki paling menderita. Apalagi di musim hujan..” Senada Joy, seorang kawan Willy yang  bekerja di kawasan Blok M dan bermukim di daerah Parung juga merasakan kekhawatirannya dengan semakin banyaknya galian di musim hujan, terutama yang berada di sepanjang jalan RS. Fatmawati.

Saya mencoba menelusuri ruas jalan Fatmawati yang dimaksud Willy, ternyata benar saja mulai dari Pasar Cipete hingga ke perempatan Blok M – Panglima Polim terdapat banyak sekali galian lubang meski kecil-kecil, di beberapa titik juga ada galian dengan lubang besar. Tanah merah yang menggunung di kiri-kanan jalan memang menjadi sangat berbahaya tatkala hujan tiba,  licin, lubang yang tak terlihat jelas karena tak ada tanda khusus bisa berdampak pada keselamatan pengguna jalan, terutama pejalan kaki dan pengendara roda dua.

Kalau kita cermati dengan mudah kita mbisa menemui berbagai lubang galian di jalan-jalan ibukota, entah apa pertimbangan pelakunya justru saat musim hujan tiba mereka berlomba menggali.

Hanya selembar kata MAAF,  keselamatan jadi taruhan/dok.@huzera
Tanpa galian-galian itu saja, jalanan ibukota kala musim hujan tiba telah menjadi kawasan “siaga 1” apalagi ditambah berbagai lubang galian yang kadang warga tak paham seberapa penting lubanng itu. Kalaupun membuat galian itu memang mendesak adanya dan penting bagi kemaslahatan warga tentu perlu dijelaskan pada warga pula, tidak cukup hanya secarik tulisan asal jadi di pampang “Maaf jalan anda terganggu….”. Keselamatan warga juga pantas menjadi pertimbangan utama. Bisakah digali sebelum musim hujan tiba ?

Galian Raksasa di “Jantung” Ibukota

Jika anda berlalu di Jalan Sudirman bersiap-siaplah mengalokasikan waktu lebih, ruas jalan di jalur paling tepi termakan separuh sisi oleh galian gorong-gorong yang niatnya dihadirkan untuk mengantisipasi genangan air selama musim hujan. Alih-alih menjadi solusi proyek ini justru menjadi masalah baru.

Paling tidak itu yang dirasakan oleh Iwan pedagang kue pancong yang mangkal di jembatan penyebrangan busway Gelora Bung Karno (GBK). “Kalau sudah hujan bang, apalagi pagi dan sore macetnya gila-gilaan, kasihan yang jalan kaki bang. Sudah gitu bus-bus sukanya ngetem…” Tentu saja warga akan memahami niat baik negara melindungi warga dari banjir dengan proyek pembangunan saluran buangan ini, namun pertanyaannya apakah proyek ini memperhatikan dengan baik aspek keselamatan publik selama pengerjaannya. Lalu perencanaan waktunya sudah tepatkah ?

Penelusuran saya menunjukkan, lubang-lubanng besar yang menganga itu tak ada pembatas yang layak, hanya kayu-kayu seadanya dengan lilitan tali seperti police line. Di beberapa sudut terpampang spanduk permohonan maaf dan tanda bertulis “Lubang Galian” Kekusutan akan semakin jelas dan nampak parah manakala petang menjelang atau pagi hari. Pejalan kaki benar-benar kehilangan hak atas jalan. Pengendara motor dan sepeda juga bergerak harus dengan sangat hati-hati kalau tak mau berujung nyemplung.

Penderitaan warga ibukota dan sekitarnya sudah cukup menggurita, berbagai kerawanan menjadi makin lekat kala musim hujan tiba. Haruskah ditambah dengan lubang-lubanng galian yang menganga pongah itu ?

Muhammad, pekerja galian di Jalan Sudirman asal Pekalongan seolah menangkap kegelisahan saya “Tenang mas, ini pengerjaan cepat sekali…gak lama lagi selesai” tentu pernyataan Pak Muhammad cukup menghibur, tapi belum cukup mengakhiri kekhawatiran pengguna jalan di ibukota.

Proyek gali-menggali ini tentu lahan basah bagi sebagian pihak, tapi haruskan dilakukan saat musim basah pula. Basah-basahan dana proyek itu seharusnya tak menafikkan hak-hak warga akan kenyamanan, hak keselamatan di jalan, hak perlindungan atas keteledoran pemerintah.

Lubang-lubang galian telah menjadi pemandangan rutin di kala musim hujan tiba di ibukota, tidakkah pihak-pihak terkait belajar dari tahun-tahun sebelumnya ? Jangan korbankan nyawa warga.

Waspadalah !

Lubang-lubang galian berhamburan dan membantang seantero Jakarta, warga pengguna jalan selalu menjadi korban dan pihak yang paling terlemahkan. Adakah negara peduli ? Tentu saja klaim kepedulian selalu muncul, biarkan saja, toh kita bisa merasakannya. Bukankah proyek-proyek galian itu dilakukan juga atas nama kepedulian pada warga. Betulkah ? kita semua punya opini.

Apakah perusahan-perusahaan pelaksana proyek itu peduli pada hak-hak warga ? Berat rasanya mengatakan iya, keuntungan pastinya menjadi nomor satu di mata mereka.

Dalam logika proyek maka kita warga pengguna jalan itu akan selalu menjadi korban, jangan berharap banyak pada negara apalagi perusahaan pelaksana proyek itu. Jika itu yang kita lakukan namanya bunuh diri !!! Satu saja, waspadalah di jalanan ibukota !!






Popular Posts