Tuesday, November 8, 2011


1320679760518019308
Okto motor serangan timnas u23, kecepatan nir efektifitas/doc@huzera
Indonesia kemarin (7/11) mengawali laga cabang sepakbola dengan “lumayan”, 6 gol tanpa balas. Kamboja pulang dengan wajah lusuh. Patrich Wanggai 2 gol , Gunawan Dwi Cahyo 1 gol, Tibo 1 gol, Ramdani Lestaluhu 1 gol, Andik Virmansyah 1 gol
Detail pertandingan tentu bisa dinikmati langsung di layar kaca. Laporan jalan pertandingan jadi tanggung jawab media mainstream untuk melaporkan. Citizen Journalist mencoba melihat sisi lain dari pertandingan yang berlangsung di Gelora Bung Karno ini. Berikut beberapa catatan yang mungkin luput oleh pena jurnalis mainstream.
***
Kemenangan yang Menggelisahkan
Sepintas timnas kita memang tampil dominan dan nampak menang mudah. Namun kalau mau detail lagi, sebenarnya kemenangan itu menggelisahkan. Mengapa demikian ? 25 menit pertama sebelum Titus Bonai (Tibo) melesakkan gol pertama lewat heading elegannya. Timnas kita tampil dalam keterburu-buruan dan miskin kreasi. Satu hal lagi sebuah terobosan dari sayap kiri Kamboja yang nyaris saja membuahkan gol untuk Kamboja. Untung saja striker Kamboja memang tak memiliki teknik tendangan yang memadai. Coba saja kalau itu striker Timor Leste Diogo Santos (naturalisasi asal Brasil) yang hari ini mencetak satu gol untuk Timor Leste dan mengantarkan Timor Leste melumat Filipina 2-1. Saya yakin jebol gawang Kurnia Mega.
Apa jadinya kalau peluang Kamboja itu berbuah gol ? Akan semakin tertekan tim nasional kita. Namun tentu sepakbola tak mengenal andai-andai. Kita menang, itu saja.
Kecepatan dan berfokus pada sayap menjadi ciri khas serangan timnas kita, tapi ingat hal ini menimbulkan celah yang menganga di lini pertahanan. Hal ini bisa dengan mudah kita lihat berapa kali lini pertahanan kita kocar-kacir menghadapi tim sekelas Kamboja. Diego Michels yang sangat aktif mendukung serangan menjadi sentral lubang itu saat serangan balik lawan.
Di sisi lain koordinasi antara Abdurrahman dan Eko Siswanto tidak berlangsung dengan baik. Beberapa kali terjadi miss communications antara mereka. Puncaknya adalah lepasnya penyerang Kamboja dan berujung pada gol yang dianulir untuk Kamboja. Saya yang kebetulan duduk di tribun yang agak lurus dengan posisi penyerang Kamboja itu, melihat sebenarnya posisinya tidka offside, tentu itu kacamata penonton. Mungkin yang melihat via televisi lebih jelas lagi. Sekali lagi andai saja gol itu tidak dianulir. Entah bagaimana jadinya ?
Sekali lagi, tulisan ini tidak untuk mengacaukan pesta kemenangan ini, hanya saja jalan masih panjanggan ! Semoga saja kita melihat kemenangan ini dengan kritis untuk kebaikan timnas. Tidak hanyut dalam buaian bahasa media mainstream “pesta gol”, “Bantai Kamboja” dan lain-lain. Sungguh ini sebuah kemenangan yang menggelisahkan.
Lihat juga bagaimana Okto Maniani paling tidak dua kali melakukan hal “konyol” melakukan sepakanbackhill yang tidak perlu hingga bola jatuh ke pemain tengah Kamboja dan berbuah serangan balik. Lihat pula betapa cerobohnya Gunawan dalam mengawal lini tengah, dua-tiga kali ia kalah sprint dengan pemain Kamboja. Satu hal, tim kita belum punya jenderal, sosok yang mengatur ritme permainan dan menjadi katalisator tim. Egi, baik memimpin tim, tapi sebagai pengatur serangan dan ritme tim, rasanya belum.
Lini tengah bisa dibilang tak berjalan dengan baik, Gunawan, Stevie Bonsapia dan Egi tak terlalu menonjol perannya dalam mengatur serangan. Barulah ketika Andik dan Ramdani Lestaluhu masuk berasa ada “sinar” lini tengah.
Bagaimana Yongki ? Pemain yang banyak saya sorot dua tulisan saya sebelumnya. Tidak turun full time, hanya di penghujung babak kedua ia turun menggantikan Patrich Wanggai. Sungguh tepat coach RD lebih memilih Patrich. Kalau saja Yongki starter, entah apa jadinya. Terbukti, di waktu yang diberikan Yongki yang mmemiliki sebuah peluang ketika mendapat sodoran umpan dari Okto, justru mental saat adu body dengan pemain belakang Kamboja. Meski tidak menjatuhkan diri, seperti biasanya, tapi gelagat mau menjatuhkan diri itu bisa terlihat. (ah ini mah prasangka..he he). Tapi sungguh saya tak melihat penampilan yang menjanjikan dari sekitar 10 menit penampilan Yongki.
Ada apa di menit 46- hingga 75 ?
Sama seperti tiga laga ujicoba terakhir, menit-menit ini permainan timnas selalu mengalami “kebuntuan” seperti kondisi stuck. Apakah ini bagian dari strategi RD, untuk transisi permainan dan memberi jeda kepada pemain yang terus menerus berlari kencang di 45 menit pertama. Andai iya, rasanya kok aneh.
Kalau dilihat dari masuknya Andik dan keluarnya Ferdinand Sinaga, pola berubah dari 4-3-3 menjadi 4-4-2. Saya bukan pelatih sepakbola, tapi dari kacamata awam saja, saya jadi bertanya-tanya, bagaimana bisa the winning formation diubah saat sedang jaya ? Ataukah ini bagian dari mengamankan kemenangan ? ah yang benar saja, ini Kamboja bung bukan Thailand, masak iya merasa terancam. Namun, untuk urusan yang satu ini saya tak mau terlalu dalam, karena saya yakin RD punya alasan.
Menit 46-75 dalam pertandingan ini saya melihat timnas kita seperti “terlelap” bahkan seisi stadionpun cenderung ngantuk di menit-menit itu.
Mengapa Syamsir Alam dicoret ?
1320679856411202717
Selamat Tinggal syamsir Alam/doc@huzera

Di menit-menit akhir jelang pertandingan, Syamsir Alam tidak dimasukkan dalam 20 pemain inti. Memang tim manajer mencoba menghibur dengan mengatakan tujuh pemain yang tidak masuk 20 pemain inti tetap bagian utama tim dan tidak dipulangkan. Berita disini.
Ah yang benar saja, Syamsir Alam terbang jauh-jauh dari Uruguay, meninggalkan tim profesionalnya hanya untuk jadi penggembira” rasanya berlebihan. Apa mungkin kualitas Syamsir kalah dengan penyerang lainnya ? ah yang benar saja. Syamsir kalah dengan Yongki ? ah yang benar saja. Tiga try out terakhir Syamsir mencetak 2 gol, Yongki hanya 1. Skills ? tentu saja Syamsir tak kalah dari Yongki. Mungkin karena Yongki yang sudah terlanjur diangkat sebagai kapten (meski jarang mengenakan ban kapten, karena jarang starter) hingga pertimbangannya lebih ke faktor non teknis.
Analisa saya, RD ini tipikal pelatih yang menyukai “main aman”, khawatir dengan gejolak tim. Meski yang bersangkutan mencoba membangun manajemen konflik, tapi tak berani ambil resiko besar. Hadirnya Syamsir yang belakangan tentu bisa membahayakan keseimbangan tim. Tapi Yericho yang masuk tim berbarengan dengan Syamsir bisa masuk 20 pemain inti, mengapa Syamsir tidak ? tentu konteksnya berbeda. Kalau Sinaga, Wanggai dan Tibo tentu sudah “mapan” di timkemampuan mereka di atas rata-rata. Hal ini mereka tunjukkan di pertandingan malam ini. Tapi Yongki ? terkesan terlalu dipaksakan ada di tim ini. Baca ini juga. (Syamsir Alam dalam konflik)
Dalam konteks pembinaan, kehadiran Syamsir jauh lebih bermanfaat buat kesinambungan, estafeta di timnas kita. Yongki sudah cukup diberi keempatan, Sea Games Laos, piala AFF cukup untuk membuktikan diri. Bisa dibilang ia gagal. Lagian ia bisa lebih fokus di timnas senior (kalau terpanggil). Kalau kesempatan ini diberikan kepada Syamsir, saya yakin akan sangat baik untuk perkembangannya di timnas.
Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan Yongki, apapun ceritanya ia salah satu pemain baik (bukan terbaik) Indonesia. Hanya saja sebagai awam dan pencinta timnas saya ingin melihat ada wajah baru yang menjanjikan di timnas. Itu saja, toh secara kualitas Syamsir tak kalah baik. Ada apa RD ? Berikan penjelasan.
Hal Unik Seputar Pertandingan
Di luar apa yang terjadi di lapangan, beberapa hal unik terjadi. Lagi-lagi prosesi menyanyikan lagu nasional berlangsung tidak mulus. Ini kali kedua saya saksikan, pertama saat laga Filipina kontra Vietnam. Kali ini saat lagu kebangsaan Kamboja, sound system sepertinya tertinnggal, jadi antara pemain yang bernyanyi dan sound tidak matching dan terputus. Ini hal kecil tapi berpotensi memalukan.
Ini yang paling ajaib dalam laga ini. Tiket di calo justru lebih murah. Tiket VIP yang resminya seharga 350 ribu di calo justru hanya 250 ribu. Koq bisa ya ? saya termasuk yang menggunakan “keajaiban” ini. Selidik punya selidik, ternyata calo mendapatkan tiket itu dari pihak yang mendapat jatah tiket gratis. Mungkin panitia sea games memberikan tiket gratis untuk beberapa pihak dan itulah yang digunakan calo untuk dijual murah.
13206799511007342552
Tiket masuk pertandingan/doc@huzera
Kalo dibanding pertandingan-pertandingan timnas senior, laga kali ini jauh dari hiruk pikuk. Senayan cenderung lengang, mungkin tak lebih dari 10 ribu penonton yang hadir. Tribun nyaris kosong. Ada apa dengan lemasnya dukungan ini ? apa karena The Jak yang memboikot pertandingan timnas, gara-gara kecewa dengan sikap PSSI menyikapi konflik internal Persija atau pendukung garuda memang sudah males mendukung Laskar Garuda yang tak kunjung berprestasi. Mudah-mudahan saja ini hanya karena pertandingan perdana dan belum tersosialisasi dengan baik.
***
Sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud menyurutkan pesta kemenangan ini, tapi ingat jalan masih panjang, jangan sama sekali bersenang diri dengan kemenangan yang menggelisahkan ini. Kemenangan ini bukan apa-apa, percayalah. Next match will be the real match ! Jadi kita baru bisa lega kala kita mampu menundukkan pasukan the young lion, Singapura tanggal 11 nanti.
TETAPLAH FOKUS GARUDA MUDA, JALAN MASIH PANJANG !!
Note : Maaf reportase sederhana kali ini tak bisa tampil dengan foto-foto memadai seperti sebelumnya. Lensa 80-300 MM sedang ngadat karena kehujanan…Baru disadari tadi..:( (sediiih)- curcol-curhat colongan nih.


0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts