Sunday, December 29, 2013



Apakah segala sesuatu di dunia ini terjadi karena alasan tertentu ? Haruskan kita mencari tahu alasan dibalik segala sesuatu ?

Kadang saya bertanya, mengapa saya menulis ? mengapa saya menjadi fasilitator pendidikan untuk Orang Rimba, mengapa saya kuliah ?

Adakah kita benar-benar sadar atas apa yang kita lakukan dan pilih ? Saya meyakini daripada berpikir terlalu dalam atas alasan, jauh lebih menyenangkan memastikan apakah kita paham dan menyadari apa yang kita pilih dan lakukan.

Tentu sulit memastikan bahwa segala sesuatu terjadi dalam hidup karena alasan tertentu, karena bisa saja segala sesuatu terjadi secara random. Tentu dengan naluri dasar kemanusiaan kita, pertanyaan substansial termasuk reason d’etre atas sebuah peristiwa akan selalu menarik. Tapi, pertanyaannya, andai alasan itu terjawab, so what ?

Bukankah sebagai makhluk yang berinteraksi secara sosial, faktor eksternal sangat memperngaruhi pilihan dan apa yang kita lakukan. Apa ktia sekolah, benar-benar karena kita ingin sekolah ? Apa kita tahu mengapa kita harus sekolah ? Paling-paling, agar cerdas, alasannya atau alasan klasik lainnya. Tapi apakah sebenarnya kita sekolah karena kita tak sanggup menghadapi realitas hidup yang pahit, sehingga bersembunyi dibalik sekolah ? Menemukan jawaban atas peristiwa kadang berujung pada kepedihan saja.

Tak semua hal membutuhkan alasan, tak perlu pula terlalu dicari apa alasan dibaliknya. Karena hidup sejatinya memiliki kekuatan terkuat bernama misteri. Bukankah Tuhan menjadi Sang Maha dibalik tabirNya, kita tak bisa terang benerang berinteraksi. Bukankah masa depan menjadi menarik, karena disana terkandung unsur tanda tanya ? Lalu, bukankah orang lain menjadi memesona karena kita tak mengetahui seratus persen tentangnya ? Bahkan kita tak pernah benar-benar tahu siapa diri kita ?

Kalau kehidupan ini menjadi indah karena misteri dan tanda tanya, lalu mengapa kita menghabiskan waktu dna tenaga untuk membuat segala sesuatu menjadi terang benerang ? Tapi pada akhirnya, semua tentang pilihan saja.

Sumber ilustrasi : www.wemovetogether.me

Saturday, December 28, 2013


Tiap waktu bergulir, menit ke menit, minggu ke minggu, bulan ke bulan atau tahun ke tahun selalu membawa hal-hal untuk dikenang. 2013, bagiku layak untuk dikenang, tentang tulis menulis salah satunya. Tiga buah buku keroyokan alias buku nebeng, berhasil nongol. Menyenangkan rasanya memulai proses menjadi penulis buku benaran, suatu saat kelak.

Kumpulan Puisi Esai “Tarian Cinta Anak Koruptor”




Buku ini adalah kumpulan pemenang lomba puisi esai Denny JA untuk kategori, puisi terbaik. Ada enam penyair didalamnya; Alex R. Nainggolan, Baiq Ratna Mulyaningsih, Carolina Betty Tobing, Chairunnisa, Damhuri Muhammad dan aku sendiri. Buku ini terbit pada Januari 2013 dengan editor Jamal D. Rahman dan kata pengantar dari Nenden Lilis Aisyah.

Puisi esai yang kubuat berjudul “Jangan Panggil Kami Kubu !”, sebenarnya berisi syair-syairku yang berserak. Syair yang kutulis di lapangan ketika tengah mengajar anak-anak Orang Rimba, atau kutulis ketika berada di Jambi ketika pulang dari lapangan. Maka wajar saja sebagai sebuah puisi panjang nampak terpisah, kisahnya tak menyatu utuh. Meski tetap ada jalinan satu sama lain.
Sisi emosional tokoh juga menjadi rapuh, karena memang tidak digarap pada dimensi itu. Dalam pengantar tulisan kritik tentang hal itu disampaikan oleh Ibu Nenden Lilis Aisyah.

Sungguh sebuah kebahagiaan bisa menjadi bagian dari proses lahirnya karya-karya awal puisi esai di tanah air. Meski sekedar penggembira, tentunya.

Buku kumpulan puisi esai ini diterbitkan oleh Jurnal Sajak Indonesia, buku ini secara online bisa didapatkan disini...

Pancasila, Apa Kabar ?

Buku ini adalah kompilasi 20 pemenang lomba ngeblog tentang pancasila yang diadakan oleh pusakaindonesia.org dan dapur buku. Beruntung salah satu tulisanku muncul sebagai pemenang kedua, sehingga berhal diikutkan dalam antologi ini.
Sayangnya buku ini tak dicetak secara masal, tapi dari penuturan penyelenggara, mereka sedang mengupayakan buku ini diterbitkan oleh major publisher. Tapi entahlah.
Terpenting sebagai sebuah proses belajar buku ini cukup menyenangkanku. Buku ini sendiri diterbitkan oleh dapur buku dan pusakaindonesia.org.

Love Journey #2 “Mengeja Seribu Wajah Indonesia”

 Di penghujung 2013, salah satu tulisanku muncul sebagai bagian dari buku Love Journey #2 “Mengeja Seribu Wajah Indonesia”. Penerbitnya adalah Divapress melalui lini DeTeens. Senang rasanya bisa bergabung dengan 19 penulis yang berhasil lolos audisi buku ini. Ditambah dua tulisan dari penggagas buku dan tiga penulis tamu.
Dalam audisi ini aku menulis catatan mungil tatkala berkunjung di Penyalai, Riau dan catatan tentang Orang Rimba. Menyenangkan bisa berbagi kisah tentang sisi lain nusantara.

Akhirnya, semoga 2014 bisa menghadirkan buku yang ditulis sendiri :). Tapi lebih dari itu semoga 2014 hidup bisa lebih bermakna, bagi keluarga, paling tidak :)

Foto 1 : Diambil dari puisi-esai.com
Foto 2 : Diambil dari pusakaindonesia.org
Foto 3 : Diambil dari lafatah.wordpress.com 





2013 segera akan berlalu, ada yang tertinggal dalam guragat waktu, tapi ada kenangan yang akan selalu dibawa. Salah satu hal yang paling menyenangkan di tahun ini adalah kembalinya gairah menulis walau belum dalam kestabilan menulis, tapi paling tidak gairah itu mulai tumbuh. Semoga tak layu dirundung lesuh.

Sebenarnya 2011 akhir telah menjadi semacam permulaan gairah menulis itu, setelah redup dari tahun 2006 hingga 2011. Beruntung berjumpa dengan Kompasiana, media jurnalisme warga yang begitu menyenangkan dan mencerahkan. Setahun berproses secara intensif di media warga ini memberi semacam semangat dan gairah untuk terus berkarya.

Penghujung 20012 kuputuskan untuk menulis sesekali saja di Kompasiana, tak seintensif 2011-2012. Di 2013, bisa dibilang sedikit saja tulisan di Kompasiana, cenderung menjadi the silent reader. Tapi, mengurangi aktivitas di Kompasiana, bukan berarti berhenti menulis, aku kembali menghidupkan blog personalku. Sesekali juga mengikuti lomba menulis atau foto yang berseliweran.

Beruntung sesekali para dewan juri memberi apresiasi atas karya-karya yang kuhasilkan. Menyenangkan mendapatkan apresiasi macam ini, kadang hadiahnya tak seberapa, tapi sebagai penyemangat cukuplah. Di luar soal hadiah, ini juga menyangkut kepuasan. Beberapa apresiasi yang diperoleh antara lain ;




Waktu
Event
Result
Reward
Pranala Pengumuman
Judul Karya/Tema Foto
Desember 2011
Lomba Blog “Ayo Indonesia Bisa” Sea Games
Juara 1
Pulsa Mentari Rp. 500.000
(Setelah) Rubuhnya Tiang Gawang Kami
Desember 2012
Lomba Puisi Esai Denny JA
12 Puisi Terbaik
Uang Tunai Rp. 500.000
Jangan Panggil Kami Kubu !
Februari 2013
Lomba Penulisan Wisata Pabrik gula-PTPN X
Juara Harapan
Uang Tunai Rp. 1.000.000
Pabrik Gula Sebagai Destinasi Wisata Unggulan, Mimpi Kesiangankah ?
Maret 2013
Lomba menulis blog masyarakat dan perubahan iklim
Juara 2
Galaxy tab 2, 7 inch (dijual Rp. 2.500.000)
Orang Rimba dan Adaptasi Perubahan Iklim
April 2013
Lomba Foto dan Kisah Langkah Kecil Untuk Sesama
Pemenang mingguan
Voucher indomaret
Rp. 500.000
Belajar Bersama Orang Rimba
April 2013
Lomba Menulis “Pancasila”-Pusaka Indonesia-Buku Kita
Juara 2
Uang tunai Rp. 1.500.000
Merajut Kepingan Pancasila, Dari GAM Hingga Gangnam
April 2013
Lomba Foto “Rexona Men Adventure”
Pemenang Utama
Kamera Canon 600D
Berperahu
April 2013
Audisi Buku Love Journey #2
Peringkat 2

Royalti, diterbitkan DIVA Press
Orang Akit, Orang Rimba dan Sisi Lain Nusantara
April 2013
Lomba Blog “Pendidikan” Club Air Mineral dan Kompasiana

Juara 3
Rp. 1.000.000
Mengeja Pendidikan Kita dari Carita Hingga Finlandia
 Mei 2013




Juli 2013
Lomba Blog Kartunet "Aksesibilitas Untuk Difabel"

Lomba Foto dan Kisah “Langkah Kecil Untuk Sesama”

 TOP 15 (Finalis)


 Juara Utama

Happy aja.. :)



 Rp. 3.000.000
 Irwanto dan Sebuah Kisah di Ibukota

 

Belajar Bersama Orang Rimba
Oktober 2013
Lomba Blog PLN Bersih
Pemenang Harapan
Voucher Listrik Rp. 250.000
PLN dan Radio Komunitas Orang Rimba

Pada akhirnya menulis adalah sebuah cara untuk berefleksi atas apa-apa yang dialami dan dipikirkan. Bentuknya bisa apa saja, fiksi atau bukan itu hanya pilihan. Mau mendayu-dayu atau tegas ilmiah juga soal gaya saja. Selama menulis itu sebuah kesenangan bukan beban, baik-baik saja.

Semoga 2014 akan membawa warnanya sendiri. Apalagi sebuah “kado besar” akan datang di tahun depan ini. Sesuatu yang akan membuat hidupku makin berwarna...

sumber ilustrasi : www.vectorstock.com





Menulis panjang dan rumit sedang tidak menarik hatiku, termasuk didalamnya yang mendayu-dayu. Sedang sangat menyukai sejenis syair saja yang singkat tapi kata-katanya terikat satu sama lain. Entah karena efek malas menulis atau karena sedang galau atau jangan-jangan karena efek kondisi kesehatan. Ah, kondisi kesehatan tak masuk sebagai alasan...

Teringat saat kali pertama membaca catatan “pecah-pecah” dari Goenawan Mohamad dalam “Pagi dan Hal-hal yang Dipungut Kembali”, aneh rasanya menyaksikan GM menulis sekedar tiga hingga enam baris saja. Tapi entah kenapa mengundang dahaga ? Imaji, pikiran dan juga keingintahuan tali temali setelah membaca epigram tersebut.
Tema yang diangkat GM pun karut marut mulai dari donat yang lambang kapitalisme hingga hal-hal ringan seputar pagi dan tidur. Tak semua hal menarik dan penting harus ditulis panjang dan lama, kadang singkat dan cepat itu indah. Meski sebagian lelaki akan tersinggung dengan hal ini. :)

Kembali ke soal menulis singkat, ada kalanya seorang penulis (atau bagi orang yang tengah belajar menulis seperti aku) muak dengan kata-kata dan kehilangan kepercayaan pada segala sesuatu yang terbebani dengan keindahan. Pada saat itulah kalimat-kalimat pendek yang dalam menjadi pilihan. Karena semuak apapun terhadap kata-kata, seorang penulis tetap harus memungutnya agar tak menjadi gila.

Layaknya seorang pemeluk agama, ada saatnya iman menjulang tapi adakala dangkal. Begitupun seorang penulis, adakalanya begitu mengagungkan kata-kata, tapi ada masa semua kata terasa dangkal. Tapi apapun itu, kata-kata tetaplah harus mendapat tempat, sama seperti Tuhan. Atheis sekalipun, memberi tempat kepada Tuhan, sehebat apapun dinafikkan.

Tulisan-tulisan singkat beraroma syair yang sedang kugeluti kadang hadir begitu saja, tanpa berpikir rumit-rumit, terlepas begitu saja dari tempurung kepala. Jika berminat menikmati bisa dikunjungi di www.kibasilalang.blogspot.com

Sumber ilustrasi : fiverr.com



Popular Posts