Tuesday, November 1, 2011


Galian di jantung ibukota/dok.@huzera


Penghujung Oktober, hujanpun mulai rutin menyapa kawasan Jabodetabek. Siklus tahunan yang tentu saja telah terbiasa dihadapi warga. Beragam fenomena sosial menyeruak manakala musim hujan tiba. Banjir, wabah penyakit musiman, sampah yang kian berhamburan dibawa hujan, pohon bertumbangan, Ibukota dan kawasan penyanggah tiba-tiba saja makin kusut.

Satu fenomena yang juga hampir tiap musim hujan datang adalah menggilanya penggalian lubang-lubang di jalanan dengan berbagai tujuan. Jalan yang memang sudah sangat terbatas itupun kian menyempit. Atas nama perbaikan saluran air bersih, perbaikan jalur air (gorong-gorong), galian kabel telpon dan lain sebagainya penggalian dilakukan.

Sebagai warga pengguna jalan yang hampir tiap hari berlalu lalang di jalanan ibukota, saya mencoba berbagi laporan sederhana, bagaimana galian-galian itu siap menngancam keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan.

Mengapa Saat Hujan Datang ?

Joy, seorang pewarta di harian nasional yang berkantor di kawasan Kebayoran dan baru ditarik ke kantor pusat kurang dari sebulan bertutur, “..berat rasanya berkendara di jalanan ibukota, seperti medan perang, pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki paling menderita. Apalagi di musim hujan..” Senada Joy, seorang kawan Willy yang  bekerja di kawasan Blok M dan bermukim di daerah Parung juga merasakan kekhawatirannya dengan semakin banyaknya galian di musim hujan, terutama yang berada di sepanjang jalan RS. Fatmawati.

Saya mencoba menelusuri ruas jalan Fatmawati yang dimaksud Willy, ternyata benar saja mulai dari Pasar Cipete hingga ke perempatan Blok M – Panglima Polim terdapat banyak sekali galian lubang meski kecil-kecil, di beberapa titik juga ada galian dengan lubang besar. Tanah merah yang menggunung di kiri-kanan jalan memang menjadi sangat berbahaya tatkala hujan tiba,  licin, lubang yang tak terlihat jelas karena tak ada tanda khusus bisa berdampak pada keselamatan pengguna jalan, terutama pejalan kaki dan pengendara roda dua.

Kalau kita cermati dengan mudah kita mbisa menemui berbagai lubang galian di jalan-jalan ibukota, entah apa pertimbangan pelakunya justru saat musim hujan tiba mereka berlomba menggali.

Hanya selembar kata MAAF,  keselamatan jadi taruhan/dok.@huzera
Tanpa galian-galian itu saja, jalanan ibukota kala musim hujan tiba telah menjadi kawasan “siaga 1” apalagi ditambah berbagai lubang galian yang kadang warga tak paham seberapa penting lubanng itu. Kalaupun membuat galian itu memang mendesak adanya dan penting bagi kemaslahatan warga tentu perlu dijelaskan pada warga pula, tidak cukup hanya secarik tulisan asal jadi di pampang “Maaf jalan anda terganggu….”. Keselamatan warga juga pantas menjadi pertimbangan utama. Bisakah digali sebelum musim hujan tiba ?

Galian Raksasa di “Jantung” Ibukota

Jika anda berlalu di Jalan Sudirman bersiap-siaplah mengalokasikan waktu lebih, ruas jalan di jalur paling tepi termakan separuh sisi oleh galian gorong-gorong yang niatnya dihadirkan untuk mengantisipasi genangan air selama musim hujan. Alih-alih menjadi solusi proyek ini justru menjadi masalah baru.

Paling tidak itu yang dirasakan oleh Iwan pedagang kue pancong yang mangkal di jembatan penyebrangan busway Gelora Bung Karno (GBK). “Kalau sudah hujan bang, apalagi pagi dan sore macetnya gila-gilaan, kasihan yang jalan kaki bang. Sudah gitu bus-bus sukanya ngetem…” Tentu saja warga akan memahami niat baik negara melindungi warga dari banjir dengan proyek pembangunan saluran buangan ini, namun pertanyaannya apakah proyek ini memperhatikan dengan baik aspek keselamatan publik selama pengerjaannya. Lalu perencanaan waktunya sudah tepatkah ?

Penelusuran saya menunjukkan, lubang-lubanng besar yang menganga itu tak ada pembatas yang layak, hanya kayu-kayu seadanya dengan lilitan tali seperti police line. Di beberapa sudut terpampang spanduk permohonan maaf dan tanda bertulis “Lubang Galian” Kekusutan akan semakin jelas dan nampak parah manakala petang menjelang atau pagi hari. Pejalan kaki benar-benar kehilangan hak atas jalan. Pengendara motor dan sepeda juga bergerak harus dengan sangat hati-hati kalau tak mau berujung nyemplung.

Penderitaan warga ibukota dan sekitarnya sudah cukup menggurita, berbagai kerawanan menjadi makin lekat kala musim hujan tiba. Haruskah ditambah dengan lubang-lubanng galian yang menganga pongah itu ?

Muhammad, pekerja galian di Jalan Sudirman asal Pekalongan seolah menangkap kegelisahan saya “Tenang mas, ini pengerjaan cepat sekali…gak lama lagi selesai” tentu pernyataan Pak Muhammad cukup menghibur, tapi belum cukup mengakhiri kekhawatiran pengguna jalan di ibukota.

Proyek gali-menggali ini tentu lahan basah bagi sebagian pihak, tapi haruskan dilakukan saat musim basah pula. Basah-basahan dana proyek itu seharusnya tak menafikkan hak-hak warga akan kenyamanan, hak keselamatan di jalan, hak perlindungan atas keteledoran pemerintah.

Lubang-lubang galian telah menjadi pemandangan rutin di kala musim hujan tiba di ibukota, tidakkah pihak-pihak terkait belajar dari tahun-tahun sebelumnya ? Jangan korbankan nyawa warga.

Waspadalah !

Lubang-lubang galian berhamburan dan membantang seantero Jakarta, warga pengguna jalan selalu menjadi korban dan pihak yang paling terlemahkan. Adakah negara peduli ? Tentu saja klaim kepedulian selalu muncul, biarkan saja, toh kita bisa merasakannya. Bukankah proyek-proyek galian itu dilakukan juga atas nama kepedulian pada warga. Betulkah ? kita semua punya opini.

Apakah perusahan-perusahaan pelaksana proyek itu peduli pada hak-hak warga ? Berat rasanya mengatakan iya, keuntungan pastinya menjadi nomor satu di mata mereka.

Dalam logika proyek maka kita warga pengguna jalan itu akan selalu menjadi korban, jangan berharap banyak pada negara apalagi perusahaan pelaksana proyek itu. Jika itu yang kita lakukan namanya bunuh diri !!! Satu saja, waspadalah di jalanan ibukota !!






0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts