Galian di jantung ibukota/dok.@huzera |
Penghujung Oktober, hujanpun mulai
rutin menyapa kawasan Jabodetabek. Siklus tahunan yang tentu saja telah
terbiasa dihadapi warga. Beragam fenomena sosial menyeruak manakala musim hujan
tiba. Banjir, wabah penyakit musiman, sampah yang kian berhamburan dibawa
hujan, pohon bertumbangan, Ibukota dan kawasan penyanggah tiba-tiba saja makin
kusut.
Satu fenomena yang juga hampir tiap
musim hujan datang adalah menggilanya penggalian lubang-lubang di jalanan
dengan berbagai tujuan. Jalan yang memang sudah sangat terbatas itupun kian
menyempit. Atas nama perbaikan saluran air bersih, perbaikan jalur air
(gorong-gorong), galian kabel telpon dan lain sebagainya penggalian dilakukan.
Sebagai warga pengguna jalan yang hampir
tiap hari berlalu lalang di jalanan ibukota, saya mencoba berbagi laporan
sederhana, bagaimana galian-galian itu siap menngancam keselamatan dan
kenyamanan pengguna jalan.
Mengapa Saat Hujan Datang ?
Joy, seorang pewarta di harian
nasional yang berkantor di kawasan Kebayoran dan baru ditarik ke kantor pusat
kurang dari sebulan bertutur, “..berat
rasanya berkendara di jalanan ibukota, seperti medan perang, pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki
paling menderita. Apalagi di musim hujan..” Senada Joy, seorang kawan Willy
yang bekerja di kawasan Blok M dan
bermukim di daerah Parung juga merasakan kekhawatirannya dengan semakin banyaknya
galian di musim hujan, terutama yang berada di sepanjang jalan RS. Fatmawati.
Saya mencoba menelusuri ruas jalan
Fatmawati yang dimaksud Willy, ternyata benar saja mulai dari Pasar Cipete
hingga ke perempatan Blok M – Panglima Polim terdapat banyak sekali galian
lubang meski kecil-kecil, di beberapa titik juga ada galian dengan lubang
besar. Tanah merah yang menggunung di kiri-kanan jalan memang menjadi sangat
berbahaya tatkala hujan tiba, licin,
lubang yang tak terlihat jelas karena tak ada tanda khusus bisa berdampak pada
keselamatan pengguna jalan, terutama pejalan kaki dan pengendara roda dua.
Kalau kita cermati dengan mudah kita
mbisa menemui berbagai lubang galian di jalan-jalan ibukota, entah apa
pertimbangan pelakunya justru saat musim hujan tiba mereka berlomba menggali.
Hanya selembar kata MAAF, keselamatan jadi taruhan/dok.@huzera |
Tanpa galian-galian itu saja,
jalanan ibukota kala musim hujan tiba telah menjadi kawasan “siaga 1” apalagi
ditambah berbagai lubang galian yang kadang warga tak paham seberapa penting
lubanng itu. Kalaupun membuat galian itu memang mendesak adanya dan penting
bagi kemaslahatan warga tentu perlu dijelaskan pada warga pula, tidak cukup
hanya secarik tulisan asal jadi di pampang “Maaf
jalan anda terganggu….”. Keselamatan warga juga pantas menjadi pertimbangan
utama. Bisakah digali sebelum musim hujan
tiba ?
Galian Raksasa di “Jantung” Ibukota
Jika anda berlalu di Jalan Sudirman
bersiap-siaplah mengalokasikan waktu lebih, ruas jalan di jalur paling tepi
termakan separuh sisi oleh galian gorong-gorong yang niatnya dihadirkan untuk
mengantisipasi genangan air selama musim hujan. Alih-alih menjadi solusi proyek
ini justru menjadi masalah baru.
Paling tidak itu yang dirasakan oleh
Iwan pedagang kue pancong yang mangkal di jembatan penyebrangan busway Gelora Bung Karno (GBK). “Kalau sudah hujan bang, apalagi pagi dan
sore macetnya gila-gilaan, kasihan yang jalan kaki bang. Sudah gitu bus-bus
sukanya ngetem…” Tentu saja warga akan memahami niat baik negara melindungi
warga dari banjir dengan proyek pembangunan saluran buangan ini, namun
pertanyaannya apakah proyek ini memperhatikan dengan baik aspek keselamatan
publik selama pengerjaannya. Lalu perencanaan waktunya sudah tepatkah ?
Penelusuran saya menunjukkan,
lubang-lubanng besar yang menganga itu tak ada pembatas yang layak, hanya
kayu-kayu seadanya dengan lilitan tali seperti police line. Di beberapa sudut terpampang spanduk permohonan maaf
dan tanda bertulis “Lubang Galian” Kekusutan akan semakin jelas dan nampak
parah manakala petang menjelang atau pagi hari. Pejalan kaki benar-benar
kehilangan hak atas jalan. Pengendara motor dan sepeda juga bergerak harus
dengan sangat hati-hati kalau tak mau berujung nyemplung.
Penderitaan warga ibukota dan
sekitarnya sudah cukup menggurita, berbagai kerawanan menjadi makin lekat kala
musim hujan tiba. Haruskah ditambah dengan lubang-lubanng galian yang menganga
pongah itu ?
Muhammad, pekerja galian di Jalan
Sudirman asal Pekalongan seolah menangkap kegelisahan saya “Tenang mas, ini pengerjaan cepat sekali…gak
lama lagi selesai” tentu pernyataan Pak Muhammad cukup menghibur, tapi
belum cukup mengakhiri kekhawatiran pengguna jalan di ibukota.
Proyek gali-menggali ini tentu lahan
basah bagi sebagian pihak, tapi haruskan dilakukan saat musim basah pula.
Basah-basahan dana proyek itu seharusnya tak menafikkan hak-hak warga akan
kenyamanan, hak keselamatan di jalan, hak perlindungan atas keteledoran
pemerintah.
Lubang-lubang galian telah menjadi
pemandangan rutin di kala musim hujan tiba di ibukota, tidakkah pihak-pihak
terkait belajar dari tahun-tahun sebelumnya ? Jangan korbankan nyawa warga.
Waspadalah !
Lubang-lubang galian berhamburan dan
membantang seantero Jakarta ,
warga pengguna jalan selalu menjadi korban dan pihak yang paling terlemahkan. Adakah
negara peduli ? Tentu saja klaim kepedulian selalu muncul, biarkan saja, toh
kita bisa merasakannya. Bukankah proyek-proyek galian itu dilakukan juga atas
nama kepedulian pada warga. Betulkah ? kita semua punya opini.
Apakah perusahan-perusahaan
pelaksana proyek itu peduli pada hak-hak warga ? Berat rasanya mengatakan iya,
keuntungan pastinya menjadi nomor satu di mata mereka.
Dalam logika proyek maka kita warga
pengguna jalan itu akan selalu menjadi korban, jangan berharap banyak pada
negara apalagi perusahaan pelaksana proyek itu. Jika itu yang kita lakukan namanya
bunuh diri !!! Satu saja, waspadalah di jalanan ibukota !!
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.