Wednesday, December 29, 2010



Anak muda yang berkarya dengan seni, kekuatan, kepercayaan diri dan semangat tanpa kebohongan, tanpa kemunafikan dan tanpa kesombongan. Itu yang membuat anda semua menjadi bintang, profil tersebut seolah menjadi semacam harmoni di lingkungan yang penuh disharmoni, bunga di tengah gurun sampah, kunang-kunang di senyapnya malam.

Serta merta kami mendapat semacam peta dalam usaha kami memahami makna Indonesia, peta yang kordinatnya betul. Peta yang kami punya selama ini adalah peta yang dibuat oleh para pujangga politik, yang meletakkan ukuran peta berdasar apa dan bagaimana kepentingan mereka, yang mencatatkan kordinat berdasarkan keuntungan semata. Belakangan ini kami terseret dalam arus rasa bangga dan bahagia. Seolah menemukan jawaban dari pertanyaan panjang “Siapakah kami ?”

Sayang beribu sayang, apa yang kami lakukan telah membekukan senimu menggocek bola dalam kelumpuan, telah membenamkan semangatmu dalam ketakutan dan mengubah keceriaanmu menjadi beban tak tertahankan. Maaf…maafkan kami atas ketidaktahuan kami ini. Seharusnya kami bersorak sorak saja, menemani kalian semua dengan nyanyian dalam menang dan kalahmu. Tapi kami terlalu kejam merenggut keindahan dari kakimu…

Semoga saja orang-orang tua disana, yang merasa paling berjasa atas prestasi kalian, bisa tersadar dan berhenti menepuk dada, merasa paling berjasa. BERHENTILAH menunggangi anak-anak muda yang tulus ini dengan kepentingan busuk kalian !!! Sungguh berhentilah, jangan biarkan kami yang menghentikannya.

Semoga saja media menjadi lebih tahu diri bagaimana mengapresiasi kalian dengan proporsional dan tak kekanak-kanakan, semoga saja program acara gossip tak latah ikut memprovokasi sisi pribadi kehidupan anak-anak muda yang tengah mekar ini.

Rasa frustrasi yang bersemayam kokoh di jiwa bangsa ini seolah menguap manakala bola mengalir deras dari kaki ke kaki anak-anak muda yang tengah tumbuh dengan jiwa patriotiknya, lawanpun terpesona. Bukan…bukan…kalian bukan sedang bermain di piala dunia, masih jauh itu ! Tapi ketulusan hati dan kekuatan jiwa yang membuat kami merasa kalian tengah menghadapi Spanyol di final piala dunia. Ketulusan dan kekuatan dua kata sederhana yang telah kehilangan makna di negeri kita ini. Kalian mengajari kami apa makna dari dua kata itu.

Diam-diam apa yang kalian ajarkan kepada kami telah menelisik dalam ruang-ruang hati kami. Kini, kami belajar bagaimana menjadi “pemenang” dimanapun kami berkarya, diam-diam kami tengah mengais semangat yang kau contohkan dalam aktivitas apapun yang kami lakukan. Diam-diam pula kami melupakan praktik bejat politisi dengan kerendahan hati dan semangat kalian.

Maaf, kalau hal-hal di atas justru makin membebani kalian, tapi sungguh saya tak mampu berbohong untuk mengatakan pada kalian, “Bermainlah sebagai anak-anak yang bebas tanpa perlu terbebani apa-apa..” Pula aku tak bisa bicara “Kami tak butuh piala itu..”. Bermainlah dengan cantik sahabat-sahabatku, tunjukkan bahwa kalian bisa.Bisa apa ??? paling tidak bisa menunjukkan kepada kami semua, cara berjuang menghadapi tekanan seberat apapun.

Kalau ada yang bilang “kami tak butuh piala itu” sungguh itu bohong, kami butuh piala itu. Tapi itu semua bukan harga mati, kalaupun hari ini kita gagal merengkuhnya, toh masih ada dua tahun lagi untuk bersiap diri. Kami akan selalu menanti dan terus menemani setiap usaha kalian sekarang atau nanti…

Anak-anak muda berbaju merah dengan atribut garuda itu telah membuncahkan segumpal asa di tengah sebuah negeri yang tengah terbaring lemas karena dirundung beragam duka yang telah ditimpahkan para pujangga politik yang berseliweran dari sabang sampai merauke, dari senayan sampai harmoni… kalau boleh meminta, wahai para pujangga politik, jangan kau kotori pesta rakyat “sejati” ini dengan ocehan gombalmu…maaf, tapi begitulah sepantasnya kami bicara.

Akhirnya, kami hanya bisa berdoa dan bersorak bersama menjadi bagian dari tiap jengkal usaha anak-anak muda berseragam merah dengan atribut garuda…kalau kemenangan dititipkan pada kita, menanglah dengan rendah hati, kalau kemenangan belum menghampiri kita, kalahlah dengan kepala terangkat. Bermainlah dengan leluasa tanpa harus memikirkan berapa gol yang akan tercipta, bermainlah saja, kami akan dengan senang menyaksikannya. MEKAR DI JALAN YANG SUKAR !!!

Related Posts:

  • Jelang Timnas VS Qatar : Menarilah Anak Muda Berseragam Merah Sumber : www.ongisnade.net Ini kali kedua kukirim surat untuk mereka, ya mereka. Mereka sepasukan anak muda berseragam merah. Mereka yang telah menjadi pelipur di tengah seribu satu duka di negeri kami ini. Anak mu… Read More
  • Titip Rindu Untuk Anak Muda Berseragam Merah Anak muda yang berkarya dengan seni, kekuatan, kepercayaan diri dan semangat tanpa kebohongan, tanpa kemunafikan dan tanpa kesombongan. Itu yang membuat anda semua menjadi bintang, profil tersebut seolah menjadi semacam… Read More
  • Sisi Tak Terulas dari Timnas U-19 Sebagai bangsa, kita sudah lama punya mimpi memiliki sebuah tim nasional sepakbola yang kelasnya dunia. Tapi apa daya mimpi kita masih menggelayut, kegagalan demi kegagalan jadi catatan dua dasawarsa belakangan. Meski … Read More
  • (Setelah) Robohnya Tiang Gawang Kami... Ilustrasi /doc@huzera 17 Juli 1994, sebuah sepakan penalti yang meninggi di atas kanan mistar gawang Taffarel menjadi ujung kisah Piala Dunia di Amerika Serikat. Skuad Brazilpun berhamburan ke lapangan, meneriakkan kemen… Read More
  • [Catatan Sepakbola] Sebuah Petang di Penghujung 1991 Petang itu 4 Desember 1991, usiaku belum genap 10 tahun. Sedari pagi pikiranku sudah melayang ke nan jauh disana, Filipina. Petang itu akan jadi petang yang paling kurindu sebagai pedukung tim nasional sepakbola kita. Be… Read More

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts