Friday, May 12, 2017

Source : Video sosialisasi hari koperasi dari monoponik studio


The more technology we introduce into society, the more people will aggregate, will want to be with other people. (John Naisbitt, penulis sekaligus pebisnis asal Amerika Serikat)

Begitulah keyakinan John Naisbitt, sang futorolog yang memulai popularitasnya dengan sebuah buku fenomenal “Megtrend 2000” yang ia publikasikan pertama kali pada 1982. Teknologi menjadi hal yang menurutnya akan menjadi penentu arah masa depan peradaban.

Apa yang ditulis Naisbitt jauh waktu dari sekarang itu, kini mendapat semacam verifikasi faktual. Fakta menunjukkan, teknologi telah menjadi jantung perubahan. Khususnya teknologi informasi. Bisnis berkembang dengan daya topang teknologi, pun dengan interaksi sosial berubah seiring kehadiran teknologi yang kian hari kian melampaui imajinasi yang pernah ada di decade-dekade lalu.

Koperasi, sebagai entitas bisnis yang jika menyitir pemikiran Mohammad Hatta adalah soko guru perekonomian bangsa. Harus ikut beradaptasi dengan zaman yang berubah, spirit koperasi “dari, oleh dan untuk anggota” tentu tak boleh lekang oleh perubahan. Tapi strategi dan metode tentu harus harmonis dengan perkembangan.

Seperti yang disampaikan Naisbitt di atas, semakin teknologi diperkenalkan pada masyarakat maka semakin banyak orang yang akan saling berinteraksi dan ingin berkumpul bersama orang lain. Hal ini tentu sejalan dengan mimpi koperasi, membangun kesejahteraan bersama. Kesejahteraan bersama tak akan pernah mewujud jika antar anggota sebagai pemilik koperasi tak saling berinteraksi secara kuat. Teknologi informasi tentu akan menjadi semacam enerji yang luar biasa bagi penguatan koperasi ke depan.

Reformasi Total Koperasi dan Teknologi Informasi

Lantas bagaimana koperasi di Indonesia merespon tantangan global dan perubahan. Saya akan memulai dengan sambutan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bapak AAGN Puspayoga pada hari koperasi tahun 2016 lalu.
Bapak Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Koperasi dan UKM

Tegas dan jelas, beliau menyampaikan penguatan koperasi akan dimulai dengan reformasi total koperasi Indonesia, yang mencakup tiga dimensi;

Rehabilitasi
Merupakan langkah pembaharuan Koperasi diawali dengan pengelolaan dan Pemutakhiran Data Koperasi, melalui Online Database System (ODS), dengan membekuan/ membubarkan Koperasi yang tidak aktif. Juga dilakukan penertiban Koperasi melalui pengawasan terpadu dengan membentuk Deputi Pengawasan.

Berdasarkan data yang terhimpun, jumlah Koperasi di Indonesia sampai akhir tahun 2015 menyentuh angka 212.135 unit. Namun berdasarkan pendataan, koperasi yang aktif hanya 150.223 unit. Jumlah tersebut didapatkan melalui pemuktahiran data koperasi yang dilakukan dengan Online Database System.

Reorientasi
Yaitu upaya sistematis untuk merubah paradigma dari pendekatan Kuantitas menjadi Kualitas. Langkah yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas koperasi adalah: Membangun Koperasi Berbasis Informasi Teknologi (IT); Melalui kerjasama dengan Notaris sudah dapat dilakukan penerbitan akte koperasi secara online. Proses pendirian koperasi semakin mudah, cepat, dan efisien. Koperasi juga difasilitasi untuk melakukan RAT secara Online. Demikian juga proses Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Dalam reorientasi juga dilakukan penguatan kelembagaan koperasi, serta mendorong Koperasi meningkatkan jumlah anggota koperasi.

Pengembangan
Merupakan agenda permanen yang meliputi upaya: Mengkaji regulasi yang menghambat berkembang koperasi; Memperkuat akses pembiayaan, dengan menyiapkan Koperasi untuk menjadi penyalur KUR; Sejanjutnya dikembangkan Koperasi Sektor Riil khususnya yang berorientasi ekspor, padat karya dan memanfaatkan Digital Ekonomi.

Sumber gambar : Harian Haluan


Gerakan dan kesadaran untuk reformasi total tersebut, tidak harus berupa kegiatan yang seragam dan monoton namun hendaknya bersifat serentak, dengan dukungan komitmen dan kerjasama semua pihak yang meliputi pemerintah, dunia usaha, lingkungan akademisi serta seluruh komponen masyarakat.(Dikutip dari naskah sambutan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam peringatan Hari Koperasi ke 69 tahun 2016).

Mari kita cermati tiga aspek yang menjadi pondasi reformasi total koperasi di atas, semuanya bertumpu pada teknologi informasi. Pada aspek rehabilitasi koperasi diawali dengan langkah pengelolaan dan pemutakhiran data koperasi dengan online database system, yang artinya insan koperasi bisa memperbaharui data tentang mereka secara online. Tidak harus secara manual yang cenderung makan waktu yang panjang. Di sisi lain pemantauan terhadap kondisi dan perkembangan koperasi oleh pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat, investor atau masyarakat juga lebih mudah dengan digitalisasi database koperasi ini.

Ketersediaan informasi yang akurat dan mudah diakses ini akan mendorong pengambilan keputusan secara lebih cermat dan juga tepat. Karena sejarah mencatat banyak kebijakan dan program yang tidak maksimal karena ketiadaan database yang akurat dan mutakhir.

Selanjutnya pada aspek reorientasi perubahan paradigma dari orientasi kuantitas ke kualitas dengan pemnafaatan teknologi informasi sebagai pendukung utama. Rapat anggota tahunan (RAT) yang bisa dilakukan secara online, kemudian perizinan koperasi yang juga bisa bisa secara online. Di tambah dengan upaya mendorong koperasi untuk memberi layanan secara online pada anggota dan masyarakat.

Pemerintah melalui Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah beberapa waktu yang lalu juga telah merilis sebuah aplikasi berbasis android cash coop yang bisa digunakan koperasi dan anggotanya untuk melayani masyarakat dalam bertransaksi secara online.

Kemudian pada aspek pengembangan departemen koperasi juga mendorong pemodalan pada koperasi yang padat karya dan berbasis digital ekonomi. Hal ini tentu senafas dengan upaya mendorong koperasi menggunakan teknologi informasi sebagai fondasi pelayanan terhadap anggota yang sekaligus pemilik serta masyarakat secara luas.

Jika dicermati pemerintah telah melompat dari wacana ke hal-hal yang praksis. Tidak sekedar menyampaikan tiga aspek reformasi total koperasi tetapi sudah sampai pada implementasi dari reformasi ini. Lihat saja peluncuran cashcoop yang bisa kita dapatkan di play store. Komitmen pemerintah ini tentu harus disambut dengan inovasi teknologi di tingkat pelaku koperasi di lapangan. Inisiatif yang datang dari bawah (bottom up) harus tumbuh dalam penggunaan teknologi oleh koperasi. Untuk itu rasanya dengan rendah hati ktia harus mau belajar dari koperasi-koperasi di negara lain, seperti di Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina dalam pengembangan koperasi berbasis teknologi.

Belajar dari Koperasi di Negara Lain

Beberapa jaringan koperasi di Amerika, Inggris dan Itali, beberapa tahun terakhir telah memulai langkah berani dengan terjun ke sektor retail dengan platform toko online. Sebagaimana kita ketahui belakangan ini serbuan bisnis retail yang berbasis online tumbuh bak cendawan di musim hujan, tak terkecuali di Indonesia. Belanja online telah menjadi semacam gaya hidup baru.

Hal ini tentu merupakan ceruk yang haru dibidik koperasi. Disamping aspek bisnisnya yang menjanjikan tentu ini bagian dari upaya mengedukasi masyarakat yang kelak bisa menjadi anggota koperasi untuk menjadikan aktivitas konsumsi mereka sekaligus investasi. Mengapa ? Karena dengan menjadi anggota koperasi, maka berbelanja di layanan belanja online milik koperasi anda mencukupi kebutuhan harian anda, mendapatkan produk yang berkualitas dan di sisi lain artinya kemungkinan anda mendapatkan pembagian keuntungan dari keuntungan bersih koperasi dimana anda adalah anggota sekaligus pemilik menjadi makin tinggi.

Mari kita simak beberapa contoh sukses layanan belanja online yang terbilang cukup sukses di negara lain;

Di Itali, masyarakatnya terutama yang tinggal di seputaran Roma cukup familiar dengan situs belanja online www.easycoop.com, sebuah layanan belanja online yang melayani bebagai kebutuhan sehari-hari mulai dari buah, sayur, hingga kebutuhan bayi. Produk tersebut sebagian besar datang dari jaringan koperasi mereka dan juga dari anggota. Di samping produk-produk umum yang di ada di pasaran.

Source: www.easycoop.com


Transaksi pun dapat dilakukan hanya dengan klik tak harus repot, pembayaran pun dilayani dengan kartu kredit, transfer bank dan postepay (layanan pembayaran milik kontor pos Itali). Orang berbelanja adalah anggota koperasi, sehingga konsumen sekaligus pemilik dari koperasi.

Keuntungan berlipat akan didapat, barng berkualitas, harga sangat kompetitif, dapat pembagian keuntungan pula. Di samping tentu kemudahan berbelanja yang ditawarkan oleh platform belanja online mereka.

Lain easycoop di Italia, lain pula dengan fairmundo.uk yang merupakan pusat jual beli online antar sesame anggota koperasi. Fairmundo sendiri sebagai koperasi yang mengusung semangat “Konsumsi secara bertanggung jawab” (responsible consumption) berdiri di Jerman pada 2012 dna berkembang di Inggris.

Kalau di Indonesia kita banyak mengenal pusat jual beli barang dan jasa secara online, macam FJB kaskus, OLX, dan bukalapak. Maka konsep yang ditawarkan foirmundo tak berbeda jauh, antara pembeli dna penjual dipertemukan dengan platform online. Hanya saja di fairmundo yang beraktivitas haruslah anggota koperasi, sehingga berbelanja atau menjual memberi peluang keuntungan pada koperasi yang akhirnya juga memberi keuntungan pada anggota.

Source : www.fairmundo.co.uk


Di samping itu karena pelaku jual beli adalah anggota koperasi maka control atas kualitas produk juga bisa dimaksimalkan. Maka potensi kecurangan dalam transaksi bisa dihindari. Satu hal yang juga sangat menarik dari fairmundo adalah filosofi mereka yang mencoba membuat pasar berjalan lebih fair dan menghindari “the winner takes all”.

Dua kisah koperasi yang menjadikan teknologi informasi sebagai pondasi pelayanan mereka kepada anggota di atas adalah sedikit contoh inovasi koperasi. Indonesia dengan koperasi aktif sekitar 150 ribu (Rekapitulasi data koperasi tahun 2015-Departemen Koperasi dan UKM) pasti punya potensi untuk terus berkembang dan memanfaatkan teknologi secara umum dan teknologi informasi khususnya sebagai pondasi pengembangan koperasi.

Epilog

Koperasi kita yakini sebagai soko guru perekonomian kita yang sesuai dengan semangat pancasila. Tapi akankah koperasi bisa berkompetisi di zaman yang berganti ? Sangat tergantung dengan upaya inovasi dan imrovisasi secara internal di tubuh koperasi kita.

Jika tak mau mati dalam kompetisi yang luar biasa  ketat ini, inovasi jadi kunci. Mari kita ingat sebuah perusahaan besar yang begitu fenomenal ketika awal-awal masa internet berkembang, yahoo. Tak ada orang yang mennggunakan internet tak mengenal jasa email tak berbayar milik yahoo. Tapi kini, berlahan yahoo terkucil dari persangingan. Tergilas oleh inovasi dari para pesaingnnya masam google, facebook dan sebagainya.

Sebuah perusahaan yang begitu mapan dan luar biasa saj abisa tergilas, apa lagi yang biasa saja. Koperasi harus bergerak dari pola pengelolaan, pemasaran dan pelayanan yang cenderung tradisional menuju konsep yang lebih ramah teknologi. Teknologi bukan untukmenjauhkan anggota, tapi justru untuk mendekatkan sesama anggota yang merupakan pemmilik dari koperasi itu sendiri.

Pada akhirnya semoga koperasi-koperasi di Indonesia berhasil menjalankan reformasi total koperasi dan bisa menjadi pemain kunci dalam berbagai dimensi bisnis di negeri ini.  






Popular Posts