|
Source : Video sosialisasi hari koperasi dari monoponik studio |
The more
technology we introduce into society, the more people will aggregate, will want
to be with other people. (John Naisbitt, penulis sekaligus pebisnis asal Amerika
Serikat)
Begitulah keyakinan John Naisbitt, sang futorolog yang
memulai popularitasnya dengan sebuah buku fenomenal “Megtrend 2000” yang ia
publikasikan pertama kali pada 1982. Teknologi menjadi hal yang menurutnya akan
menjadi penentu arah masa depan peradaban.
Apa yang ditulis Naisbitt jauh waktu dari sekarang itu,
kini mendapat semacam verifikasi faktual. Fakta menunjukkan, teknologi telah
menjadi jantung perubahan. Khususnya teknologi informasi. Bisnis berkembang dengan
daya topang teknologi, pun dengan interaksi sosial berubah seiring kehadiran
teknologi yang kian hari kian melampaui imajinasi yang pernah ada di decade-dekade lalu.
Koperasi, sebagai entitas bisnis yang jika menyitir pemikiran
Mohammad Hatta adalah soko guru perekonomian bangsa. Harus ikut
beradaptasi dengan zaman yang berubah, spirit
koperasi “dari, oleh dan untuk anggota” tentu tak boleh lekang oleh perubahan.
Tapi strategi dan metode tentu harus harmonis dengan perkembangan.
Seperti yang disampaikan Naisbitt di atas, semakin
teknologi diperkenalkan pada masyarakat maka semakin banyak orang yang akan
saling berinteraksi dan ingin berkumpul bersama orang lain. Hal ini tentu
sejalan dengan mimpi koperasi, membangun kesejahteraan bersama.
Kesejahteraan bersama tak akan pernah mewujud jika antar anggota sebagai
pemilik koperasi tak saling berinteraksi secara kuat. Teknologi informasi tentu
akan menjadi semacam enerji yang luar biasa bagi penguatan koperasi ke depan.
Reformasi
Total Koperasi dan Teknologi Informasi
Lantas bagaimana koperasi di Indonesia merespon tantangan
global dan perubahan. Saya akan memulai dengan sambutan Menteri Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah, Bapak AAGN Puspayoga pada hari koperasi tahun 2016 lalu.
|
Bapak Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Koperasi dan UKM |
Tegas dan jelas, beliau menyampaikan penguatan koperasi
akan dimulai dengan reformasi total koperasi Indonesia, yang mencakup tiga
dimensi;
Rehabilitasi
Merupakan langkah pembaharuan Koperasi diawali dengan
pengelolaan dan Pemutakhiran Data Koperasi, melalui Online Database System (ODS), dengan membekuan/ membubarkan
Koperasi yang tidak aktif. Juga dilakukan penertiban Koperasi melalui
pengawasan terpadu dengan membentuk Deputi Pengawasan.
Berdasarkan data yang terhimpun, jumlah Koperasi di
Indonesia sampai akhir tahun 2015 menyentuh angka 212.135 unit. Namun
berdasarkan pendataan, koperasi yang aktif hanya 150.223 unit. Jumlah tersebut
didapatkan melalui pemuktahiran data koperasi yang dilakukan dengan Online Database System.
Reorientasi
Yaitu upaya sistematis untuk merubah paradigma dari
pendekatan Kuantitas menjadi Kualitas. Langkah yang ditempuh untuk meningkatkan
kualitas koperasi adalah: Membangun Koperasi Berbasis Informasi Teknologi (IT);
Melalui kerjasama dengan Notaris sudah dapat dilakukan penerbitan akte koperasi
secara online. Proses pendirian koperasi semakin mudah, cepat, dan efisien.
Koperasi juga difasilitasi untuk melakukan RAT secara Online. Demikian juga
proses Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Dalam reorientasi juga dilakukan
penguatan kelembagaan koperasi, serta mendorong Koperasi meningkatkan jumlah
anggota koperasi.
Pengembangan
Merupakan agenda permanen yang meliputi upaya: Mengkaji
regulasi yang menghambat berkembang koperasi; Memperkuat akses pembiayaan,
dengan menyiapkan Koperasi untuk menjadi penyalur KUR; Sejanjutnya dikembangkan
Koperasi Sektor Riil khususnya yang berorientasi ekspor, padat karya dan
memanfaatkan Digital Ekonomi.
|
Sumber gambar : Harian Haluan |
Gerakan dan kesadaran untuk reformasi total tersebut,
tidak harus berupa kegiatan yang seragam dan monoton namun hendaknya bersifat
serentak, dengan dukungan komitmen dan kerjasama semua pihak yang meliputi
pemerintah, dunia usaha, lingkungan akademisi serta seluruh komponen
masyarakat.(Dikutip dari
naskah sambutan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam peringatan
Hari Koperasi ke 69 tahun 2016).
Mari kita cermati tiga aspek yang menjadi pondasi
reformasi total koperasi di atas, semuanya bertumpu pada teknologi informasi.
Pada aspek rehabilitasi koperasi diawali dengan langkah pengelolaan dan
pemutakhiran data koperasi dengan online
database system, yang artinya insan koperasi bisa memperbaharui data
tentang mereka secara online. Tidak harus secara manual yang cenderung makan
waktu yang panjang. Di sisi lain pemantauan terhadap kondisi dan perkembangan
koperasi oleh pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat, investor atau masyarakat juga lebih mudah dengan
digitalisasi database koperasi ini.
Ketersediaan informasi yang akurat dan mudah diakses ini
akan mendorong pengambilan keputusan secara lebih cermat dan juga tepat. Karena
sejarah mencatat banyak kebijakan dan program yang tidak maksimal karena
ketiadaan database yang akurat dan
mutakhir.
Selanjutnya pada aspek reorientasi perubahan paradigma
dari orientasi kuantitas ke kualitas dengan pemnafaatan teknologi informasi
sebagai pendukung utama. Rapat anggota tahunan (RAT) yang bisa dilakukan secara
online, kemudian perizinan koperasi yang juga bisa bisa secara online. Di
tambah dengan upaya mendorong koperasi untuk memberi layanan secara online pada
anggota dan masyarakat.
Pemerintah melalui Departemen Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah beberapa waktu yang lalu juga telah merilis sebuah aplikasi berbasis
android cash coop yang bisa digunakan koperasi dan anggotanya untuk melayani
masyarakat dalam bertransaksi secara online.
Kemudian pada aspek pengembangan departemen koperasi juga
mendorong pemodalan pada koperasi yang padat karya dan berbasis digital
ekonomi. Hal ini tentu senafas dengan upaya mendorong koperasi menggunakan
teknologi informasi sebagai fondasi pelayanan terhadap anggota yang sekaligus
pemilik serta masyarakat secara luas.
Jika dicermati pemerintah telah melompat dari wacana ke
hal-hal yang praksis. Tidak sekedar menyampaikan tiga aspek reformasi total
koperasi tetapi sudah sampai pada implementasi dari reformasi ini. Lihat saja
peluncuran cashcoop yang bisa kita dapatkan di play store. Komitmen pemerintah
ini tentu harus disambut dengan inovasi teknologi di tingkat pelaku koperasi di
lapangan. Inisiatif yang datang dari bawah (bottom
up) harus tumbuh dalam penggunaan teknologi oleh koperasi. Untuk itu
rasanya dengan rendah hati ktia harus mau belajar dari koperasi-koperasi di
negara lain, seperti di Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina dalam
pengembangan koperasi berbasis teknologi.
Belajar dari
Koperasi di Negara Lain
Beberapa jaringan koperasi di Amerika, Inggris dan Itali,
beberapa tahun terakhir telah memulai langkah berani dengan terjun ke sektor
retail dengan platform toko online. Sebagaimana kita ketahui belakangan ini
serbuan bisnis retail yang berbasis online tumbuh bak cendawan di musim hujan,
tak terkecuali di Indonesia. Belanja online telah menjadi semacam gaya hidup baru.
Hal ini tentu merupakan ceruk yang haru dibidik koperasi.
Disamping aspek bisnisnya yang menjanjikan tentu ini bagian dari upaya
mengedukasi masyarakat yang kelak bisa menjadi anggota koperasi untuk
menjadikan aktivitas konsumsi mereka sekaligus investasi. Mengapa ? Karena
dengan menjadi anggota koperasi, maka berbelanja di layanan belanja online
milik koperasi anda mencukupi kebutuhan harian anda, mendapatkan produk yang
berkualitas dan di sisi lain artinya kemungkinan anda mendapatkan pembagian keuntungan
dari keuntungan bersih koperasi dimana anda adalah anggota sekaligus pemilik
menjadi makin tinggi.
Mari kita simak beberapa contoh sukses layanan belanja
online yang terbilang cukup sukses di negara lain;
Di Itali, masyarakatnya terutama yang tinggal di
seputaran Roma cukup familiar dengan situs belanja online www.easycoop.com, sebuah layanan belanja online yang
melayani bebagai kebutuhan sehari-hari mulai dari buah, sayur, hingga kebutuhan
bayi. Produk tersebut sebagian besar datang dari jaringan koperasi mereka dan
juga dari anggota. Di samping produk-produk umum yang di ada di pasaran.
|
Source: www.easycoop.com |
Transaksi pun dapat dilakukan hanya dengan klik tak harus
repot, pembayaran pun dilayani dengan kartu kredit, transfer bank dan postepay
(layanan pembayaran milik kontor pos Itali). Orang berbelanja adalah anggota
koperasi, sehingga konsumen sekaligus pemilik dari koperasi.
Keuntungan berlipat akan didapat, barng berkualitas,
harga sangat kompetitif, dapat pembagian keuntungan pula. Di samping tentu
kemudahan berbelanja yang ditawarkan oleh platform belanja online mereka.
Lain easycoop di Italia, lain pula dengan fairmundo.uk
yang merupakan pusat jual beli online antar sesame anggota koperasi. Fairmundo
sendiri sebagai koperasi yang mengusung semangat “Konsumsi secara bertanggung
jawab” (responsible consumption)
berdiri di Jerman pada 2012 dna berkembang di Inggris.
Kalau di Indonesia kita banyak mengenal pusat jual beli
barang dan jasa secara online, macam FJB kaskus, OLX, dan bukalapak. Maka
konsep yang ditawarkan foirmundo tak berbeda jauh, antara pembeli dna penjual
dipertemukan dengan platform online. Hanya saja di fairmundo yang beraktivitas
haruslah anggota koperasi, sehingga berbelanja atau menjual memberi peluang
keuntungan pada koperasi yang akhirnya juga memberi keuntungan pada anggota.
|
Source : www.fairmundo.co.uk |
Di samping itu karena pelaku jual beli adalah anggota
koperasi maka control atas kualitas produk juga bisa dimaksimalkan. Maka
potensi kecurangan dalam transaksi bisa dihindari. Satu hal yang juga sangat
menarik dari fairmundo adalah filosofi mereka yang mencoba membuat pasar
berjalan lebih fair dan menghindari “the
winner takes all”.
Dua kisah koperasi yang menjadikan teknologi informasi
sebagai pondasi pelayanan mereka kepada anggota di atas adalah sedikit contoh
inovasi koperasi. Indonesia dengan koperasi aktif sekitar 150 ribu
(Rekapitulasi data koperasi tahun 2015-Departemen Koperasi dan UKM) pasti punya
potensi untuk terus berkembang dan memanfaatkan teknologi secara umum dan
teknologi informasi khususnya sebagai pondasi pengembangan koperasi.
Epilog
Koperasi kita yakini sebagai soko guru perekonomian kita
yang sesuai dengan semangat pancasila. Tapi akankah koperasi bisa berkompetisi
di zaman yang berganti ? Sangat tergantung dengan upaya inovasi dan imrovisasi
secara internal di tubuh koperasi kita.
Jika tak mau mati dalam kompetisi yang luar biasa ketat ini, inovasi jadi kunci. Mari kita
ingat sebuah perusahaan besar yang begitu fenomenal ketika awal-awal masa
internet berkembang, yahoo. Tak ada orang yang mennggunakan internet tak
mengenal jasa email tak berbayar milik yahoo. Tapi kini, berlahan yahoo
terkucil dari persangingan. Tergilas oleh inovasi dari para pesaingnnya masam
google, facebook dan sebagainya.
Sebuah perusahaan yang begitu mapan dan luar biasa saj
abisa tergilas, apa lagi yang biasa saja. Koperasi harus bergerak dari pola
pengelolaan, pemasaran dan pelayanan yang cenderung tradisional menuju konsep
yang lebih ramah teknologi. Teknologi bukan untukmenjauhkan anggota, tapi
justru untuk mendekatkan sesama anggota yang merupakan pemmilik dari koperasi
itu sendiri.
Pada akhirnya semoga koperasi-koperasi di Indonesia
berhasil menjalankan reformasi total koperasi dan bisa menjadi pemain kunci
dalam berbagai dimensi bisnis di negeri ini.