Membahagiakan
melihat negeri ini di hari-hari terakhir, riuh rendah suara, gempita kicauan
dan hiruk pikuk hajatan demokrasi. Sebuah hajatan yang membawa keceriaan untuk
semua, tiba-tiba banyak diantara kita merasa memiliki agenda politik lima
tahunan ini. Semua kita merasa punya tanggung jawab untuk masa depan bangsa
ini, pada titik ini kebahagiaan itu membuncah.
Tapi,
Pada titik lain
secara pribadi aku prihatin, demokrasi yang cerah ceria itu tiba-tiba buram,
manakala fitnah dan politik “sapu jagat” (Lakukan apa saja asal dapat mandat rakyat)
mewarnai hari-hari kita. Bahkan di hari tenang ini, aku masih mendapati iklan
di berbagai lini dunia maya yang memojokkan pasangan nomor urut 1, entah ini
spam di jaringanku saja atau memang semua merasakannya. Gambar-gambar yang
dimodifikasi sedemikian rupa dari Prabowo – Hatta dengan berbagai kalimat di
belakangnya, yang jelas-jelas fitnah, menyebut Prabowo - Hatta tak pernah
sholat dan puasa, mafia akan berkuasa jika pasangan ini menang. Ini
memprihatinkan !
Keprihatinan itu
bukan karena yang diserang pasangan nomor urut 1, begitupula manakala pasangan
nomor urut 2 dizholimi obor rakyat, saya sama prihatinnya.
Kita tengah tumbuh
menjadi bangsa yang besar, jangan kita kerdilkan perjuangan puluhan tahun
bangsa ini, dengan laku yang culas dan kerdil.
Sahabat-sahabatku,
entah itu yang ada di barisan Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Percayalah
pertarungan politik bukanlah sesuatu yang abadi dalam perjalanan negeri ini.
Lihatlah tokoh-tokoh politik kita selama ini, kemarin bermusuh, hari ini
bergandeng tangan, besok kembali berperang. Pertarungan yang abadi bagi negeri
ini adalah pertarungan melawan kemiskinan, kemelaratan dan desakan imprealisme
berwajah baru. Jangan habiskan energi untuk pertarungan jangka pendek ini.
Mengutip kalimat
Prabowo, “Siapapun pemenang Pilpres
nanti, itulah putra-putra terbaik bangsa.” Pada titik ini saya sejalan
dengan beliau. Semua pasangan punya kelebihan dan kekurangan, itu alamiah.
Yasser Arafat yang luar biasa, Obama yang memikat bahkan Nelson Mandela Sang
Legenda punya sisi terang dan gelap. Itu almiah saja, karena mereka semua masih
manusia. Lantas, jangan sampai pertarungan yang sementara ini memaksa kita
saling menyakiti, mencari khilaf dan alfa kelompok yang ada di sebelah.
Mungkin terasa naïf
berbicara tentang nilai-nilai moral saat “perang”sudah kian membara seperti
sekarang. Ramai-ramai kita saling menghujat, merasa benar sendiri, merasa
paling bersih bahkan ada yang merasa tak ada “örang jahat” di kubunya. Dude ! life not so flat like you think.
Tidak semua tentang hitam-putih, benar-salah, kami-mereka. Hidup ini kombinasi
warna-warna, kompilasi beragam peristiwa dan kisah. Tak melulu putih atau merah.
Tertegun aku,
manakala salah satu calon presiden “Saya
tak menjamin di partai saya tak ada banditnya.” Ini semacam pengakuan yang
mencerahkan bagi rakyat, karena ada calon pemimpin yang setidaknya berusaha apa
adanya. Sungguh sedih justru ada seorang calon wakil presiden yang bilang
kubunya bersih semua, tak ada bandit atau mafia. Boleh sahabat tafsirkan
kalimat ini sebagai bentuk keberpihakan saya pada salah satu pasangan, tapi
lebih jauh dari itu, saya hanya ingin mengingatkan, perubahan besar tak lahir
dari pencitraan, tapi lahir dari kehendak yang tulus dari pemimpin dan dukungan
yang ikhlas dari rakyat.
Kita masih punya asa untuk negeri ini, jangan lelah
bermimpi dan mewujudkannya. Kalaulah kita berbeda pilihan, ini masalah jangka
pendek saja. Karena setelah hasil diumumkan segeralah kita harus berjuang
bersama kembali, membewi ornament pada negeri ini, agar negeri ini bisa segera
menjadi negeri yang besar. Bukan saja karena kita bisa masuk piala dunia, atau
bisa membuka jutaan hectare sawah baru, atau bisa menghadirkan tol laut, tapi
besar karena rakyatnya mencintai negeri ini dengan seksama, berjuang, menderita
dan berbahagia bersama.
Sebagian besar kita sudah memiliki pilihan, tinggal
finalisasi di bilik suara. Tulisan ini tak berpretensi mempengaruhi pikiran para
sahabat, sekedar mengingatkan bahwa kita semua bersaudara. Apapun pilihan kita,
pada akhirnya perjalanan kita sebagai bangsa masihlah teramat panjang, jangan
korbankan hanya karena “pertarungan”sesaat ini. Tetaplah berpegangaan tangan,
apapun pilihan kita. SALAM DAMA1 !
Sumber ilustrasi : www.indonews.com