Sunday, July 6, 2014

  • July 06, 2014
Membahagiakan melihat negeri ini di hari-hari terakhir, riuh rendah suara, gempita kicauan dan hiruk pikuk hajatan demokrasi. Sebuah hajatan yang membawa keceriaan untuk semua, tiba-tiba banyak diantara kita merasa memiliki agenda politik lima tahunan ini. Semua kita merasa punya tanggung jawab untuk masa depan bangsa ini, pada titik ini kebahagiaan itu membuncah.

Tapi,
Pada titik lain secara pribadi aku prihatin, demokrasi yang cerah ceria itu tiba-tiba buram, manakala fitnah dan politik “sapu jagat” (Lakukan apa saja asal dapat mandat rakyat) mewarnai hari-hari kita. Bahkan di hari tenang ini, aku masih mendapati iklan di berbagai lini dunia maya yang memojokkan pasangan nomor urut 1, entah ini spam di jaringanku saja atau memang semua merasakannya. Gambar-gambar yang dimodifikasi sedemikian rupa dari Prabowo – Hatta dengan berbagai kalimat di belakangnya, yang jelas-jelas fitnah, menyebut Prabowo - Hatta tak pernah sholat dan puasa, mafia akan berkuasa jika pasangan ini menang. Ini memprihatinkan !

Keprihatinan itu bukan karena yang diserang pasangan nomor urut 1, begitupula manakala pasangan nomor urut 2 dizholimi obor rakyat, saya sama prihatinnya.

Kita tengah tumbuh menjadi bangsa yang besar, jangan kita kerdilkan perjuangan puluhan tahun bangsa ini, dengan laku yang culas dan kerdil.

Sahabat-sahabatku, entah itu yang ada di barisan Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Percayalah pertarungan politik bukanlah sesuatu yang abadi dalam perjalanan negeri ini. Lihatlah tokoh-tokoh politik kita selama ini, kemarin bermusuh, hari ini bergandeng tangan, besok kembali berperang. Pertarungan yang abadi bagi negeri ini adalah pertarungan melawan kemiskinan, kemelaratan dan desakan imprealisme berwajah baru. Jangan habiskan energi untuk pertarungan jangka pendek ini.

Mengutip kalimat Prabowo, “Siapapun pemenang Pilpres nanti, itulah putra-putra terbaik bangsa.” Pada titik ini saya sejalan dengan beliau. Semua pasangan punya kelebihan dan kekurangan, itu alamiah. Yasser Arafat yang luar biasa, Obama yang memikat bahkan Nelson Mandela Sang Legenda punya sisi terang dan gelap. Itu almiah saja, karena mereka semua masih manusia. Lantas, jangan sampai pertarungan yang sementara ini memaksa kita saling menyakiti, mencari khilaf dan alfa kelompok yang ada di sebelah.

Mungkin terasa naïf berbicara tentang nilai-nilai moral saat “perang”sudah kian membara seperti sekarang. Ramai-ramai kita saling menghujat, merasa benar sendiri, merasa paling bersih bahkan ada yang merasa tak ada “örang jahat” di kubunya. Dude ! life not so flat like you think. Tidak semua tentang hitam-putih, benar-salah, kami-mereka. Hidup ini kombinasi warna-warna, kompilasi beragam peristiwa dan kisah. Tak melulu putih atau merah.

Tertegun aku, manakala salah satu calon presiden “Saya tak menjamin di partai saya tak ada banditnya.” Ini semacam pengakuan yang mencerahkan bagi rakyat, karena ada calon pemimpin yang setidaknya berusaha apa adanya. Sungguh sedih justru ada seorang calon wakil presiden yang bilang kubunya bersih semua, tak ada bandit atau mafia. Boleh sahabat tafsirkan kalimat ini sebagai bentuk keberpihakan saya pada salah satu pasangan, tapi lebih jauh dari itu, saya hanya ingin mengingatkan, perubahan besar tak lahir dari pencitraan, tapi lahir dari kehendak yang tulus dari pemimpin dan dukungan yang ikhlas dari rakyat.

Kita masih punya asa untuk negeri ini, jangan lelah bermimpi dan mewujudkannya. Kalaulah kita berbeda pilihan, ini masalah jangka pendek saja. Karena setelah hasil diumumkan segeralah kita harus berjuang bersama kembali, membewi ornament pada negeri ini, agar negeri ini bisa segera menjadi negeri yang besar. Bukan saja karena kita bisa masuk piala dunia, atau bisa membuka jutaan hectare sawah baru, atau bisa menghadirkan tol laut, tapi besar karena rakyatnya mencintai negeri ini dengan seksama, berjuang, menderita dan berbahagia bersama.

Sebagian besar kita sudah memiliki pilihan, tinggal finalisasi di bilik suara. Tulisan ini tak berpretensi mempengaruhi pikiran para sahabat, sekedar mengingatkan bahwa kita semua bersaudara. Apapun pilihan kita, pada akhirnya perjalanan kita sebagai bangsa masihlah teramat panjang, jangan korbankan hanya karena “pertarungan”sesaat ini. Tetaplah berpegangaan tangan, apapun pilihan kita. SALAM DAMA1 !


Sumber ilustrasi : www.indonews.com

Popular Posts