Sunday, November 8, 2015



Lelah, merasa kalah dan keinginan untuk menyerah kerap kali datang, tak peduli musim panen atau masa panceklik. Tentu perasaan-perasaan ini adalah manusiawi, bisa saja kuabaikan, toh rasa ini datang dan pergi. Tak perlu hirau bisikku pada diri sendiri. Tapi entah mengapa keinginan untuk mengetaui muasal dari ini semua selalu saja hadir. Mencari jawab hingga bisa memutus rantai kelelahan.

Meski, jagoan kecilku yang kini sedang senang-senangnya main “hoop-hoop jump” alias bola basket dan tengah suka menggendong tas mungilnya seperti aku kalo mau kerja adalah penawar dari semua lelah, resah dan perasaan-perasaan tak berguna lainnya. Tetap saja aku perlu menemukan akar masalahnya.

Terlintas olehku tentang perempuan tukang rumput yang hobinya singgah di banyak benua, lantas mengagumi negeri-negeri orang, bertutur dengan lembut dan bijak, padahal dia adalah perempuan kejam, selfish dan pendendam.  

Pada masanya perempuan tukang rumput itu pernahlah kujadikan tumpuan akan harapan dan masa depan. Untunglah Tuhan tak kasih jalan. Kalau tidak, bisalah kubayangkan hidup bersama seorang yang terlalu aktif mengejar banyak pencapaian tapi sesungguhnya ia hanya berlari dan berlari entah apa yang dihindari atau dicari. Seolah bijak bestari tapi hatinya dimuati rasa sepi, tampak bahagia tapi sejatinya ia menderita. Perempuan yang selalu memperjuangkan perempuan tapi sejatinya ia bahkan tak paham tentang dirinya.   

Bisa jadi perempuan tukang rumput itu yang membuat hidupku seperti sekarang, meradang tapi sebenarnya ia pulalah yang membuatku terjerumus pada hidupku yang lengkap hari ini. Seorang perempuan setia dan apa adanya kini selalu mendampingi, meski kata-katanya bengis tapi hatinya penuh cinta untuk kami, meski mungkin ia tak sepandai dan sehebat perempuan tukang rumput yang pandai merangkai mantra namun hangatnya kasih sayang dan ketulusannya melebihi apa-apa yang melekat pada permukaan saja.

Seorang jagoan mungil yang selalu menyambutku tiap petang di hari kerja dan setia minta gendong tiap hatinya sedang marah atau sedih, membuatku tumbuh menjadi lelaki dewasa. Lelaki dewasa yang belajar membuang sikap egois, ambisius dan tak bertanggung jawab di masa lalu. Jagoan kecil yang telah menjadi sahabat sekaligus guru untuk papa-nya yang terus bertumbuh ini.


Pada akhirnya, terima kasih perempuan tukang rumput, berbahagialah di jalanmu yang semoga tak penuh fatamorgana.

Related Posts:

  • Catatan SepiTeruntuk para sahabat : Erix, Julie, Indah, echa, Mabrur, Alliah, Warni Memaknai malam yang berlalu, dalam gelisah dan sendiri Mencoba merangkul makna dari peristiwa yang saling berlari Rentak, syahdu lalu gemuruh. Itulah … Read More
  • Rona Wajah-Wajah,Setangkup Mimpi dan Sekelumit Cinta (Body-color face, symmetrical of dream and Love) (Diantara merekalah aku merasakan ada, mengada dan bahkan tertiada..adakah cinta ?) (Among them I have felt, being and even loosing, is it love ?) Dicintai adalah buah dari mencintai, dihargai adalah arus balik d… Read More
  • Sekali Lagi Tentang Ruby Fox Ruby Fox Nelson, satu anak muda langka. Mungkin kita tak pernah membayangkan bagaimana ia berpikir untuk mengumpulkan dana demi sesuatu yang bagi kebanyakan anak muda "sangat aneh". Banyak anak muda yang membanting tulang m… Read More
  • Kepak sayap kupu-kupu Keresahan yang paling dahsyat muncul saat aku menyadari bahwa aku mulai menganggap pekerjaan-pekerjaan "kecil" tak lagi berguna; memungut sampah, membersihkan kamar kos, bahkan menjawab pertanyaan seorang sahabat. B… Read More
  • Lebaran Nan Jauh Dimata Entah siapa yang bilang, konon kita bisa lebih memahami Tuhandisaat kita menjadi minoritas dan terkucil... Jauh dari kampung halaman, tak pula bisa mudik. Terdampar di negeri seribu jajahan, menyaksikan banyak "kebusukan"… Read More

Popular Posts