Ada banyak film yang
telah kutonton, 100 ? mungkin lebih. tapi entah mengapa empat film
berikut sangat terkenang dan memberi banyak warna dalam hidupku. Bisa
jadi banyak di antara kita telah menyaksikan film-film berikut, apa
kesan anda ?
Berikut keempat film tersebut ;
Beyond Borders (2003) : Kala Cinta Tumbuh di Garis Depan Kemanusiaan
pic by : en.wikipedia.org/wiki/Beyond_Borders |
Ketika perjuangan cinta berujung
tragedi, itu kalimat yang bisa mewakili film drama berdurasi 127 menit
ini. Dr. Nick Callahan (Vlive Owen), seorang pekerja humanitarian yang
bekerja mandiri bersama tim yang ia bentuk sendiri (bukan di lembaga
kemanusiaan besar yang melimpah fasilitas), saat membuka camp
pengungsi di Ethiopia ia kedatangan tamu. Tamu itu adalah seorang gadis
cantik yang memiliki kepedulian, Sarah Jourdan (Angelina Jolie)
namanya.
Bermula
dari perjumpaan sederhana yang penuh “kesalingbencian” antara kedua
insan di camp pengungsian yang dihantui kelaparan, wabah penyakit dan
ketakutan akan perang itulah lahir rasa saling menganggumi. Waktu
memisahkan mereka, masing-masing berotasi di sumbu kehidupannya
masing-masing.
Dr.
Callahan terus bergerak dalam perjuangan sunyinya. Kesederhanaan dan
keberanian perjuangan melampaui kerja-kerja lembaga kemanusiaan besar
yang berkeja di bawah lindungan tentara keamanan PBB serta dukungan
fasilitas super mewah. Callahan dan tim bekerja pada level paling
sederhana, tak ada perlindungan keamanan, nyawa merekapun jadi taruhan
atas perjuangan. Mereka menembus garis depan konflik, daerah yang tak
dijangkau perhatian dunia maka merekalah yang menjangkaunya.
Meski
film besutan sutradara Martin Cambell ini adalah fiksi namun pesan dan
realitas yang dibawa serasa begitu nyata. Kejahatan perang, pengungsi
yang terlantar tanpa masa depan, kebusukan pemerintah yang korup dan
ketakpedulian dunia menjadi latar kisah ini.
Kembali
ke kisah, akhirnya Sarah dan Nick berjumpa kembali di camp pengungsi
Kamboja. Sarah yang telah bekerja di UNHCR membantu memasukkan bantuan
untuk Nick dan kawan-kawan. Disinilah, Nick harus kehilangan sahabat seperjuangannya
Elliot (Noah Emmerich) yang ditembak tentara khmer. Kehilangan Elliot
membuat Nick sangat terpukul. Setelah berhasil membawa para pengungsi
dengan selamat ke perbatasan Nickpun kembali berpisah dengan sarah.
Ending
kisah ini sungguhlah tragis. Sarah yang mendengar kabar Nick ditawan
tentara Checnhya. Iapun berangkat ke Chechnya dengan bantuan kakaknya.
Sarahpun pergi sendiri mencari Nick, merekapun bisa lolos dari hadangan
tentara Chechnya namun sayang Sarah menemui ajalnya karena terkena
ranjau darat.
Sungguh
sebuah kisah cinta di garis depan perjuangan yang berujung tragis. Bagi
saya ini adalah salah satu film yang sangat layak ditonton bagi anda
yang belum menonton.
Burning Season (1994) : Kisah Nyata Penyelamatan Hutan Brazil Berujung Nyawa
Film ini diangkat dari kisah nyata berdasarkan laporan jurnalistik “ The Burning Season: The Murder of Chico
pic by: nativeamericanfilms.org/brazil.html |
Mendes and the Fight for the Amazon Rain Forest,
dari seorang junalis lingkungan Andrew Revkin. Kisah perjungan Chico
Mendes, petani karet yang melawan keangkuhan para tuan tanah yang
berniat membabat habis hutan yang tersisa.
Chico dan
kawan-kawanya berjuang mempertahankan tiap batang pohon yang tersisa.
Mereka membuat lingkaran manusia di sekitar pohon. Jika orang-orang kaya
itu ingin menebang sebuah pohon, maka mereka harus menggergaji dulu
puluhan ornag yang menjadi rantai bagi pohon-pohon itu.
Chico Mendes dalam
film ini diperankan oleh Raul Julia, sepanjang perjuangannya teror
terhadap dirinya dan keluarga menjadi santapan harian. Kisah perjuangan
Chico akhirnya berujung pada kematian Chico Mendes oleh penembak
misterius. Chico yang merupakan president of the Xapuri Rural Workers
sampai akhir hayatnya berjuang mempertahankan hutan Amazon.
Film besutan John
Frankneheimen ini telah membuka mata dunia ketika itu, betapa keji dan
kejamnya pemilik modal (industri) menguras hutan dan menghancurkan
komunitas lokal setempat. Film ini disebut sebagai salah satu momentum kebangkita perjuangan gerakan lingkungan di dunia. It’s highly recommended…
With Honors (1994) : Hidup Bukan Sekedar Gelar Cum Laude
pic by : en.wikipedia.org/wiki/With_Honors_%28film%29 |
Berawal dari perjumpaan Montgomery
Kessler (Brendan Fraser), seorang mahasiswa Ilmu Pemerintahan Harvard
University dengan seorang gelandangan Simon (Joe Pesci), lantas membawa
dua insan ini bersahabat kental. Monty justru belajar banyak tentang
betapa “sesatnya” pemahaman ilmu politik di AS. Melalui hubungan
persahabatan yang alot, dari kesaling tidak percayaan menjadi sangat
dekat akhirnya Monty mencoba melakukan autokritik atas caranya memahami
ilmu politik sendiri.
Berbekal bimbingan
yang luar biasa dari Simon akhirnya Monty bisa melhat politik dna
pemerintahan dengan perspektif yang berbeda. Mencoba menempatkan kembali
politik sebagai sebuah alat mencapai kesejahteraan bukn sekedar
kekuasaan. Kedekatan Monty dengan Simon juga berdampak pada sahabat
serumah Monty, tiga orang rekannyapun menjadi dekat dengan Simon meski
rasa benci, jijik dan tak suka terhadap status gelandangan Simon
mewarnai saling silang hubungan mereka.
Tibalah pada momen
terpenting pada Monty dan tiga orang temannya. Mereka bersiap untuk
ujian akhir dan tesis mereka. Apa daya di hari yang sama dengan batas
akhir ujian, Simon justru sampai pada puncak sakitnya. Paru-paru Simon
hancur karena asbes yang hisap selama menjadi tuna wisma. Keempat
sahabat itu berada pada kegamangan, antara tetap menghadiri ujian demi
gelar cum laude atau pergi menghantar Simon keluar kota menjumpai anak semata wayangnya yang puluhan tahun tak ia jumpai.
Melalui drama
emosional yang menyertai pilihan akhir mereka, Monty dan kawan-kawan
akhirnya memutuskan mengantarkan Simon berjumpa anaknya. Sesaat setelah
berjumpa sang anak, Simonpun meninggal dunia. Monty, gagal meraih impian
summa cum laude. Tapi Monty menurut Simon telah mencapai life with honors.
Salah satu quote yang menarik dari ucapan Simon dalam film ini
“Simon : Do you know what the great nation in the world is ?
Monty : I hope it’s the USA.
Simon : Wrong, it’s do-nation…”
Dead Poets Society (1989) : Revolusi itu Bermula dari Ruang Kelas
John Keating (Robin Williams), seorang guru di sebuah sekolah konservatif memulai ‘revolusi’ pengajarannya
pic by : en.wikipedia.org/wiki/Dead_Poets_Society |
dari sebuah ruang kelas. Ia mengajak muridnya untuk membebaskan diri
dari belenggu ortodoksi pendidikan. Pendidikan bagi Keating adalah upaya
yang membebaskan.
Inilah salah satu fragmen dalam film ini..
Satu persatu para murid menaiki meja di ruang kelas…Guru muda itupun berkata “Lihatlah dunia dari sudut berbeda, raihlah kesempatanmu..Carpediem !”
Di lain waktu guru sastra itu meminta muridnya merobek halaman
pengantar puisi di buku teks mereka. Satu persatu muridpun merobeknya,
guru itu berseru “Di kelas saya, saya ingin kalian mendefinisikan puisi dengan pemahaman kalian sendiri, bukan belenggu teoritis”..
John
Keatingpun terdepak dari sekolah, kematian seorang siswa karena bunuh
diri dianggap sebagai kesalahan John Keating. Fragmen terkahir sebelum
John Keating meninggalkan sekolah adalah saat ia memberesi barang-barang
di kelas. Tiba-tiba seorang anak menaiki mejanya sembari berseru “Oh
captain my captain..”, aksi ini menuai amarah guru yang menggantikan
Keating. Segera saja satu persatu anak-anak itu menghentakkan kaki di
atas meja dan berseru “Oh captain my captain”.
Keating
membebaskan pikiran pelajarnya untuk menemukan bentuk terbaik dari
eksplorasi pemikiran bukan dengan bertaqlid pada pemahaman lama yang
selalu dibenarkan.
Jika anda penikmat film yang menyuarakan revolusi pendidikan, mutlak bagi anda menonton film ini..
***
Ada
banyak film yang inspiratif dan menggerakkan, tentu saja tiap kita
memiliki selera yang berbeda. Namun, cobalah tonton empat film ini, saya
punya keyakinan empat film ini bisa membuat kita menjadi radikal. Tak
percaya ? coba saja…
Tentu
saja radikal yang saya maksud bukan dalam konotasi negatif, melainkan
radikal dalam memperjuangkan impian, radikal dalam mengupayakan
perubahan serta radikal dalam berpikir akan alternatif perbaikan bagi
orang-orang di sekitar kita, orang yang kita cintai, bangsa dan tentu
saja bagi diri kita sendiri..
Salam..
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.