Tuesday, October 24, 2006

Teruntuk para sahabat : Erix, Julie, Indah, echa, Mabrur, Alliah, Warni


Memaknai malam yang berlalu, dalam gelisah dan sendiri
Mencoba merangkul makna dari peristiwa yang saling berlari
Rentak, syahdu lalu gemuruh. Itulah parodi waktu
Di dalamnya aku, kamu, kami, mereka dan kita membatu
Sembunyikan luka dengan tawa-tawa kecil
Simpan pedih dengan canda-canda mungil

Sembari menyusun jemari terangkat ke atas
mengharap waktu segeralah berlari kemuka
tinggalkan semua pedih dan luka berbatas
kuingin menghirup udara dari hidup bebas


tanpa kebohongan
tanpa penindasan
tanpa pembodohan


Memaknai malam yang berlalu, dalam gelisah dan sendiri
Mencoba merangkul makna dari peristiwa yang saling berlari
Beragam raut kita jumpa, mengerling sejenak menyapa masa
di tepi, kitapun bersapa membuat lingkaran imaji tak berasa
keryitkan dahi tanda tak mengerti
pada dunia yang begitu pongah
Cibirkan bibir tanda tak pasti
kapan manusia mengakhiri sikap aniaya


Kami Diam bukan tak melawan
diam kami adalah senjata
petani berhenti menanam bukan berarti kalah
karena ingin musuh mengerti
inilah cara kami melawan


Birmingham' 24 Okt 2006
00.12



Sumber foto : http://www.obsidiandawn.com/

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts