Tuesday, October 24, 2006


Small Heath Moslem Centre, di Green Lane Road Birmingham sebuah masjid yang sangat unik berada. Mengapa ? aku menyebutnya masjid bergeraja, karena secara arsitektur sepenuhnya ini adalah bangunan gereja, dan menurut salah satu jamaah disini yang keturunan Pakistan. Dulu masjid ini adalah gereja. Tak ada yang diubah secara substansial dari bangunan ini.
Small Heath, menurut Paul seorang guru sekolah dasar yang tinggal di daerah ini hampir separuh penduduk disini adalah muslim. Mereka merupakan keturunan Somalia, Pakistan, Afganistan, India dan beberapa wilayah Timur Tengah lainnya. Tak jauh dari masjid ini terdapat Birmingham City Stadion yang merupakan markas kesebelasan Birmingham FC.


Menariknya, secara substansial tak pernah terbesit niat para muslim disini untuk mengacaukan negeri tempat dimana mereka tinggal saat ini. Darimana saya tahu ? Paul, yang seorang Krisnten mengatakan itu, sepenuh hati saya yakin bahwa muslim disini adalah orang-orang baik. Pertanyaannya mengapa mereka sampai harus dimata-matai dan dicurigai, sampai-sampai Blair CS mengharuskan universitas di seantero UK mengawasi mahasiswa asal/keturunan Asia.


Tadi pagi, aku sholat IED di masjid di Green lane ini, muslim di Birmingham tumpah ruah disini. Meski jauh dari rumah dan keluarga, tetapi ada semacam kebahagiaan berkumpul dengan sesama muslim. Dalam khotbahnya, khotib mengatakan (terjemahannya kurang lebih sebagai berikut)
"Islam menyerukan perdamaian dan bergerak dalam damai, tetapi posisi Islam selalu tersudut di negeri ini. Posisi tersudut dan disudutkan inilah yang membuat banyak muslim memilih jalan konfrontatif. Namun sebagai nilai, islam adalah rahmat"
Menggagas equalitas antar peradaban, adalah sebuah keharusan di tengah masyarakat yang saling menyimpan kecurigaan satu dengan yang lain. Kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan dari "Barat" khususnya US dan UK telah membuat kebencian terselubung makin mengental di dalam dada masing-masing penghuni peradaban yang saling berkontak.


Pertanyaannya kemudian. Negara-negara besar yang memiliki peradaban monolitik yang sesungguhnya bermuka dua tersebut apakah telah memandang peradaban lain sebagai mitra yang sejajar atau ruang untuk ditaklukkan ? Kalau ia, pantas saja segala cara digunakan untuk mengamputasi segala kekuatan peradaban yang dianggap sebagai rival bagi peradaban global dengan universalisme nilai yang mereka bawa.


Tulisan ini tidak sedang mencoba menyerang Barat dengan segala klaim kebenaran yang mereka miliki. Tetapi mencoba membangun persepsi yang lebih akurat atas klaim "kejahatan kemanusiaan" yang dituduhkan Barat dengan menjadikan terorisme sebagai senjata utama.


Sebuah keluarga India di daerah Kingsheath, tempat dimana teman saya dari Sumatera tinggal bertutur. Berapa ratus tahunpun kami tinggal di UK, tetaplah kami dianggap warga kelas dua, karena kulit kami dan kami bukan penduduk asli. Lalu sesungguhnya dimana ekualitas yang dikampanyekan selama ini, jikalau di hati mereka masih berlumur kebencian dan menganggap rendah yang lain...?
Sungguh, peradaban disini berwajah ganda.
Seolah malaikat tetapi setan,
seakan penolong padahal penjajah,
nampak solider tetapi perampas.
Begitulah kapitalisme mewujud dalam banyak wajah, menjalar bagai candu dan berkembang laksana virus. Cepat, tak terdeteksi dan mematikan kemanusiaan umat manusia.
Dari masjid bergereja di Green Lane, dapat kupungut serpihan realitas. Mengayun langkah sembari berharap akan lahir "DR. Azhari-DR. Azhari" lain, yang berjuang, yang berpihak, yang menantang angkuhnya zaman. Berharap pula lahir Malcom X - Malcom X lain yang menerjang pedihnya penidasan.
B'ham 23 Okt. 06. 21.00pm


0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts