Sunday, April 14, 2013

Mengakrabi Madura kali pertama lewat “Matahari di Atas Gili”, sebuah novel yang cerdas, dalam dan mengharu biru. Lintang Sugiarto sang penulis telah membawa imajinasiku menyelami kehidupan di Madura. Sisi gelap dan sisi terang Madura membaur, menghasilkan pelangi yang indah. Aku orang Palembang tapi “Matahari di Atas Gili” membuatku jatuh hati.

Sosok Suhada dan Suamar dalam novel benar-benar memberiku pemahaman betapa berkarakternya Madura, betapa lugas dan kerasnya kehidupan di pulau-pulau kecil seputaran Madura. 
Adegan carok yang muncul dalam novel member kesan ngeri dalam batinku. Tapi itu lah harga yang harus dibayar atas nama harga diri.
Karapan sapi, dimensi yang mengidentik dengan Madura. Banyak balapan yang nyaris serupa di nusantara, tapi karapan sapi melegenda sampai jauh. 

Belum pernah aku punya kesempatan menyaksikan langsung karapan sapi. Tapi beruntung Plat-M, kumpulan blogger Madura, tahun ini menggelar festival karapan sapi. Apa aku bisa hadir ? tentu tidak, kini aku jauh di Jambi sini. Tapi live tweet dan review festival membuatku merasa ada dalam keriuh rendahan. Tentu tak akan pernah sama dengan kehadiran langsung di arena. Tidak sekarang, tapi tak akan lama lagi. Aku akan menjadi bagian yang bersorak sorai disana.

Karapan sapi bukan sekedar aduh cepat, tapi juga dimensi relasi manusia, alam dan mahluk ciptaan lainnya (sapi dalam hal ini). Arena pacuan adalah representasi alam, seharusnya arena ini adalah sawah berlumpur. Pada dimensi profan ini adalah silaturahmi sesama petani, silaturahmi sesama manusia. Pada dimensi yang lebih sacral, ini adalah ekspresi syukur akan sinergi harmonis manusia dan alam.

Kehidupan adalah ruang berbagi dimana kebahagiaan datang dan pergi, bencana pun kadang mampir tanpa peduli. Karapan sapi adalah ruang membangun sinergi dan harmoni itu. Alangkah tak pantas jika kekerasan, keributan bahkan kerusuhan terjadi di festival budaya semacam ini. Untunglah dari laporan rekan-rekan Plat-M tak ada keributan atau kekerasa dalam festival ini. Kalah dan menang adalah warna-warni kompetisi. 

Senyum bahagia dan senyum kecut tak ceria memang berseliweran selama lomba, tapi tak menjadi alasan untuk berbuat kekerasan. Meski emosi terpacu, adrenalin meninggi tapi semua tetap berjalan dalam harmoni. Membanggakan, selamat untuk warga Madura.

Kalau ada yang melabeli warga Madura sebagai orang yang kasar, keras dan tak ramah. Maka lewat festival yang digelar anak muda Madura ini semua itu terbantah. Cuaca boleh panas selama lomba, tapi hati tak lantas membara. Debu dan sampah bisa jadi berserakan tapi jiwa tak lantas berisi kekerasan. Ada yang kecewa, tentu iya. Ada yang merona bahagia, pasti juga. Itulah romantika sebuah lomba. Tapi syukurlah Karapan Sapi 2013 tanpa kekerasan.

Kalau boleh sedikit berandai, tahun depan tatkala hal serupa kembali digelar. Ada baiknya kawan-kawan panitia mengupayakan livestreaming. Karena akan lebih asyik bagi kami yang mengagumi Madura dengan segala perangkat budayanya namun belum berkesempatan menjejak langkah kesana.

Memahami Madura memang membutuhkan keintiman, baik dengan orang-orangnya maupun dengan ragam budayanya. Lintang Sugiarto, sang novelis “Matahari di Atas Gili” telah membawa Madura menjadi begitu nyata di hadapan pembaca. Kini saatnya anak-anak muda Madura juga membawa Madura dan atribut budayanya menjadi kebanggaan nusantara dengan cara mendekatkannya ke seluruh penghuni Indonesia. Tak perlu memaksa mereka menjejak langkah hingga kesana, cukup sajikan semua via dunia maya.

Di luar soal keluh kesah bahwa masih ada kekurangan disana sini dalam penyelenggaraan , tapi apa yang digagas anak-anak muda Madura lewat festival ini sungguh mengagumkan. Semoga menginspirasi kami di berbagai belahan negeri. Intensitas persahabatan di dunia maya bisa menjadi sesuatu yang bermakna di dunia nyata. Salut untuk pencapaian ini. Festival berlangsung lancer dan karapan sapi 2013 tanpa kekerasan
 


Pencapaian yang sudah ada layak saja disyukuri tapi semoga tak lantas menjadi puas diri. Festival dan event yang lebih keren dan membumi akan selalu dinantikan dair tanah Madura. Bukan hanya orang Madura yang menantikan, tapi seantero nusantara pun ikut menanti.

Tak perlu lagi berteriak adu kencang untuk menapik anggapan bahwa orang Madura keras, kasar dan suka keributan. Buktikan saja dengan karya dan buat dunia bungkam dan memahami bahwa Madura adalah negeri dengan karakter, negeri yang mencintai harmoni.

Pada akhirnya selamat untuk Plat-M, Idbuzznetwork.com, Idblognetwork.com serta seluruh masyarakat Madura yang telah mengelar Karapan Sapi 2013 Tanpa Kekerasan. Tabik !

Foto bersumber dari : www.plat-m.com

Photobucket

Photobucket




0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts