Monday, April 15, 2013

Berbelanja lalu menggunakan sebuah produk telah menjadi prihal keseharian kita. Tak peduli berapa usia dan jenis kelamin atau bahkan suku, kita pasti berbelanja dan atau menggunakan sebuah produk. Hampir setiap aspek kehidupan kita berbuhungan dengan produk, baik yang dihasilkan secara rumahan maupun produk industri besar.

Kualitas barang, harga dan juga inovasi produk biasanya menjadi pertimbangan kita selaku konsumen. Namun tak dapat dinafikkan kadang faktor promosi (baca: iklan) menjadi picu seseorang dalam memutuskann pilihan membeli atau menggunakan sebuah produk. Aspek rasionalitas menjadi hilang. Pada titik ini konsumen menjadi sangat rapuh, karena hanya digerakkan oleh pemahaman semu akan sebuah produk.

Untuk menggali lebih jauh pemahan dan persepsi konsumen, saya mencoba melakukan survei yang sangat sederhana terhadap 20 orang teman, keluarga dan kenalan. Ada empat hal yang saya tanyakan kepada mereka, meliputi ; apa pertimbangan mereka dalam memutuskan memilih produk, apakah iklan menjadi penentu pilihan produk mereka, apakah mereka mengetahui green product dana apakah mereka mempertimbangkan faktor ekologis dalam menentukan pilihan terhadap produk. Adapun responden dalam survei sederhana ini terdiri dari anak SMA hingga seorang doktor (Ph.D), dari pekerja LSM hingga banker dan sebagainya. Memang survei ini tidka bisa digeneralisasi sebagai perilaku konsumen kita, tapi paling tidak menjadi pijakan penulis dalam memahami perilaku konsumen.

Sumber : Survei sederhana Huzer Apriansyah/2013

Selanjutnya data mengenai bagaimana pengaruh iklan dalam menentukan keputusan pembelian produk.


Sumber : Survei sederhana Huzer Apriansyah/2013

Kemudian kita akan mencoba mengetahui apakah reponden mengetahuui tentang green product atau produk yang ramah lingkungan.

Sumber : Survei sederhana Huzer Apriansyah/2013

Sebagai pertanyaan terakhir dalam survey, penulis menanyakan apakah responden selama ini telah menjadikan aspek ekologis sebagai penentu dalam perilaku konsumsi mereka.
Sumber : Survei sederhana Huzer Apriansyah/2013

Demikianlah gambaran sekilas perilaku konsumsi responden survei yang penulis lakukan. Tentu saja hasilnya tidak bisa digeneralisir sebagai perilaku konsomen di Indonesia secara keseluruhan, tapi paling tidak member gambaran pada penulis persepsi dan pola konsumsi orang-orang di sekitar penulis.

Aspek ekologi sebuah produk ternyata belumlah menjadi pertimbangan penting bagi konsumen di Indonesia dalam menentukan pilihan produknya. Memang belum ada data resminya, tapi saya meyakini dari hasil survei sederhana penulis menggambarkan itu. Pengetahuan tentang produk ramah lingkungan juga masih rendah. Tulisan ini mencoba untuk mengajak konsumen Indonesia menjadi konsumen yang cerdas secara ekologis.

Kita mulai dengan pemahaman mendasar mengenai apakah produk yang ramah lingkungan itu. Produk ramah lingkungan menurut Ray Anderson, founder of Interface and all-around sustainability smart guy (2004) adalah produk yang paling tidak memiliki tujuh aspek. Ketujuh aspek tersebut adalah :

Mari kita bahas satu persatu aspek tersebut :

Aspek Inovasi

Perusahan yang melakukan inovasi terkait dengan proses hadirnya sebuah produk dan mencoba membuat proses produksi lebih sederhana dan tidak high energy consuming. Kemudian inovasi desain produk yang lebih minim material non-organiknya. Serta inovasi teknologi lainnya yang bisa membuat sebuah produk sangat ramah lingkungan. Aspek inovasi ini bisa kita telusuri dengan memahami who behind the product artinya kita mencoba memahami perusahaan yang menghasilkan produk tersebut. 

Tugas konsumen cerdas adalah mengubek-ubek sisi dalam sebuah perusahaan, sehingga bisa mengetahui bagaimana produk mereka mengalami inovasi dan menjadikan inovasi sebagai basis perkembangan produk. Berat memang memahami aspek ini pada sebuah produk. Tapi kita bisa secara sekilas membaca profil perusahaan atau profil sebuah produk sebelum memutuskan membelinya.

Bahan Baku yang Tepat

Apakah sebuah produk menggunakan bahan baku yang tepat secara ekologis juga patut menjadi perhatian konsumen. Paling tidak kita harus punya tiga pertanyaan untuk tiap produk yang kita konsumsi (terutama yang frekuensi konsumsinya tinnggi) :

1. Produk pertanian/perkebunan :

- Apakah bahan bakunya datang dari kebun atau lahan pertanian yang ramah lingkungan (bukan di kawasan hutan, tidak menjadikan bahan kimia sebagai ujung tombak produksi dll) ?
- Apakah petani/pekebun dimana bahan baku dihasilkan sudah mendapat keadilan harga ?
- Apakah produk mengandung minyak sawit ? jika iya, kita harus paham bagaimana perkebunan sawitnya dijalankan ?

2. Produk Elektronik

- Bagaiman konsumsi energy produk tersebut ?
- Bagaimana desain pengolahan limbah dilakukan perusahaan ?
- Adakah kandungan limbah B3 dalam produk ? jika ada bagaimana perusahaan melimitasi dampak ?

3. Produk Makanan

- Apa dan bagaimana kandungan bahan bakunya ? Adakah unsur minyak sawit (biasanya ditulis sebagai unsur nabati/minyak nabati), jika ada pahami dari perkebunan mana mereka mendapat pasokan ?
- Bagaimana perusahaan menyiapkan pengolahan limbah untuk kemasan produk ?
- Adakah unsur inovasi kemasan yang ramah lingkungan ?

4. Produk Pakaian

- Darimana bahan baku berasal ?
- Apakah penggunaan pewarna pakaian memperhatikan aspek lingkungan ?
- Bagaimana limbah dikelola ? (Limbah tekstil di Indonesia termasuk yang berkontribusi merusak sungai-sungai terutama di Jawa Tengah dan Jawa Barat)

Jika kita berminat menjadi konsumen yang cerdas secara ekologis maka wajib bagi kita memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Tentu saja tidak untuk setiap produk, tapi paling tidak produk yang frekuensi penggunaannya sangat tinggi bagi kita. Bagaimana caranya ? Riset. Ya sumber di internet, review produk dan berbagai hal bisa kita gunakan dalam menggali informasi sebanyak-banyaknya.

Proses Produksi yang Clean and Green 

Ini adalah aspek dimana proses produksi sebuah produk mengindahkan aspek ekologis. Mulai dari bagaimana transportasi bahan baku, bagaimana efisiensi penggunaan energi dalam produksi, bagaimana aspek distribusi produk yang low energy dan juga bagaimana kebersihan proses produksi.

Bila kita ingin menjadi jadi konsumen cerdas secara ekologis memahami aspek produksi sebuah produk adalah mutlak kita lakukan.


Efisiensi Distribusi

Aspek distribusi produk dari tempat produksi hingga sampai ke tangan konsumen juga mutlak diperhatikan. Semakin jauh sebuah produk berasal maka semakin tidaak ramah lingkungan produk tersebut. Karena energy yang dibutuhkan untuk sampainya produk itu ke tangan kita semakin besar. Semakin panjang jalur transportasi semakin besar pula kontribusi produk itu akan emisi karbon secara global. So we must to think local product first !!

Penggunaan Rendah Dampak

Sebuah produk yang ramah lingkungan adalah produk yang dampak ekologisnya saat atau setelah digunakan kecil. Maka sebagai konsumen cerdas kita perlu memperhatikan dampak ekologis dari penggunaan produk. Jangan sekedar pakai lalu masa bodoh, it’s not fair.

Daya Tahan Produk (Made to Last)

Semakin kuat daya tahan sebuah produk dan panjang usia pakainya, maka semakin baik bagi lingkungan. Maka faktor daya tahan produk harus masuk dalam mindset kita sebagai konsumen cerdas.

Menghindari Ladang Pembuangan Sampah (Landfill)

Perusahaan yang memikirkan aspek lingkungan pada produknya, biasanya juga berpikir bagaimana mereka juga bisa terlibat aktif dalam manajemen sampah yang dihasilkan oleh produk mereka. Misalnya perusahaan ait minbum dalam kemasan, mereka akan memiliki mekanisme bagaimana mengumpulkan kembali kemasan tersebut, dan kemudian diolah kembali hingga tak perlu kemasan produk mereka memadati tempat pembuangan akhir sampah. Hal ini perlu masuk dalam kerangka berpikir konsumen cerdas.

Untuk mendorong ini pemerintah melalu ditjen SPK, kementerian perdagangan menyediakan banyak informasi tentang konsumen cerdas. Maka kunjungi saja http://ditjenspk.kemendag.go.id

***
Menjadi konsumen cerdas secara ekologis memang tak mudah. Negara-negara maju saja belum bisa secara maksimal mengedukasi konsumen mereka untuk aspek ekologi ini. Tapi bukan berarti kita tidak bisa ? Paling tidak kita bisa mencoba dari hal-hal sederhana. Pakai produk lokal, hindari produk yang menggunakan energi besar, cari produk dari perusahaan yang sudah bersertifikasi dalam aspek ekologi. Kita bisa memilih peduli atau tidak peduli dengan masa depan bumi ? So, the choice on your hand ! 

Artikel ini sedang diikutkan dalam lomba menulis
"Konsumen Cerdas"


0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts