Tersebutlah sebuah kisah, di sebuah kota dimana mendoan menjadi makanan pokok
penduduknya,
seorang lulusan SMA baru saja diterima di UNPAD-Purwokerto. Unpad koq nang Purwokerto ?
Ngawuur..iki. Jangan salah paha (*-&^%$) dulu, UNPAD itu UNiversitas PAk Dirman alis Univ. Jenderal Soedirman.
Dengan penuh percaya diri remaja yang baru lulus dari
Jogja itu melangkah, hari pertama ia bertekad untuk segera bisa berbahasa
Banyumas yang ngapak-ngapak itu, praktek kuncinya, bisik remaja itu
dalam hati.
Petualangan di Purwokerto pun dimulai,
naiklah si remaja itu ke mobil angkot, ada lima penumpang di dalam angkot
tersebut. Tak lama dua orang penumpang turun, sebelum turun salah satu
penumpang berbicara ke temannya “inyong
kencot,” tak lama
mereka turun. Lalu beberapa saat dua penumpang tersisa juga menyebut-nyebut
kata kencot. Lantas mereka turun…
Berbekal tekad ingin segera bisa berbahasa Banyumas,
si remaja yakin dia sudah mendapat pelajaran di dalam angkot. Tak lama gedung
kampusnya pun nampak, dengan percaya diri ia berteriak ke sopirnya..
“Pak kencooot
pak,” teriak remaja itu kalem dan penuh yakin.
“Kencoot pak,”suara
remaja itu meninggi.
Si sopir tetap cuek dan mobil terus melaju.
“Pak…kencot ko
pak.”Pemuda itu berteriak lebih keras
Mobil pun berhenti, si sopir menoleh sembari
tersenyum. Si pemuda pun turun dengan perasaan kesal. Tapi, dibalik itu semua,
si remaja merasa senang karena sudah mengerti cara menghentikan angkot di kota
Purwokerto. Kencot berarti berhenti. Dalam hati remaja itu tersenyum penuh kebanggaan.
________________
*Kencot dalam bahasa Banyuams bermakna lapar…
*Kisah diangkat dari pengalaman pribadi saat pertama
kali pindah ke Banyumas..
Foto : huzer apriansyah