Tuesday, April 1, 2014


Buku bersampul oranye itu sudah lumayan lama bersandar di almari ruang kerjaku. Belum terbaca utuh, tak pula masuk prioritas buku yang harus dibaca. Hanya sesekali kubuka secara acak saja halaman-halamannya. Setengah atau satu halaman lalu aku berhenti.

Kepalaku dipenuhi muatan persepsi, “Ah sudah terlalu banyak puja puji untuk sosok satu ini !” Paling-paling sebelum mengembalikan buku oranye itu ke rak buku atau membiarkannya terserak di atas meja, tatapanku terhenti sejenak pada sosok berbaju kotak-kotak merah, hitam dan putih yang tertawa lepas dengan wajah yang menghadap ke atas (mendongak), ya semua tahu siapa dia, Jokowi. Sosok pemimpin yang konon begitu langkah didapati di era ini.

Pernah pula kupasati penulis-penulis yang berkontribusi untuk buku ini, sebagian nama mereka akrab di mata dan telinga. Mereka sahabat, guru sekaligus kawan dunia maya yang sama-sama berjibaku di rumah sehat bernama Kompasiana. Meski aku bukan penggiat tangguh seperti mereka, tapi paling tidak mengikuti sepak terjang mereka. Sebut saja, Mba Niken, Mba Septin, Ibu Maria, Mba Annisa, Pak Daniel, Pak Piere Barutu, Bang Herry N Sancoko, Bang Ken Hirai, Mba Aulia Gurdi, Pak Kate, Bang Palti, Mba Yayat, Pak Muh Syukri, Pak Thamrin Dahlan, dan masih banyak lagi. Nama-nama itu membuat buku ini terasa dekat. Meski mereka mungkin tak mengenalku, tapi paling tidak aku mengenal mereka lewat karya-karya yang aduhai di kompasiana.
***
Sampai pada suatu senja, sambil menanti pertandingan Timnas U19 Indonesia berujicoba melawan Tim Pra PON Jawa Timur. Kutarik buku bersampul oranye dengan judul “Jokowi (Bukan) Untuk Presiden” yang catchy itu. Seperti biasa untuk buku non sastra yang bukan prioritas bacaan, kugunakan metode buka acak. Petang itu jariku melenting ke halaman 19, judulnya nampak biasa, “Jokowi dan Sopir Taksi Solo” tanpa butuh pikir panjang aku sudah bisa menebak kemana tulisan itu akan berujung. Puja puji dari seorang sopir yang mengagumi Jokowi, dan itu benar. Berkurang nafsuku melanjutkan.

Tapi entah mengapa petang itu mataku merapati kalimat-kalimat yang ditulis Septin Puji Astuti, sejenak saja aku telah tersihir dengan gaya bertutur yang renyah dari Mba Septin. Saya merenung lama ketika sampai pada kalimat “Tapi, kalau anak buahnya Jokowi itu harus jujur Mbak. Kalau ada kembalian, ya dikembalikan. Nggak boleh itu diambil.”  Kalimat yang dikutip Mbak Septin dari sopir taksi itu sungguh-sungguh membuat aku berdesir. Luar biasa, Jokowi ini, pikirku.

Meski demikian, sayangnya Mba Septin tak memberi petunjuk lebih, siapa sebenarnya sopir taksi tersebut, paling tidak namanya. Tulisan yang sebenarnya begitu indah tapi tak terlalu ada intimitas dengan subyek yang ditulis. Di sisi lain, bagi orang-orang yang tak terlalu percaya kisah ini, bisa saja memverifikasi tulisan Mba Septin kalau ada nama dari sopir taksi itu, apalagi ada nama armadanya pula.

Ah, kekurangan kecil itu tak membuat kisah yang ditulis Mba Septin kekurangan auranya. Tulisan ini telah menjadi semacam gerbang penuh magnet yang akhirnya menyeretku masuk ke pusaran buku. Segera kubalik halamannya ke arah depan. Berjumpa dengan tulisan pertama milik Mba Niken, sosok yang cukup lama kukenal lewat karyanya, terutama ketika aku masih sangat kerap menulis di Kompasiana medio 2010 dan 2011.
Judulnya sudah begitu menarik perhatian “Jokowi : The Untold Story”, semua orang merasa sangat perlu melihat Jokowi dari kedalaman, dan tulisan Mba Niken memberikan itu. Kisah Jokowi ditilang polisi dan sisi-sisi lain dari sosok satu ini sungguh membuatku makin penasaran dengan artikel-artikel lain dalam buku yang merupakan kompilasi tulisan para kompasianer ini.
Meski demikian aku adalah orang yang berusaha sekecil mungkin menggunakan bahasa asing (Inggris) dalam tulisan bahasa Indonesiaku, judul yang sebenarnya indah itu, tetap saja terasa janggal bagiku. Selipan kata asing memang menjadi semacam ciri dari buku ini.
Setelah tamat membaca buku ini, aku mencatat paling tidak ada sepuluh tulisan yang judulnya mengandung bahasa Inggris.
1.      Jokowi “The Untold Story
2.      Jokowi, Man of The Year 2012
3.      Menakar Peluang Jokowi di “Partai Away”-nya
4.      “It’s the Change, Stupid”
5.      Jokowi “Effect”
6.      Jokowi Sombong dan Overconfidence ?
7.      Jokowi, Think Globally, Act Locally
8.      Jokowi : Private Inside, PNSOutside !
9.      Jokowi, Pencitraan, End !
10.  Pak Jokowi : Dari “Esemka” ke Made in China

Kalau kita telisik isi dari semua tulisan lebih dari 20 tulisan menyelipkan bahasa asing di bagian isi. Tentu saja tak apa-apa menggunakan bahasa asing untuk sebuah tulisan populer. Tapi entah mengapa, aku sangat suka orang yang berusaha keras mencari padanan kata asing dengan bahasa Indonesia. Beruntung ada Katedrarajawen yang menampilkan sosok itu dalam buku ini. Tak satupun bahasa asing dalam artikelnya, biasanya di Kompasiana pun itu ciri khasnya; lugas, singkat dan tak pakai kata asing.

Tapi sekali lagi ini subyektifitas saya semata. Toh itu tak mengurangi keindahan tulisan-tulisan dalam buku yang diterbitkan Elex Media Komputindo ini.

Oh ya, soal penerbit yang satu ini keren juga, dulu saya mengenal penerbit mayor satu ini karena komik-komik dan buku-buku bidang teknologinya, ternyata Elex Media telah jauh bergerak meninggalkan ‘label’ lamanya. Buku ini salah satu pembuktian itu.

Lebih dan Kurang Dalam Enam Bab

Kekuatan utama buku ini adalah pada keragaman sudut pandang tulisan. Mulai dari hal-hal yang belum terceritakan tentang Jokowi, penantang gagasan, pendukung gagasan, pencinta hingga yang tak suka tali temali dalam rangkaian kisah. Beragamnya penulis ini berimplikasi pada gaya tutur yang beragam pula. Ada yang asyik seperti sebuah cerpen ada yang serius layaknya opini Kompas, ada yang menulis seperti acuh tak acuh saja. Pokoknya kaya warna.

Selama ini buku tentang Jokowi yang kutahu berisi satu sudut pandang saja. Baru kali ini kutemukan buku tentang Jokowi yang ditulis dengan begitu kaya warna. Belum pernah ada juga sebuah buku tentang Jokowi yang ditulis “orang-orang biasa”. Bisalah tulisan dalam buku ini disebut sebagai suara “orang-orang biasa” tentang sosok luar biasa.

Frasa “orang-orang biasa” itu kulekatkkan dengan maksud bahwa para penulis bukanlah orang-orang di lingkaran politik, bukan pula penulis ternama yang sengaja diupah untuk menulis tentang seseorang. Tulisan-tulisan terasa begitu spontan dan apa adanya.

Namun spontanitas itu juga membawa sisi lemahnya, banyak tulisan yang terasa ditulis begitu tergesa-gesa, dan kejar tayang. Hingga terasa kurang benyawa dan kaku-kaku saja. Satu hal yang patut pula dipuji dari buku satu ini adalah desain sampulnya; sederhana, menarik dan mengundang mata untuk melirik. Hal ini kubuktikan saat berada di sebuah toko buku, dari belasan buku tentang Jokowi, buku satu ini langsung menarik mataku untuk merabanya. Lalu mengutak-atiknya halamnnya, dan terakhir melihat label harganya. Ya lumayan juga harganya... J
***
Tulisan dalam buku ini dihadirkan jauh hari sebelum Jokowi resmi menjadi calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tentu ada diantara penulis yang kecewa ada pula yang suka cita menyambutnya. Tapi paling tidak buku ini sudah menjadi semacam “mandat” rakyat kepada Jokowi.

Meminjam istilah Kang Pepih Nugraha dalam pengantar buku “Inilah buku pertama mengenai Jokowi yang dipandang dari sudur warga biasa, bukan dari penulis buku, analis, atau jurnalis profesional. Karenanya warga biasa memandang Jokowi lebih jujur dari sudut yang beragam bahkan tidak terduga...” Dan benar saja, buku ini telah menampilkan hal tersebut. Aku yang semula tak terlalu peduli dengan apa dan bagaiman Jokowi, akhirnya menjadi menggemari tulisan-tulisan yang begitu luar biasa di buku ini.

Buku ini telah membuka dialog, perdebatan dan juga pemahaman baru atas sosok bernama Jokowi, yang bisa jadi akan memimpin negeri ini lima tahun ke depan nanti.

Judul Buku      : Jokowi (Bukan) Untuk Presiden
Penulis             : Kompasiana (Lead Editor Nurullah)
Tahun Terbit    : 2013
Penerbit           : Elex Media Computindo
Halaman          : 320 + xvi

Sumber ilustrasi : www.kompasiana.com

Note : Resensi ini terpilih sebagai pemenang favorit lomba resensi Kompasiana dan Elex Media




0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts