Wednesday, March 26, 2014




Indonesia seperti telah mendapatkan presiden baru, manakala Partai Demokrasi Indonesia  Perjuangan menetapkan Jokowi sebagai calon presiden (14/3). Semua indikator mengarah pada satu kesimpulan; Jokowi presiden kita 2014-2019. Benarkah demikian ?

Semua hasil survei yang dirilis lembaga survei dimana prosesnya melibatkan pendapat publik enam bulan terakhir menempatkan Jokowi di peringkat teratas. Bahkan di beberapa survei, angkanya di atas 30 persen. Selain survei, popularitas Jokowi melesat tajam di media, tiada jam tanpa pemberitaan tentang Jokowi, di media sosialpun demikian adanya. Rasa-rasanya memang Jokowi sudah tak terbendung.

Di sisi lain, Prabowo Subianto, capres Partai Gerindra makin terkikis peluangnya seiring kehadiran Jokowi. Di samping itu reaksi kerasnya terhadap PDIP dan Jokowi ikut membuat citra Prabowo merosot. Capres konvensi Parta Demokrat belumlah jelas, tapi diyakini tak akan mampu membendung “efek Jokowi”. Begitupun dengan Aburizal Bakrie yang sedari awal memang peluangnya tak besar menurut survei, ditambah dengan beredarnya  video jalan-jalan Aburizal bersama artis kakak beradik di Maladewa, akan ada efek negatif pada pencapresannya. Meski tim Golkar mencoba mengubah kondisi negatif beredarnya video ini justru menjadi senjata baru.Calon dari Partai Hanura dan PKS masih tercecer di belakang, begitupun PKB, PAN, PPP dan PBB.

Di luar itu semua, kita masih ingat dengan jelas ketika Jokowi memenangkan pemilukada DKI Jakarta, semua survei menunjukkan Fauzi Bowo akan menang, bahkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis, Foke akan menang satu putaran saja. Tapi apa yang terjadi, justru the underdog, Jokowi, jadi pemenang. Lantas apa hubungannya dengan Jokowi hari ini ?

Kondisi di atas angin yang dialami Jokowi hari ini bisa menjadi bumerang, jika Jokowi menerapkan strategi yang terlalu defensif seperti sekarang. Karena pada akhirnya bisa saja pertahannya dibobol lawan. Banyak sekali amunisi lawan politik Jokowi untuk menyerangnya. Isu korupsi, ini adalah isu yang akan sangat dahsyat berdampak pada opini publik. Partai Demokrat sudah merasakannya. Banyak pihak meyakini bahwa Jokowi bersih, tapi mungkin saja ada ‘kelalaian” Jokowi ketika memimpin Solo atau saat memimpin Jakarta, lihat saja kasus impor bus trans Jakarta yang sudah mulai ditembakkan ke Jokowi.

Isu SARA (Suku, agama dan ras) akan tetap dijadikan senjata melemahkan Jokowi. Isu bahwa Jokowi keturunan Tionghoa dan isu sensitif lainnya akan terus dimainkan, terutama di daerah-daerah yang memiliki basis agama tertentu yang kuat. Tentu Jokowi dan PDIP bisa tenang untuk isu yang satu ini, pemilukada DKI membuktikan isu ini tak mempan. Tapi, entah bagaimana dampaknya jika isu Jokowi dicukongi konglomerat hitam Tionghoa terus digoreng lawan politiknya, bisa jadi memberikan dampak siginifikan.

Isu keluarga, dalam sebuah sistem politik dimana figur adalah hal yang penting (Patron-client) isu keluarga biasanya direspon sangat luas oleh publik. Pertanyaannya, apakah Jokowi punya sisi gelap terkait perilaku personal dan memiliki isu seputar keluarga yang “hitam” ? jika tidak, ya Jokowi akan tenang saja. Tapi kalau ada yang disembunyikan, maka Jokowi dan tim sudah harus siap mengantisipasinya ? Aburizal Bakrie sudah merasakan, tapi sejauh ini timnya mampu mengelolah isu tersebut.

Satu lagi isu yang sekarang terus menerus dikelola oleh Gerindra untuk menyerang Jokowi adalah isu Jokowi pembohong dan tak tahu terima kasih. Jokowi dulu berjanji akan menjalankan amanah di DKI sampai tuntas, tapi nyatanya ia memilih meninggalkan DKI di usia pemerintahan yang masih seumur jagung. Isu ini belum terlalu masif, tapi dampaknya sudah mulai terasa. Tak kurang dari 180 orang tim sukses Jokowi saat menjadi calon gubuernur DKI menarik dukungan terhadap Jokowi. Begitupun dengan beberapa elemen masyarakat Betawi mulai meninggalkan Jokowi.

Kita masih akan melihat isu-isu baru yang akan terus menghantam Jokowi. Apakah Jokowi akan terus tenang dan mengacuhkan semua isu, atau sesekali akan melakukan serangan balik, kita tunggu saja ? Pertarungan isu ini akan semakin sengit pasca pemilihan umum legislatif.

Asal Bukan Jokowi (Abujo) dan Golkar Connection

Prabowo di Gerindra, Wiranto di Hanura, Surya Paloh di Nasdem, beberapa tokoh kunci di Demokrat sebut saja Hayono Isman, dan beberapa tokoh di partai lain tak dapat dipungkiri memiliki keterhubungan dengan Partai Golkar. Meski sebagian mereka bisa disebut sebagai kelompok yang “terbuang”. Di luar itu masih ada Sri Sultan Hamengkubowono X, Jusuf Kalla, Din Syamsudin dan banyak tokoh senior lainnya. Akankah mereka bersatu membendung Jokowi ?

Sulit untuk menyatukan semua, tiap mereka punya kepentingan. Tapi sejarah politik kita mencatat poros tengah pada tahun 1999 berhasil memenangkan Almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden, padahal PAN dan PKB yang jadi motor poros tengah taklah akur. Tapi dengan semboyan ABM (Asal Bukan Mega), kepentingan mereka menjadi satu. Akankah kali ini terulang kembali ? Abujo, asal bukan Jokowi.

Kekuatan yang terlalu superior seperti Jokowi hari ini, niscaya akan mengundang resistensi. Bukan mustahil superioritas Jokowi justru menyatukan lawan-lawna politiknya menjadi satu barisan, barisan abujo. Apalagi pendeklarasian Jokowi disebut berbagai pihak tepat waktu, tapi bagi saya, resiko yang diambil PDIP begitu besar. Semakin jauh jarak antara deklarasi capres dengan pilpres, membuat calon yang diusung semakin mudah diserang. Mengingat PDIP tak terlalu yakin bisa “memerahkan” Indonesia di pemilihan legislatif jika Jokowi tak segera dideklarasikan, ya pilihan mempercepat deklarasi, menjadi sah-sah saja.

Barisan abujo ini tak bisa dianggap remeh, semakin hari barisan ini akan semakin masif. Hanya membutuhkan momentum dan siapa yang mengambil inisiatif. Kalau Golkar dan Gerindra bisa bersatu, Jokowi akan mendapat lawan seimbang. Kita tungguh saja babak demi babak dalam drama politik di 2014 ini. Apapun dramanya, pada akhirnya rakyat yang akan menentukan siapa presiden kita.

Note : Tulisan ini juga dimuat di Harian Jambi Independent (26/03)




0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts