Tuesday, January 22, 2013


Air, lebih dari sekedar kebutuhan biologis dasar manusia, tapi juga pembentuk peradaban manusia. Disadari atau tidak peradaban di dunia selalu terkoneksi dengan air. Peradaban Cina dengan Sungai Kuning, Mesir dengan Sungai Nil, Sriwijaya dengan Sungai Musi, India dengan Gangga. Banyak lagi contoh lain.

Sungai yang mengalirkan air dari hulu ke hilir ternyata telah berperan besar dalam melahirkan peradaban. Begitu pula dengan suku-suku kecil di nusantara, ternyata kebudayaan dan kehidupan mereka sangat terhubung dengan air, dalam hal ini sungai. Pengalaman penulis bersama orang rimba, menjadi guru bagi anak-anak rimba telah meyakinkanku, bahwa sungai dan hutan adalah dua hal kunci yang membentuk kebudayaan mereka.


Mika jengon koncing samo binggok di ayik, todok tedendo..”, begitu seru Meruge, sahabat kecilku dari orang rimba rombong Terab saat pertama-tama aku tiba. Jangan buang air kecil atau besar di sungai, bisa kena denda adat. Sungai atau air memang menjadi simbol penting dalam adat orang rimba.

Mendengar istilah Orang Rimba (OR), mungkin belum terlalu akrab. Pemerintah menyebut mereka dengan istilah Suka Anak Dalam (SAD), tapi istilah ini mengandung kekeliruan karena bisa bermakna ganda, karena Orang Bathin di Sumatera Selatan dan Jambi juga disebut SAD. Di luar dari itu semua Orang Rimba menyebut diri “kamia urang rimba”, kami Orang Rimba, maka istilah Orang Rimba lebih relevan menjadi penanda identitas.

Orang rimba yang hidup di hutan dataran Sumatera bagian tengah terutama Jambi dan Sumatera Selatan adalah salah satu suku kecil yang kehadiran mereka kadang terabaikan dan terpinggirkan oleh perubahan sosial yang melaju kencang. Sedangkan mereka masih setia dengan adat. Terutama mereka yang hidup di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)

Anak-anak rimba dalam keriangan, doc : huzer apriansyah
Disamping hutan yang menjadi pembentuk identitas, sungai juga sangatlah penting. Sungai mengandung dimensi fungsional sekaligus religius dalam kehidupan Orang Rimba. “Hopi ado sungoi hopi ado urang rimba”, tidak ada sungai tidak ada orang rimba, begitu suatu ketika Mangku Basemen dari Orang Rimba Rombong Makekal Tengah pernah berujar.

Penamaan rombong di orang rimba melekat dengan sungai utama yang mereka diami. Misalnya ada Orang Rimba rombong Terab, berarti mereka hidup di tepi Sungai Terab, Orang Rimba Makekal, maka mereka hidup di tepian Sungai Makekal. Begitu seterusnya.

Pelekatan nama sungai menjadi identitas Orang rimba menjadi semacam penegasan betapa sacral dan penting sungai bagi Orang rimba. Di Orang rimba juga meyakini bahwa batu-batuan besar yang terkadang ada di sungai  sebagai batu bedewo, artinya dijaga oleh dewa.

Secara umum kesadaran macam itu terkesan irasional dna mengada-ada, tapi jika kita memahami kosmologi kehidupan orang rimba, maka kita akan kagum. Betapa simbol dalam kebudayaan mereka adalah representasi cara mereka berinteraksi dengan alam, sungai dan hutan khususnya.

Pada hari-hari awal kelahiran anak, orang rimba akan membawa sang anak mandi ke sungai. Fase ini sangat penting, karena itulah kali pertama anak berinteraksi langsung dengan alamnya. Proses memandikan ini diyakini bisa membuat anak kuat dan juga perlambang kedekatan dengan sungai. Saat memandikan bayi di sungai untuk pertama kali itu, sungai seolah menjadi penyambut sang bayi dalam kehidupan nyata.
Salah satu anak rimba bermain di sungai, doc : huzer apriansyah

Begitu banyak pantang adat yang berkaitan dengan sungai berlaku dalam kehidupan orang rimba. Seperti telah disebut di awal. Buang air adalah hal yang sangat dipantang. Jika ini dilanggar, mereka meyakini bahelok (dewa) yang ada di sungai akan pergi dan marah. Pelaku pun pasti dikenai sanksi adat cukup berat.

Ketergantungan yang besar akan keberadaan sumber air menuntut orang rimba memiliki pranata adat dan sosial yang bisa menjaga kelangsungan sumber-sumber air mereka. Perubahan sosial yang berlangsung laju membuat interaksi mereka dengan dunia luarpun semakin intensif, maka pranata adat yang ada harus secara kuat mereka dipertahankan, jika tidak kehidupan mereka akan terancam.

Tak diragukan lagi sungai adalah pembentuk identitas orang rimba, kohesi mereka dan sungai adalah representasi paling nyata dari betapa penting air dalam kehidupan mereka. Tidak secara biologis atau fisis semata, tapi budaya dan sosial. Kehancuran sungai alamat kehancuran orang rimba

Begitulah orang rimba yang identitasnya dibentuk salah satunya oleh rimba dan sungai. Seperti kata Davinci di atas, dalam tata alam, air adalah faktor pendorong.


0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts