Friday, January 11, 2013



                Nusantara telah terhubung dengan berbagai bangsa di dunia sejak lama[i], manusia dari berbagai penjuru telah menjadikan nusantara sebagai sebuah basis ekonomi. Kolonialisme bangsa-bangsa Eropa telah menarik banyak bangsa-bangsa menanamkan kepentingan dan pengaruhnya di tanah air. Maka, jika berbicara mengenai sejarah nusantara sejatinya tak bisa lepas dari sejarah banyak bangsa di dunia. Di luar bahwa hubungan yang terbangun bersifat eksploitatif namun tetap saja sebagai sebuah fase sejarah hal tersebut menarik untuk diketengahkan sebagai realitas.

            Salah satu bukti sejarah yang masih banyak dimiliki Indonesia adalah pabrik-pabrik gula yang banyak tersebar  khususnya Pulau Jawa. Dalam aspek kesejarahan pabrik-pabrik tersebut memiliki makna yang tinggi sebagai saksi proses panjang kolonialisme di Indonesia. Bicara tentang pabrik gula di nusantara dalam konteks sejarah maka sebenarnya kita tengah berbicara tentang interaksi antara penduduk nusantara, pedagang Eropa dan juga para pebisnis China ketika itu. Tentu saja hal ini jika dikemas dengan menarik akan mengundang minat banyak pelancong yang ingin mengenang suasana romantis historis dari masa lalu peradaban.  

Jika di Indonesia industri gula identik dengan kolonialisme, di Amerika Selatan dan Utara industri gula indentik dengan perbudakan, dan kini sisa-sisa kejayaan industri gula di Amerika Utara dan Selatan tersebut telah dijadikan semacam monumen “hidup”. Monumen yang  menjadi pengingat bagi umat manusia betapa dunia pada masanya pernah berada dalam masa kelam kemanusiaan. Tempat-tempat-tempat tersebut kini banyak dikunjungi orang dari berbagai belahan bumi.[ii]

            Di sisi lain perkembangan pariwisata dunia berlangsung dengan cepat, pergerakan manusia dari satu negara ke negara lain telah menjadi begitu laju dan dalam kuantitas yang besar. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi industri gula tanah air terutama PTPN X untuk secara serius menggarap potensi wisata pabrik gula.

Mengapa Wisata Pabrik Gula Menjanjikan ?

            Bicara mengenai potensi wisata pabrik gula maka kita harus melihatnya dari sisi internal dan juga eksternal yang bisa mendorong wisata pabrik gula diminati baik pada level nasional maupun internasional.

Aspek Internal

Paling tidak ada beberapa kekhasan yang dimiliki pabrik gula tua dan tak secara utuh dimiliki jenis wisata lain, yaitu ;

1.      Nilai historis dari pabrik-pabrik gula yang sudah berusia di atas satu abad tentu akan menjadi daya tarik, terutama menyangkut kisah-kisah sejarah di sekitar pabrik tua tersebut. Kisah seputar perlawanan penduduk lokal, kisah cinta antara penduduk lokal dengan para pegawai pabrik yang bangsawan asing, serta berbagai kisah sejarah yang sifatnya humanis dan melegenda pasti akan menarik keingintahuan. Selama ini kisah-kisah di seputar pabrik gula yang melegenda dan hidup dalam keseharian warga cenderung diabaikan. Padahal ini aset berharga, harus dikemas sedemikian rupa hingga bisa menjadi daya tarik wisata.

2.      Arsitektur tua (Heritage) dari pabrik-pabrik gula dan juga rumah-rumah tua di sekitar pabrik adalah aset yang pasti akan menarik perhatian. Apalagi gedung-gedung tersebut dilakukan perbaikan namun tidak mengubah bentuk aslinya. Di sisi lain perlu ada semacam dokumentasi historis menyangkut bangunan-bangunan tersebut. Misal saja untuk rumah-rumah tua di seputar pabrik akan sangat menarik jika didokumentasikan pemilik/penghuni rumah tersebut dari awal didirikan hingga saat ini. Disertai juga dengan sedikit kisah tentang para pemilik rumah tersebut.

3.      Kehidupan komunitas di seputar pabrik merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama wisatawan manca negara. Bagaimana keseharian penduduk lokal terutama mereka yang bekerja di ladang-ladang tebu tentu akan menjadi pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Jika memungkinkan ada semacam homestay dimana rumah para peladang tebu dijadikan tempat bermalam, tentu ini akan sangat menarik. Disamping itu, juga bisa menambah pendapatan komunitas.

4.      Unsur mistis yang biasanya lekat dengan pabrik gula tua, disadari atau tidak akan menjadi nilai lebih bagi wisata pabrik gula tua. Ketertarikan manusia akan hal-hal yang bersifat metafisik akan mendorong orang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Pada akhirnya bisa saja ada semacam wisata malam yang mencoba mengeksplorasi dimensi mistis di pabrik-pabrik gula tua.

5.      Nilai edukasi juga bisa menjadi nilai tambah dalam wisata pabrik gula. Wisatawan bisa diajak untuk memahami bagaimana proses produksi gula, kemudian juga bisa diajak untuk melihat lebih dekat bagaimana pekerja pabrik gula melakukan aktivitas kesehariannya di pabrik. Di sisi lain wisatawan juga bisa diajak mempelajari konsumsi gula yang tepat bagi tiap individu, resiko kesehatan jika gula dikonsumsi diluar batas normal dan berbagai nilai edukasi lainnya bisa menjadi aset tersendiri.

6.      Unsur romantis historis bisa juga dimunculkan dengan menjadikan kereta tebu (Lori) sebagai salah satu ikon transportasi bagi para wisatawan. Terutama untuk lokasi pabrik yang masih memiliki jalur lori yang baik dan memungkinkan untuk dikembangkan.

            Enam hal di atas jika dikelola secara sungguh-sungguh dan penuh kecermatan menurut saya kelak bisa menjadikan wisata pabrik gula tua sebagai salah satu andalan wisata nusantara.

Aspek Eksternal         

Disamping keunggulan dalam aspek internal yang dimiliki pabrik gula tua, ada beberapa faktor yang secara eksternal bisa membuat wisata pabrik gula menjadi sangat menjanjikan.

1.      Tren wisata dunia menunjukkan heritage, cultural and historical tourism telah menjadi salah satu tren wisata dunia. Onecarribean[iii], sebuah organisasi yang fokus dalam wisata budaya, sejarah dan warisah peradaban menunjukkan bahwa wisatawan untuk kategori ini mencapai 20% dari total angka seluruh wisatawan dunia, artinya ada sekitar 160 juta wisatawan per tahun dalam ketegori wisata ini. Kondisi tersebut baru dari sisi wisatawan mancanegara, belum lagi potensi wisatawan domestik.

2.      Karakter wisatawan dunia terkini menurut laporan dari TOUREG project, Yunani memiliki karakter yang berbeda jauh dengan karakter wisatawan konvensional di decade sebelumnya. Adapun perbedaan tersebut bisa kita lihat dalam tabel berikut :

Approach
Conventional tourism
New forms of tourism
Forms of tourism
ƒ Sun, sea and sand tourism (S3)
Alternative forms of tourism :
ƒ Agrotourism
ƒ Ecotourism
ƒ Cultural 
ƒ Trekking
ƒ Nature

ƒ Mountain (winter) tourism
Special Interest tourism :
ƒ Conference
ƒ Business trips
ƒ Maritime
ƒ Religious
ƒ Health/spa
ƒ Educational
ƒ Sport
ƒ Adventure
Mode of organisatio
ƒ Mass tourism
ƒ Small groups of
ƒ Individuals
tourists
ƒ Social tourism
ƒ Individuals
ƒ Second residence
ƒ Social tourism
Tourist behaviour 
ƒ Indifference
ƒ Responsibility
ƒ High consumption
ƒ Use of resources (not
(depletion of
consumption)
resources)

State of tourism activity
Not sustainable tourism
ƒ Green tourism

ƒ Economically

sustainable tourism

ƒ Sustainable tourism

















             
                  
















Sumber : Vagianni and Spilanis (2004) dalam TOUREG Project[iv] Report 2009
           
            Dua kondisi eksternal yang bersifat global dalam industri wisata secara jelas memperlihatkan bahwa pabrik gula tua punya peluang untuk dijadikan sebuah model wisata alternatif. Apalagi kalau kita cermati tren perubahan kecenderungan pariwisata dunia dari konvensional, wisatwan cenderung menjadikan budaya, sejarah, petualangan dan hal-hal baru lainnya sebagai bentuk wisata yang digemari. Disamping itu pola wisatawan dalam berwisata cenderung makin selektif dan berupaya mencari tujuan (destinasi) baru yang menarik dan bernilai.

            Melihat keunggulan secara internal yang dimiliki pabrik gula sebagai potensi wisata dan juga faktor eksternal kondisi kepariwisataan global, peluang menjadikan pabrik gula sebagai destinasi wisata baru sangatlah menjanjikan. Namun, untuk mencapai itu ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan secara cermat, sistematis dan melibatkan banyak pihak.

Menuju ‘Wisata Pabrik Gula’

            Untuk mewujudkan mimpi menjadikan pabrik gula sebagai salah satu destinasi wisata tentu saja membutuhkan proses yang tak singkat. Paling tidak ada empat fase yang harus dilakakukan, seperti tergambar dalam began berikut;



            Fase pertama adalah mendengar suara komunitas, sebelum melangkah jauh, hal terpenting dilakukan adalah mendapat dukungan dari komunitas. Komunitas yang dimaksud adalah komunitas pekerja, kemudian yang tak kalah penting adalah komunitas masyarakat sekitar pabrik. Suara komunitas menjadi mutlak karena kelak merekalah yang akan menjadi aktor utama dalam wisata pabrik gula. Jika sedari awal mereka tidak dilibatkan maka rasa memiliki mereka akan sangat kecil.

            Fase kedua adalah melakukan studi kelayakan yang sifatnya komprehensif, pada fase ini juga potensi bisnis, unsur wisata dan berbagai aspek digali dan dipertimbangkan secara mendalam. Fase ketiga adalah inisiasi instrumen wisata, setelah diyakini komunitas mendukung, kemudian secara bisnis, sosial, budaya dan sebagainya layak, barulah masuk pada fase inisiasi instrumen wisata. Didalamnya adalah mempersiapkan unsur wisata secara fisik, perbaikan gedung (tanpa meninggalkan arsitektur aslinya), kerjasama dengan pihak travel agent di berbagai penjuru dunia serta yang tak kalah penting adalah mempersiapkan komunitas yang ada di sekitar pabrik gula untuk siap menghadapi kunjungan wisatawan. Setelah fase inisiasi instrumen wisata ini berjalan, barulah masuk pada Fase keempat, yaitu promosi wisata.

Promosi Wisata Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

          UNWTO (United Nations-World Tourism Organization) dalam laporannya tahun 2011, menunjukkan bahwa peran teknologi informasi menjadi referensi utama wisatawan dalam memutuskan kemana dan bagaimana wisata mereka. Hal ini juga diperkuat dengan riset yang dilakukan oleh Department of Tourism Management Alexander Technological Educational institute dan Technical University of Crete Yunani, dalam laporannya mereka menyebutkan bahwa kehadiran website yang khusus dalam bidang pariwisata telah menjadi picu penting dari ledakan angka wisatawan dunia.

            Disadari atau tidak dunia memang telah semakin dipengaruhi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Masih dari laporan yang dilakukan universitas di Yunani tersebut, mereka juga menyebut bahwa kehadiran smartphone ikut mempengaruhi pola pariwisata dunia. Dengan kata lain teknologi informasi dan komunikasi sanagt mempengaruhi wisatawan dalam memutuskan kemana mereka berpariwisata.

            Melihat realitas pariwisata global dan tren yang mengikutinya, maka pilihan yang sangat rasional dan menjanjikan jika kelak pengelola wisata pabrik gula menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai basis utama dalam promosi wisatanya. Paling tidak ada dua pertimbangan mengapa jalur ini yang tepat untuk promosi; Pertama, efektifitas promosi. Kedua, minimalisasi anggaran promosi. Daripada harus melakukan pameran wisata kesana kemari dengan anggaran yang cukup besar, maka medium teknologi informasi dan komunikasi bisa menekan anggaran promosi secara signifikan.

            Format promosi lewat media sosial seperti facebook, twitter, dan sebagainya bisa menjadi medium yang tetap dalam berpromosi. Kedekatan antara pengelola wisata pabrik gula dan calon wisatawan bisa diperkuat melalui media sosial. Hal ini juga memungkinkan calon wisatawan berinteraksi secara intensif dengan pengelola.

Bukan Mimpi Kesiangan

            Impian menjadikan pabrik gula sebagai destinasi wisata tentu saja butuh proses tapi jika menimbang hal-hal seperti yang telah disebut dalam tulisan ini, maka bukan impian semusim. Ini adalah sesuatu yang layak diperjuangkan. Lebih dari sekedar aspek bisnis, wisata pabrik gula juga bisa menjadi semacam “monument” bagi umat manusia untuk selalu sadar bahwa bentuk eksploitasi sesame manusia adalah sesuatu yang layak dilawan. Sejarah di sputar industri gula di tanah air bisa membawa pesan tersebut. Di sisi lain dalam konteks nasionalisme, wisata pabrik gula adalah sarana anak bangsa merenungkan sebuah fase perjuangan yang pernah dilakukan anak-anak negeri pada masanya untuk merebut kedaulatan. Pemberontakan di seputar pabrik-pabrik gula adalah dimensi lain dari perjuangan bangsa ini, layak dikenang sepanjang zaman.









[i] Kedatangan awal bansa Eropa tercatat pada awal abad 16 tepatnya (1511), bangsa Eropa yang pertama kalidatang adalah Portugis.
[ii] Artikel : Virginia Mescher , “HOW SWEET IT IS!” A HISTORY OF SUGAR and SUGAR REFINING IN THE UNITED STATES, 2005.
[iii] Sumber : http://www.onecaribbean.org/content/files/CulturalCaribbeanNicheMarkets-5.pdf
[iv] TOUREG project adalah sebuah proyek yang mengupayakan sebuah inovasi bagi pengembangan wisata yang dilakukan oleh Department of Tourism Management of the  Alexander Technological Educational Institute of Thessaloniki, Greece and the Technical University of Crete, Greece

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts