Tuesday, March 21, 2006

Pernahkah kita mendengar Ruby Fox Creek Nelson, sungguh maluuu aku bila membaca kisah si Ruby...seorang penulis di Majalah Tempo (Agus Hidayat) pernah membuat tulisan tentang dia...cerita lengkap Ruby bisa pula dilihat di http://www.orangutan.org/ioaw/ruby.php Berikut tulisan Mas Agus yang kerap mengingatkanku untuk tidak pernah berhenti berbuat meski "kecil"..

Sekedar Catatan Kaki
Agus Hidayat Wartawan Majalah Berita Mingguan TEMPO

Teringat Ruby Fox Creek Nelson, 12 tahun. Gadis kecil dari Maine, Amerika Serikat ini membongkar celengan di ulang tahunnya ke-8. Isinya dipakai buat membeli 100 pot dan bibit bunga petunia, ditanam dan dirawatnya sendiri. Awal musim panas, bunga-bunga ini dipanen dan dijualnya dari pintu ke pintu.
Seraya berteriak, "tiap sen uang anda amat berharga bagi orangutan".Yap, Ruby mengumpulkan tiap sen, peny dan dolar dari keringatnya untuk makhluk yang tak pernah dijumpainya langsung, di negara yang namanya sayup-sayup saja sampai ke telinganya, orangutan (Pongo pygmaeus) di Indonesia.

Empat tahun Ruby bekerja. Dari mulai menjual petunia dalam pot, labu, tomat, blueberry, kerja di rumah kaca selama musim semi hingga mengemudi traktor di farm milik tetangganya.

Hasilnya, uang sebanyak US$7 ribu (Sekitar RP. 59,5 juta) ditangguknya. Jumlah yang amat wah, buat jerih payah anak seusianya.Berbekal uang itu, ia menyambangi Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Timur. Tempat dimana Dr. Birute Mary Galdikas mendedikasikan 32 tahun umurnya untuk konservasi orangutan. Tentu Galdikas menerima kedatangan Ruby dengan suka cita dan penghargaan. Uang yang dibawa Ruby diberikan sebagai donasi. Upah buat Ruby? Bercengkrama dan memandikan anak orangutan.

Teringat Ruby, teringat anak-anak Indonesia seusianya. Memenuhi mal dan pusat belanja, mendendangkan lagu terbaru sambil mengirim SMS. Memelototi dan ikut menangisi tipa episode sinetron dan juga eliminasi AFI. Tanyalah soal orangutan, jawab yang didapat hanya kerutan kening dan gelengan kepala. Lupakan pertanyaan soal illegal logging atau hutan hujan tropis. Ah, Ruby memang spesial, tapi di hanya satu dan satu-satunya.............

Eh, tunggu dulu, disini ada Indah yang merasa punya utang atas tiap pokok kayu yang tumbang oleh gergaji sawmill milik keluarganya. Iapun mati-matian membayar utangnya itu.........Juga ada Huzer yang blusukan di Cibun Grumbul, entah dimana ini..........Ada Amar yang tak jemu berkeliling di perkampungan Suku Bajau..........Ada Ito yang memilih memilah sampah perkotaan dan............ada belasan anak-anak muda lain dengan kadar kecintaannya pada lingkungan..........Mereka tak semata mencintai, tapi membuktikan kasih sayangnya dengan perbuatan dan pengorbanan.

Bukankah cinta hanya omong kosong tanpa pembuktian dengan pengorbanan?Kitapun terpengarah: Oh, anak-anak muda kita nyatanya tak selalu memberi gambaran buram, ada cahaya disana, biarpun kecil, membersit kesana-sini.

Soalnya, apakah rasa cinta itu, cahaya itu terus memancar atau memudar? Ruby telah dan akan terus memancarkan sinarnya, jauh melampaui batas-batas regional, etnis, budaya. Disini......? entahlah, belum terbukti.........Ada limabelas anak muda. Beberapa tahun lagi, ada yang namanya mencelat ke permukaan, atau tenggelam seiring berakhirnya sayembara. Tentu ada banyak alasan kalau sampai yang terakhir ini terjadi. Jangan salahkan kalau muncul penafsiran bahwa cinta dan pengorbanan itu cuma dipersembahkan untuk kontes, kompetisi, perlombaan belaka........argh, semoga bukan karena itu!

Teringat Ruby. Diakhir kunjungannya, Pulau Sangalaki dijajaki. Sesampai di Jakarta, selembar kertas dibuatnya bersama Clara Summers kawan seperjalan bertajuk "Clara and Ruby's Campaign to save the baby Sea Turtles". Lembar kampanye ini dikirimnya kemana-mana, termasuk Menteri Kehutanan..........Teringat ke-15 anak-anak muda ini........tunas-tunas yang mulai meretas jalan, ada harapan, ada masa depan.........juga rencana dan cita-cita, tarik-menarik kepentingan dan prioritas, semoga tak gugur sebelum mekar, tak rontok sebelum berbuah. Tak berhenti usai lomba.

"Hidup untuk Mempersembahkan Yang Terbaik, yaitu Bermakna bagi Dunia dan Berarti bagi Akhirat (Abdullah Gymanastiar)"

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts