Thursday, March 14, 2013


Jelang petang ibukota, cuaca masih terasa terik tapi angin kencang berhembus menghempas daun-daun. Seng-seng penanda lubang galian berderit dihempas angin. Irwanto berdiri di bawah jembatan penyeberangan, mencari solusi bagaimana menapaki trotoar yang berlubang disana-sini.

Bukan masalah besar bagi mereka yang memiliki kesempurnaan fisik untuk melewati trotoar berlubang dan tak rata di sekitaran Sudirman hingga ke Fatmawati ketika itu. Tapi tidak bagi Irwanto, sahabatku yang bermasalah dengan penglihatannya sejak lahir. Irwanto adalah juru pijat yang kesehariannya ia habiskan di Purwokerto. Tapi entah setahun atau dua tahun sekali ia ke ibukota untuk mengikuti kegiatan PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia) atau sekedar memenuhi undangan sanak saudara.

Di Purwokerto ia kesulitan beraktivitas di jalan umum karena minimnya trotoar, sedangkan di Jakarta ada trotoar tapi berlubang dan tak rata, di banyak tempat malah trotoar telah berganti fungsi jadi kaki lima atau diserobot oleh pengendara roda dua. Ah, nasib pejalan kaki dengan disabilitas seperti Irwanto, tidak akan pernah mudah di ibukota.

Tongkat pemandu yang menjadi sahabat mengarungi ibukota tak sepenuhnya berfungsi di padat dan sesaknya trotoar. Irwanto dan penyandang disabilitas lainnya tersudut di keramaian ibukota, seolah tak diberi ruang untuk menikmati fasilitas publik yang dengan mudah dinikmati mereka yang sempurna secara fisik.

Mari kita perhatikan dengan seksama jalan dan trotoar ibukota di waktu-waktu tertentu, terutama menjelang akhir tahun dan menjelang musim penghujan, selalu dipenuhi galian. Entah itu galian kabel, galian untuk jalur air atau galian-galian lainnya. Tentu galian adalah hal yang tak terhindarkan dari sebuah kota, terutama galian kabel dan jalan. Namun masalahnya, bagaimana manajemen dan perlakuan terhadap galian yang dibuat kadang memprihatinkan dan melupakan aspek keselamatan pengguna jalan.


Kalaupun dibuat standar pengamanan, kebanyakan standarnya melindungi mereka yang sempurna secara fisik. Tapi apakah pembuat galian sadar, kota tak hanya dihuni oleh mereka yang sempurna secara fisik, melainkan juga saudara-saudara kita dengan disabilitas. Manajemen lubang galian yang peka terhadap penyandang disabilitas tentu saja mutlak dilakukan di sebuah negeri yang jumlah penyandang disabilitasnya tak bisa disebut sedikit.

Mereka punya hak yang sama dengan yang lain dalam mengakses layanan publik termasuk jalan dan trotoarnya. Tak peduli itu musim hujan atau kemarau. Standar pengamanan lubang galian tak bisa lagi dibuat ala kadarnya. Jangan sampai manajemen lubang galian yang buruk menyebabkan malapetaka, baik bagi mereka dengan disabilitas atau masyarakat umum lainnya.

Keluh kesah kaum difabel di ibukota kerap sudah kita dengar, mulai dari angkutan umum yang tak ramah bagi mereka hingga akses terhadap fasilitas publik lainnya yang tak bersahabat. Maka mulai saat ini rasanya perlu kita mendorong sebuah kampanye besar bersama, guna mendorong hadirnya fasilitas-fasilitas publik yang ramah bagi penderita disabilitas seperti Irwanto. Ibukota atau sebutlah Indonesia bukan hanya milik mereka yang sempurna secara fisik tapi juga milik penyandang disabilitas.



Kolaborasi sinergis antar semua pihak menjadi mutlak dalam kampanye ini. Salah satu yang seharusnya kita dukung adalah apa yang dilakukan kartunet.com dan ASEAN Blogger community dengan dukungan XL Axiata. Kampanye bertajuk “Kartunet Kampanye Aksesibilitas Tanpa Batas” ini berusaha mendorong kesadaran kolektif bangsa agar lebih peduli dengan hak penyandang disabilitas dalam mengakse fasilitas publik yang ada di seluruh Indonesia.

Ke depan layaklah kita bermimpi, sosok seperti Irwanto tak perlu bersusah hati mengarungi ibukota, ia bisa berorganisasi dan beraktivitas layaknya kita semua. Layanan publik adalah hak bagi semua rakyat. Tak peduli bagaimana dan seperti apa mereka…


TULISAN INI ADALAH BAGIAN DARI PARTISIPASI DALAM KAMPANYE “KARTUNET KAMPANYE AKSESIBILITAS TANPA BATAS”

Foto Dalam Artikel adalah karya pribadi penulis/Huzer Apriansyah

Kontes Blogging Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa Batas

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts