Friday, October 7, 2011


Sumber Foto : www.ibtimes.com 


Mari kita lanjutkan mengapa OWS berbeda ? Kedua, OWS cenderung sangat cair dan sederhana, tidak terorganisir secara kaku, dan tak ada kesan yang terlalu menonjol mengenai basis ideologi perlawanan ini. Sehingga OWS berkesan sangat-sangat terbuka dan menjadi semacam daily struggle. Tidak melawan dengan basis wacana dan teori yang neko-neko dan mungkret tetapi melawan dengan realitas keseharian; Melawan dengan kacamata keseharian.

Occupier secara santai dan sederhana menelanjangi citra wall street yang selama ini dikenal sebagai pusat peredaran uang dan simbol mulianya korporasi, dimana para CEO dari korporasi besar di US yang jumlahnya tak lebih dari 1% dari total penduduk tapi pendapatannya lebih dari pendapatan 50% penduduk US. Kemudahan yang didapatkan berupa dana talangan, hutang bank dan keringanan pajak dinikmati para CEO tersebut. Semua “kemuliaan” wall street kemudian ditelanjangi dengan cara yang sederhana-sederhana saja; tiduran di jalanan dengan selimut koran atau palstik, graffityi, nembang lagu-lagu rap atau country, ngerumpi sembari bergerombol dan juga membuat semrawut jalanan.

Semua itu adalah image counter atas citraan Wall Street selama ini; indah, rapih, tertata, bersih dan juga aman. Occupiers mmnjungkirkan citra itu, seolah mengatakan pada dunia “They are liar” sembari melirik gedung-gedung megah dimana korporasi bertahta mengkapitalisasi tiap sisi kehidupan menjadi dollar yang menumpuk. Pada saat bersamaan dengan melirik itu oocuppiers mengumpulkan penny (sen) dari kantong mereka unutk perjuangan.

Sembari tidur berselimut koran atau plastik oocupier seolah ingin berkata, saat kalian para CEO dan kaki tangannya lelap dalam keindahan Hotel bertaraf Crowne ribuan orang meringkuk menahan dingin malam hanya berbekal koran atau plastik. Begitulah kesan yang saya dapat setelah mengikuti opini-opini dari Arthur Graham salah satu occupier yang berbagi cerita melalui humor.

Ratusan foto yang dipublikasi oleh theatlantic.com juga menunjukkan betapa beragam dan cairnya aksi ini. Nampak dari poster protes yang dibuat occupiers, mulai dari keberagaman “suara” itu bisa dilihat dari foto berikut ;
Source :(Reuters/Lucas Jackson)via http://www.theatlantic.com/infocus/2011/09/occupy-wall-street/100159/

Source : (Reuters/Brendan McDermid via http://www.theatlantic.com/infocus/2011/09/occupy-wall-street/100159/
Itulah yang menarik dari OWS, begitu akumulatif tak ada opinion leader yang menggiring isu apa yang harus dikedepankan. Sehingga semua berada pada rasa kepemilikan yang asama atas aksi, paling tidak itulah analisis Michael Albert, pendiri Zcommunications, yang memproklamasikan diri sebagai pemihak perubahan sosial. Kira-kira semboyannya “loud it by yourself” begitu pesan yang tertulis di running chat livestreaming OWS di http://www.livestream.com/globalrevolution.

Ketiga, peran cyber social media begitu kental terasa dalam gerakan ini. Masifikasi isu, mobilisasi occupiers, donasi bagi gerakan, bahkan tips dan trik ikut aksi juga secara luas dan masif didistriusikan via social media channel. Menariknya lagi berbagai ruang social media itu diinisiasi secara independent baik oleh kelompok maupun individu. Inilah yang membuat semua bersuara, sehingga opinion leaders tak terlalu dibutuhkan.

Dari penelusuran saya ada sekitar 500an pages atau channels yang bersifat sosial media digunakan oleh gerakan ini secara terus menerus dan sangat up to date, paling tidak sepuluh pages/channels berikut yang paling dominan dan masif memompakan semangat bagi gerakan ;

#1 Facebook channel, paling tidak ada 250 pages yang menopang OWS ;
  1. http://www.facebook.com/OccupyWallSt halaman utama (NY) dalam kurang dari 2 minggu telah mencapai 100 ribu lebih likers.
  2. http://www.facebook.com/OccupyTogether dengan sekitar 60 ribu likers, dimana tiap posting diserbu ratusan komentar dan ratusan jempol
  3. http://www.facebook.com/OccupyChicago dengan sekitar 11 ribu pendukung
  4. http://www.facebook.com/OccupyPhiladelphia dengan sekitar 11 ribu pendukung
  5. http://www.facebook.com/OccupyBoston
  6.  
Bisa dikatakan hampir semua kota besar, sedang dan semua Negara bagian di Amerika memiliki halaman occupy, menariknya lagi halaman occupy, London, Birmingham, Inggris, Jerman, Koln, Tokyo, Brazil, Puerto Rico, Kanada dan berbagai Negara lainnya juga bermunculan di Facebook. Namun halaman khusus occupy Indonesia nampaknya belum muncul, ada yang mau berinisiatif ??

Tak hanya di Facebook, halaman twitter juga paling tidak terdapat lebih dari 200 akun twit yang bernada sama dengan OWS, bahkan akun Twitter @oocupywallstNYC secara berkala menginformasikan kondisi terkini di lapangan serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan OWS.

Tak hanya itu inisiatif mempublikasikan gerakan secara visual juga dilakukan para occupiers melalui

  1. http://www.livestream.com/globalrevolution.
  2. http://vimeo.com/20355767
  3. http://boingboing.net/2011/10/02/occupy-wall-street-live-streaming-video-coverage.html
  4. http://www.truth-out.org/live-stream-protesters-occupy-wall-street/1316354502
  5. http://www.ustream.tv/channel/occupy-u-s
  6. http://www.livestream.com/owslosangeles

Itulah yang membuat OWS berasa sangat berbeda, peran social media sungguh-sungguh dimaksimalkan. Sepanjang pengetahuan saya belum ada gerakan sosial yang semasif ini dalam menggunakan social media. Daya jelajah online social media  yang tak terbatas itu telah ikut mendorong OWS menjadi sebuah kekuatan.

Selanjutnya keempat, diferensiasi dari OWS terletak pada kejelasan dan kedekatan terhadap musuh bersamanya. Selama ini gerakan sejenis memang memiliki kejelasan akan musuh bersama misal saja tak secara jelas mengarah kemana, dan cenderung abstrak misal saja lembaga keuangan internasional (IFIs). Rakyat kebanyakan tak tahu dan merasa jauh dengan musuh bersama ini. Tetapi kali ini korporasi rasanya ada di sekitar kita, cukup berjalan ke jalan raya kita akan menemukan “musuh bersama” tersebut, bahkan mereka telah menjejal pelosok sunyi bumi, hutan, dasar samudera bahkan bawah tanah. Kejelasan “musuh bersama” berupa korporasi tersebut bias dengan jelas kita liat pada dua alinea awal deklarasi Occupy Wall Street New York City;

As we gather together in solidarity to express a feeling of mass injustice, we must not lose sight of what brought us together. We write so that all people who feel wronged by the corporate forces of the world can know that we are your allies.
As one people, united, we acknowledge the reality: that the future of the human race requires the cooperation of its members; that our system must protect our rights, and upon corruption of that system, it is up to the individuals to protect their own rights, and those of their neighbors; that a democratic government derives its just power from the people, but corporations do not seek consent to extract wealth from the people and the Earth; and that no true democracy is attainable when the process is determined by economic power. We come to you at a time when corporations, which place profit over people, self-interest over justice, and oppression over equality, run our governments…..”
Kedekatan pada “musuh bersama” yang memang ada di sekitar kehidupan sehari-hari inilah yang memudahkan masifikasi isu pada publik. Ini yang sedikit banyak memberi cita rasa berbeda pada OWS.
Lalu mampukah, gerakan ini menginspirasi dunia dan memaksakan mesin-mesin korporasi yang pongah dan rakus itu berhenti !!! 
Berlanjut PART 3 (Terakhir)


0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts