Thursday, October 13, 2011


Di tengah geliat isu reshuffle kabinet yang berhembus kencang dua minggu terakhir. Seorang yang tak terlalu di kenal publik tiba-tiba hadir di Cikeas. Prof. Ali Ghufron Mukti, Dekan Fakultas Kedokteran UGM ini oleh vivanews disebut sebagai “Bintang Baru dari UGM”. Meski ke Cikeas bukan dalam kapasitas sebagai calon menteri melainkan calon wakil menteri namun kalau melihat jejak rekam perjalanan sang bintang baru ini, bukan tidak mungkin sinarnya melebihi sang menteri.

Bintang baru dari UGM ini dikenal reputasinya sebagai pemrakarsa sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Yogyakarta, yang kemudian diadopsi pemerintah pusat menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat Nasional. Namun disamping kiprah beliau tersebut dan sebagai dekan FK UGM,. Satu hal yang saya temui dari penelusuran, beliau adalah musuh pengusaha rokok.
13185139951795706388
Source Foto : staff.fk.ugm.ac.id/blog/archives/84 dan wwww.dreamsimage.com (dengan editing)
Mengapa Sang Professor yang meraih gelar doctoral dari University of Newcastle, Australia ini “dimusuhi” para pengusaha rokok ? Memang pengusaha rokok belum terang benerang menyatakan ketidaksukaannya tapi melihat rekam jejak pemikiran dan aksinya ketidaksukaan kalangan industri tembakau nasional akan segera mewujud. Apalagi tak lama lagi beliau akan menjadi orang nomor dua di departemen Kesehatan RI.

Dilema industri tembakau tanah air sudah menjadi perdebatan panjang, antara kemanfaatan dan keburukannya. Namun dalam konteks ini, Prof.  Ali Ghufron Mukti punya rekam jejak yang tegas.
Pertama, pada tahun 1994 Sang Bintang Baru ini merilis hasil risetnya yang berjudul “Smoking and Alcohol Consumption as Risk Factors for Developing Pulmonary Tuberculosis” yang terjemahan bebasnya “Merokok dan Konsumsi Alkohol sebagai Faktor Resiko Berkembangnya Tuberkolosis Paru-Paru” di jurnal Epidemiologi Klinis dan Biostatistik Indonesia edisi perdana Pada tahun-tahun tersebut merilis penelitian yang cenderung menyerang industri tembakau tentu bukan perkara mudah, karena besarnya pengaruh pengusaha tembakau di lingkaran kekuasaan.

Setelah waktu berlalu dan seiring dengan posisinya yang semakin kuat secara akademik dan structural di kampus UGM, ide-ide beliau melawan cengkeraman industri tembakau di masyarakat mewujud dalam aksi-aksi nyata. Juni 2009 beliau menjadi inisiator utam yang kemudian mendorong UGM menjadi kampus bebas rokok, bahkan pihak rektorat UGM ketika itu memberlakukan sanksi bagi yang melanggar. Tentu ini terobosan luar biasa, mengingat larangan merokok di kampus biasanya hanya berhenti pada himbauan yang berujung stiker-stiker larangan.

Tak berhenti pada gerakan sosial itu saja, di saat bersamaan beliau menginisiasi kehadiran Klinik Berhenti Merokok di Gadjah Mada Medical Centre. Beliau menyebut ini solusi sekaligus upaya preventif dan kuratif untuk melawan candu akan rokok. Dapatlah kita bayangkankalau klinik ini menuai sukses dan diadopsi konsep dan metodenya di seluruh Indonesia, berapa banyak perusahaan rokok akan kehilangan konsumen loyalnya.

Puncak dari perlawanan atas industri “asap” ini, tatkala ia sebagai inisiator Jamkesmas mendorong pemerintah untuk tidak menerbitkan kartu Jamkesmas bagi para perokok aktif, karena menurut beliau adalah tidaak adil membiayai kesehatan bagi orang yang menggunakan uangnya untuk merusak kesehatan.

Bagaimana aksi-aksi sang Bintang Baru dari UGM ini setelah menjadi wakil menteri kesehatan nanti, layak kita nantikan.


Referensi :
8. http://www.docstoc.com/docs/21543763/TRANSMISSION-DETERMINANTS-OF-PULMONARY-TUBERCULOSIS-IN-TABALONG-REGENCY-SOUTH-KALIMANTAN-PROVINCE
9. http://nasional.vivanews.com/news/read/255321-ali-ghufron-mukti–bintang-baru-dari-ugm
Salam berbagi..

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Popular Posts